Archive for the ‘pelajaran’ Category

LAWAN CATUR
Karya Kenneth Arthur (Kenneth Sawyer Goodman)
Terjemahan WS RENDRA
Diketik ulang oleh Giri Ratomo

SAMUEL
Bagaimana, Antonio ( tersenyum ) Rupanya kau telah kehilangan kecerdikanmu

ANTONIO
Sebentar,Yang Mulia

SAMUEL
Pionnya barangkali..

ANTONIO
Bukan ( main ) Nah… sudah

SAMUEL
Aha ! Begitu ? Bagus…bagus…! Kecerdikanmu telah kembali bukan ?

ANTONIO
Apakah waktunya sudah habis, Yang Mulia ?

SAMUEL
Belum. Kita masih punya waktu 10 menit untuk permainan ini.

ANTONIO
Yang Mulia sudah bosan main catur rupanya…

SAMUEL
Tidak. Aku tidak pernah bosan main catur. Dengar, Antonio. Apabila aku bosan main catur, itu artinya aku bosan hidup.permainan catur adalah tantangan bagi ketajaman otak dan kekuatan sikap jiwa manusia : sebagaimana taktik cinta, taktik perang, politik dan lain sebagainya. Apabila permainan caturku buruk, aku akan berhenti jadi Menteri Urusan Kepolisian. Kita orang pemerintah tidak hanya meletakkan nyawa dalam kekuatan tangan kita, namun juga harus mengasah kepala untuk menjalankan tugas seefektif mungkin. Kita harus tetap menjaga agar sempurna, persis geraknya, licin jalannya. Ya…ya..begitulah caranya kita mengabdi pada pekerjaan kita. Apabila mesin – mesin dalam kepala kita mogok atau macet, kita tak pula lagi berarti apa-apa.

ANTONIO
Tetapi pikiran Yang Mulia melayang agaknya…

SAMUEL
Begitukah ? baiklah, baik ( main dengan cepat ) Nah..lawanlah ini kalau kau bisa.

ANTONIO
Sebuah gerakan yang dapat menyelamatkan Raja Yang Mulia…

SAMUEL
Kau rasakan sekarang. Aku melamun, aku bermimpi, pikiranku melayang dan kemudian datang gerakan secepat kilat. Ketangkasan taktik pada lintasan akal sekejap itulah letak kekuatannya.

ANTONIO
Itu namanya inspirasi, Yang Mulia !

SAMUEL
Mungkin. Tetapi di balik inspirasi itu kita tidak boleh melupakan taktik permainan.

VERKA masuk

VERKA
Apakah Yang Mulia memanggil saya ?

SAMUEL
Apakah ada orang yang bernama Oscar Yakob ?

VERKA
Seseorang yang bernama Oscar Yakob membawa surat keterangan dari yang mulia, menunggu di ruang sekretaris.

SAMUEL
Saya memperkenankan kau membawanya kemari 10 menit lagi.

VERKA
Harap dimaafkan, Yang Mulia. Tuan Sekretaris mohon bertanya apakah perintah yang diberikan Antonio memang benar ?

SAMUEL
Perintah apa ?

VERKA
Bahwa orang yang bernama Oscar Yakob itu tak perlu di geledah ?

SAMUEL
Tak ada alasan untuk menggeledah orang itu ( verka pergi )
Giliranmu main Antonio. Kita masih punya waktu dua menit untuk main catur dan satu menit untuk tanya jawab.

ANTONIO
Ahaa …saya dapat menskak mat Yang Mulia dalam lima langkah.

SAMUEL
Tapi dua menit sudah habis. Sekarang katakanlah, apakah agen-agenmu tidak salah dalam mengusut keterangan mengenai orang yang bernama Oscar Yakob itu ?

ANTONIO
Sangat pasti, Yang Mulia. Saya mohon kepada Yang Mulia kemarin, karena telah diketahui oleh agen-agen saya bahwa orang yang bernama Oscar Yakob itu masuk kompotan anti pemerintah, dan dia mendapat tugas dari pimpinannya untuk membunuh Yang Mulia. Dua orang bawahannya telah kami tangkap dua minggu yang lalu, dan yang tak mesti diragukan lagi adalah mengenai orang yang bernama Oscar Yakob itu. Laporan mengenai sejarah hidupnya, sejak dia lahir sampai sekarang telah kami serahkan kepada Yang Mulia. Tentu Yang Mulia telah memahaminya.

SAMUEL
Ya… ya…riwayat hidupnya telah kuhapal di luar kepala. Meskipun begitu, aku telah menganugerahkan kepadanya untuk mewawancaraiku secara pribadi. Juga telah aku perintahkan dengan tegas untuk tidak menggeledahnya. Singkatnya, aku telah melakukan pekerjaan yang sangat tolol, bukan ?

ANTONIO
Saya tidak berhak meragukan kebijaksanaan Anda, Yang Mulia

SAMUEL
Ah ..?! kau tak berhak meragukan kebijaksanaanku ? tapi dalam hati kau meragukannya. Aku melihat semua itu di balik pandangan matamu ketika kau berkata dalam hati : ”Yang Mulia Samuel Glaspel, dibalik omongannya yang manis, sudah tidak seperti biasanya lagi. Dia telah mundur. Dia telah kehilangan sesuatu yang menyebabkan kehilangan kekuatannya !” Apa kau kira aku takut ?

ANTONIO
Yang Mulia…

SAMUEL
Terus terang, aku sendiri kadang-kadang berpikir begitu. Bahwa sekali waktu tak akan ada lintasan akal yang muncul seperti kilat, dan bahwa aku akan dibikin skak-mat untuk selama-lamanya. Itulah sebabnya kau kusuruh kemari untuk berjam jam main catur denganku. Aku sangat terganggu untuk melakukan permainan dengan.. Oscar Yakob itu.

ANTONIO
Jadi, Yang Mulia punya alasan pasti untuk bertemu dengan orang itu ?

SAMUEL
Toh, kau tak akan bisa memahami alasanku ini.

ANTONIO
Orang itu ditugaskan untuk membunuh Yang Mulia

SAMUEL
Biarlah…

ANTONIO
Tapi dalam hal ini saya mengusulkan kepada Yang Mulia…untuk…tentu akan lebih aman apabila…

SAMUEL
Cukup ! Jangan bicara padaku seperti anak kecil. Aku tahu apa yang tengah kau pikirkan. Samuel Glaspel tidak seperti biasanya, ia telah kehilangan. Ia telah kehilangan sesuatu yang menyebabkan kehilangan kekuatannya. Ia telah lamban dan ia butuh dijaga..Nah,.. waktunya telah habis. Kau kerjakan saja apa yang telah kutugaskan kepadamu. Jangan lebih dari itu.

ANTONIO
Apakah papan caturnya harus saya singkirkan, Yang Mulia ?

SAMUEL
Jangan..jangan disentuh ataupun diubah. Kita akan menyelesaikannya nanti ( Antonio berdiri ragu-ragu ) Nanti kau akan ku panggil dengan bel. Baiklah. Kulihat kau akan berkata sesuatu. Kau kira permainan kita tak dapat dilanjutkan ? kita lihat saja nanti.

ANTONIO
Saya mohon kepada Yang Mulia agar….

VERKA MASUK BERSAMA Oscar YAKOB
Oscar Yakob menghadap….

Oscar yakob datang dengan gagah

SAMUEL
Ooo..begitu ? Jadi kau yang bernama Oscar Yakob itu ? Bagus..bagus…begitu …!

OSCAR
Ya, saya Oscar Yakob

SAMUEL
Bois nastardas, Oscar Yakob.

OSCAR
Bois nastardas, Samuel Glaspel.

SAMUEL
Ternyata begitu sukar menjumpai saya, bukan ? Sukar bertemu muka dengan Samuel Glaspel !

OSCAR
Tidak sesukar sebagaimana yang saya bayangkan, Yang Mulia.

SAMUEL : ( kepada antonio dan verka )
Nah..apalagi yang kalian tunggu ? Orang ini mempunyai sesuatu yang penting yang mesti disampaikan, tapi dia sepertinya seorang yang pemalu. Dihadapan orang banyak, tampaknya dia tidak bisa berkata apa-apa.

ANTONIO
Yang Mulia…Saya akan menanti di koridor.

SAMUEL
Nonsens. Nonsens…! Pergilah ke taman, carilah inspirasi untuk permainan kita nanti. Ayo, pergilah !

antonio dan verka pergi

SAMUEL : ( pada oscar yakob )
Saya ingin memandangmu baik-baik

Oscar Yakob Curiga

SAMUEL
Ah..tidak ada orang lain yang mengintai kita. Kamar ini letaknya paling ujung dan berada di pojok bangunan. Di belakang, tak ada apa-apa selain jendela. Tak ada balkon dan tak ada lemari. Bukalah pintu dari mana kau tadi masuk. Tak ada orang di koridor. Boleh kau kunci jika kau menghendakinya..! Nah, kita tidak akan diganggu lagi. Baiklah, sekarang duduklah dan katakan apa yang kau inginkan.

OSCAR (tak bisa berkata apa-apa)

SAMUEL
Tiba-tiba jadi bisu, ya ? Tak tahu bagaimana memulainya. Kemalu-maluan atau bagaimana ?

OSCAR
Tidak. Saya berkata dalam hati.

SAMUEL
Ah.. berkata dalam hati.

OSCAR
Saya bertanya dalam hati, mengapa Yang Mulia memberi kesempatan ini.

SAMUEL
Kesempatan ?!

OSCAR
Kesempatan saya untuk membunuh Yang Mulia.

SAMUEL
Begitu ? Kau mau membunuh saya ! jadi itukah soalnya ?! Baiklah. Dari tadipun saya sebenarnya sedang memikirkan hal itu, sekarang tentu saja saya menjadi lebih yakin lagi. Bagus. Nah, teruskanlah !

OSCAR ( tenang dan biasa )
Tuhan menyerahkan anda ke tangan saya.

SAMUEL
Bah ! Janganlah Tuhan kita itu kita ikut-ikutkan. Buang kalimat tolol dan omong kosong itu. Saya sangsi, apakah Tuhan masih punya perhatian terhadap orang macam kita. Sayalah yang menyerahkan diri saya sendiri kepadamu. Persoalannya tidak lebih dari itu. Sebetulnya gampang saja saya bisa menjebakmu. Tapi tidak. Bahkan tak perlu sebenarnya pistolmu itu kau sembunyikan di balik kantongmu.

OSCAR ( sinis )
Yang Mulia rupanya bersuka hati.

SAMUEL
Bukan, bukannya bersuka hati. Saya hanya tergoda ingin tahu, bagaimana kau memainkan pistolmu itu. Nafsu ingin tahu ini begitu meluap-luap barangkali. Keluarkan barang itu, Oscar Yakob. Silahkan !

OSCAR
Yang Mulia, ini mendebarkan hati kita berdua.

SAMUEL
Dan mengharukan, begitu ? Ya.. begitu mengharukan hati. Bagus, bagus Oscar Yakob.

OSCAR ( mengeluarkan pistol )
Jauhkan tangan anda dari bel itu. Dengan segala hormat Yang Mulia Samuel Glaspel.

SAMUEL
Saya tak akan melakukannya. Kau takut mereka akan datang kemari kalau saya menekan bel ini, bukan ? Tidak… Apa saya terlalu tolol mengira kau takut ? Baiklah, baiklah. Kalau tangan ini saya gerakan, kau tentu akan menembak.

OSCAR
Ya !

SAMUEL
Nah, teruskanlah, saya tidak akan melakukannya.

OSCAR
Tak akan ada seorang pun di atas bumi ini yang akan bisa menyelamatkan Anda, SAMUEL Glaspel !

SAMUEL
Demikian juga halnya denganmu, Sobat. Kau toh tak akan bisa meninggalkan ruangan ini dengan selamat…ya..dalam keadaan sehat wal afiat.

OSCAR
Saya akan mencoba keluar dengan selamat, Samuel Glaspel.

SAMUEL
Tidak. Itu terlalu berlebihan rasanya. Saya memang membiarkan kau masuk, tapi saya tidak akan membiarkan kau keluar. Kau akan kehilangan kawan yang berguna, Oscar Yakob !

OSCAR
Yang Mulia !

SAMUEL
Begitu ?! Sinting sekali. Saya pikir orang-orang sejenismu membenci saya. Atau barangkali, kau hanya menjilat dengan cara menunjukkan perasaanmu itu ? Boleh. Jilatlah dengan caramu.

OSCAR
Tak ada hasrat untuk menjilat Anda.

SAMUEL
Ah, begitu ? Jadi saya akan menjalani sesuatu tanpa dijilat dahulu ?

OSCAR
Perasaan pribadiku tak turut campur apa-apa dalam urusan ini. Aku alat Tuhan.

SAMUEL
Lagi-lagi begitu. Apa hubungannya semua ini dengan Tuhan ? O, ya, apa kebetulan kau pandai main catur ?

OSCAR
Kenapa anda bertanya begitu ( gelisah, gugup )

SAMUEL
Sebab kau telah menengahi permainan catur saya itu. Antonio tadi mengancam saya untuk menskak mat dalam lima langkah. Tapi tidak, tidak semudah itu, Oscar Yakob.

OSCAR
Saya telah cukup mendengar anda melucu, Samuel Glaspel.

SAMUEL
Jadi kau tak bisa bermain catur ? baiklah, saya telah berjanji untuk meneruskan permainan itu nanti. Coba saja kita lihat nanti.

OSCAR
Tentu saja Yang Mulia berhak mempunyai suatu kehendak.

SAMUEL
Sudah saya katakan kepadamu, kalau kau telah bosan dengan wawancara ini, terserah padamu untuk mengakhirinya. Apalagi yang kau tunggu ? Kenapa kau jadi lamban ?

OSCAR
Apakah Yang Mulia tidak ingin berdoa ?

SAMUEL
Berdoa ? Siapa yang ingin mendengarkan doa dari orang macam saya ? Tidak ! saya lebih suka bicara.

OSCAR
Terserah kepada Yang Mulia.

SAMUEL
Ya, kita akan bicara sampai terkumpul keberanianmu untuk melaksanakan tugasmu itu.

OSCAR ( pemberontak yang gagah )
Tak perlu keberanian untuk menyelesaikan orang macam Anda.

SAMUEL ( tenang dan yakin )
Orang akan membutuhkan keberanian biar untuk membunuh seekor tikus sekalipun.

OSCAR
SAMUEL Glaspel, saya adalah orang yang terpilih !

SAMUEL
Oo..begitu ? Jadi pilihan jatuh kepadamu. Suatu kehormatan. Suatu keistimewaan. Kau menganggapnya begitu, bukan ? Dan sebagai seorang pemeberontak kau punya cita-cita politik, bukan ?

OSCAR
Saya tak punya cita-cita politik.

SAMUEL
Tak punya cita-cita politik ? Oo.. begitu ! dan juga tak ada kebencian perseorangan. Lalu apa ? Coba ceritakan padaku.

OSCAR
Saya seorang petani, bapak saya seorang petani, dan kakek saya juga seorang petani. Anda seorang bangsawan, nenek anda seorang bangsawan dan pangeran. Ini adalah masalah penderitaan dan perbudakan melawan sejarah kekejaman dan penindasan. Saya tak akan peduli. Hari ini saya hanya memikirkan hari kemarin dan hari yang akan datang. Tindakan anda selalu sangat kejam dan keras, tak usah diragukan lagi, itu pun saya tak peduli. Saya tak akan menurut campurkan semua itu dalam hal ini. Bahkan penderitaan saya sendiripun tidak saya libatkan. Semuanya tak berarti telah mendorong saya untuk melakukan perbuatan ini. Anda dan saya tak cukup berarti apa-apa. Ini adalah kasta melawan kasta. Saya menggabungkan diri dalam partai revolusioner, betul ! Anda menamakan saya agen mereka, ya ! Meskipun saya tak tahu cita-cita mereka untuk negara ini. Saya tak mempedulikannya, saya hanya mengerti bahwa gerombolan pada siapa saya bergabung, adalah perjuangan yang mewakili gelora hati saya. Saya menuruti mereka karena saya merasa berhak untuk mendendam darah dan kelahiran saya.

SAMUEL
Yah..kau orang fanatik.

OSCAR
Adalah hukum alam bahwa saya melawan anda.

SAMUEL
Ahaa…jadi secara alam kau memusuhi saya ? sejarah penindasan melawan sejarah penindasan, begitu ? Hari ini kau telah melupakan segala-galanya, bukan ? Duka deritamu yang tak seberapa, dan kekejaman yang juga tak seberapa, kau anggap tak perlu diperdulikan ? kau hanya berpendapat, dirimu tak lebih dari tangan dendam satu kasta terhadap kasta lain. Oh..kau digerakkan debu-debu bangkai nenek moyang, bukan ? Kau memukul udara dengan gada asap. Kau terjerumus ke dalam kedangkalan dan kepicikan. Apa yang kau kerjakan kini adalah hinaaan yang fanatik terhadap keadilan.

OSCAR
Tanganku sudah gatal, Samuel Glaspel ! ( mengancam )

SAMUEL
Tunggu ! ( tenang )
Masih ada suatu hal yang ingin saya katakan, sesuatu yang akan kau kenang di antara waktu kau membunuh dan kau dibunuh. Sebenarnya Oscar Yakob adalah saya bukan Kau!

OSCAR
Omong kosong apa lagi ini ?

SAMUEL
Kaulah Samuel Glaspel.

OSCAR
Gila…Anda gila ! ( ancaman pistol )

SAMUEL
Tunggu ! Ketika kau masih kanak-kanak, kau punya saudara pungut. Kau biasa berkejaran di ladang, kau biasa tiduran bersamanya, bertengkar memperebutkan boneka barang mainan. Ketika kau berumur tujuh tahun seseorang yang menunggang kuda datang dari bukit utara dan membawa saudara pungutmu itu pergi. Dan apabila kau menangis mencarinya, ayahmu memukulmu. Apakah kau masih ingat semua itu ?

OSCAR
Ya, saya masih mengingat semua itu dengan baik. ( Datar )

SAMUEL
Ayahmu meninggalkan ibumu pada tahun berikutnya. Tak lama kemudian ibumu meninggal dunia. Ia tak pernah menceritakan perihal saudara pungutmu itu. Kau lalu pergi ke rumah pamanmu dan akhirnya kau di sana magang pada tukang sepatu.

OSCAR
Cukup ! Anda tak bisa mempesona saya dengan riwayat hidup saya sendiri. Itu tak membuktikan apa-apa. Spion-spion Anda mesti tahu apa saja perihal siapa saya dulu, siapa saya sekarang, bagaimana saya ini dan bagaimana saya itu.

SAMUEL
Ya.. memang cukup semua itu. Seperti kau katakan tadi, itu tak membuktikan apa-apa. Tapi toh kita berdua bersaudara angkat.

OSCAR
Apa buktinya ?

SAMUEL
Ibumu yang baik hati rupanya telah tertarik pada sebuah lelucon yang tak menguntungkan. Ia telah mengirimkan anaknya sendiri agar dibesarkan sebagai anak bangsawan, sedang seorang pangeran yang dititipkan kepadanya untuk melindunginya dari bahaya seorang Jendral Markais telah ia kirim ke Brudenburg, untuk menempuh hidup yang kau..kau sendiri tahu macam bagaimana itu.

OSCAR
Beri saya buktinya.

SAMUEL
Saya tidak akan memberikan ciri atau bukti kepadamu.

OSCAR
Aha..apa lagi sekarang ? Apa lagi yang akan Anda dongengkan kepada saya ?

SAMUEL
Sayalah anak petani itu dan kaulah bangsawan itu. Saya dan kau adalah anak petani itu. Mengertikah kau sekarang, mengapa saya katakan tugasmu itu adalah tugas yang kegila gilaan?

OSCAR
Bohong ! Bohong ! Apa pula tujuan Anda berbohong ?

SAMUEL
Tidak ada.

OSCAR
Apakah Anda mengharapkan saya membuang pistol ini keluar jendela dan memeluk Anda sebagai saudara tua ?

SAMUEL
Saya tak mengharapkan apa-apa. Saya insyaf, saya adalah orang mati yang berbicara dengan orang mati.

OSCAR
Bohong ! Bohong dari puncak sampai ke dasarnya !

SAMUEL
Benar 100%, tak ada alasan bagi saya untuk membohongimu. Kau sendiri yang tadi bertanya, bukan ? Kenapa kau diberikan kesempatan untuk membunuh saya. Apa yang kau rencanakan sudah terjadi beberapa minggu yang lalu. Samuel Glaspel telah kehilangan keseimbangannya. Saya sesungguhnya ingin bunuh diri. Saya harus mati. Tapi kematian macam apa, saya tidak mengetahuinya. Itulah sebabnya kau datang tidak digeledah. Kaulah yang menjalankan kematian itu.

OSCAR
Itu sajakah alasan anda untuk bertemu dengan saya ?

SAMUEL
Apakah tidak cukup kuat alasan untuk bertemu dengan memberi kematian itu ?

OSCAR
Haih..apalagi yang akan Anda ceritakan ?

SAMUEL
Saya hanya minta agar kau segera menyelesaikan tugasmu. Kecuali kau merasa berat untuk membunuh..saudara angkatmu… Oscar Yakob yang sebenarnya….Apabila demikian halnya, pintu masih terbuka bagimu.

OSCAR ( tajam )
Manis Sekali, Mengharukan Sekali. Kembali, dan mengatakan pada seluruh teman-temanku bahwa Oscar Yakob telah melepaskan Samuel Glaspel yang bengis itu dari ujung pistolku karena dia telah menceritakan sebuah cerita anak-anak tentang dua orang saudara angkat yang mengharukan ? Tidak ! ( mengokang pistol )

SAMUEL
Bunuh saya kalau begitu !

OSCAR ( Membidik )
Saya….

SAMUEL
Tembaklah !

OSCAR
Saya tidak bisa. Bagaimanapunjuga ada kemungkinan yang Anda katakan itu benar.
( meletakkan pistol ) Bagaimanapun, saya tak dapat hidup kalau itu dusta dan demi Tuhan, saya akan mati kalau itu benar.

SAMUEL
Pendeknya, bagaimanapun juga kita berdua harus mati.

OSCAR
Ya, demikianlah. Tapi aku tak berani bunuh diri. Harus ada jalan keluar, harus ada jalan lain.

SAMUEL
Apakah kau cukup berani untuk minum racun ? Ya, bagus..Lihatlah cincin ini. Kalau saya tekan sebuah pernya, begini, nah..ada tepung yang hebat di bawah akiknya. Lihat ! Kemudian kita undi, salah satu dari kita akan minum racun dan seorang lagi menggunakan pistol. Gampang bukan ?

OSCAR
Ya, sekarang jadinya saya mengetahui tipu muslihat Anda sebenarnya. Bohong ! Setiap kata anda adalah bohong ! Saya bisa menduga dengan jelas anda memang tukang sulap yang licik seperti setan. Tapi saya tak mau diundi dengan orang sejenis anda.

SAMUEL
Pakailah caramu kalau begitu. Lihatlah racun ini. Lebih dari cukup untuk kita berdua. Ambillah anggur sendiri dan bagi dua sendiri dalam dua gelas. Satu untukmu, dan satu lagi berikan pada saya. Dan untuk memuaskan hatimu, biarlah saya yang meminumnya terlebih dahulu.

OSCAR
Anda akan bersikeras sampai saat terakhir, bukan ? Baiklah, kita lihat saja nanti
( mencampur dan sebagian untuk samuel glaspel )

SAMUEL
Untuk kematian yang nikmat, Saudara Angkatku ( Minum )

OSCAR
Aha…ternyata Anda memang seorang pemberani ( mengangkat gelas dan berhenti )
Bagaimana..bagaimana kalau anda saya tinggalkan sekarang ? Bagaimana ?

SAMUEL
Para pengawalku telah saya perintahkan untuk menangkapmu begitu kau keluar.

OSCAR
Dalam hal ini, untuk penebusan dosa-dosa anda, Saudara Angkatku ( minum )

SAMUEL
Duduklah !

OSCAR ( duduk tapi tegang )
Apakah kita harus menunggu lama ?

SAMUEL
Mungkin lima menit. Itu tadi ramuan tidur yang dinamakan sebagai pelupa diri yang sempurna. Saya percaya bahwa ia bekerja tanpa mendatangkan kesakitan. Saya telah diberi tahu, nanti kita akan menjadi mati perasaan dan indera kita. Apakah kau merasa ngantuk ?

OSCAR
Tidak. Saya tidak takut mati, Sobat ! ( menatap tajam )

SAMUEL
Angkatlah tanganmu.

OSCAR
Rasanya sangat berat. Apa anda takut mati, Yang Mulia ?

SAMUEL
Tidak. Saya tidak takut mati, Sobat ! ( menatap tajam )

OSCAR
Sa…saya juga tidak.

SAMUEL
Sekarang gerakan kakumu.

OSCAR
Tak bisa. Aneh…saya merasa….perasaan saya mati.

SAMUEL
Demikian juga saya, Sobat. Dapatkah kau bangkit dari kursimu ?

OSCAR
( pelan ) Sa…ya…tidak bisa menggerakkan tangan saya. Barangkali saya bisa menggerakkan tangan saya. Barangkali saya bisa bergerak kalau saya berusaha keras … tetapi saya telah kehilangan kemauan saya …..sssa…ya … merasa sakit, hanya kepala berdenging denging.
SAMUEL
Be…gitukah ? Apakah kau masih mendengar suara saya dengan baik ?

OSCAR
Ya …saya masih medengar.

SAMUEL
Hmmm… he….ehe..he….( tertawa panjang dan sinis )

OSCAR
Katakan demi dosa-dosa Anda, apakah yang Anda ceritakan tadi benar ? Dan benarkah bahwa SAMUEL Glaspel itu saya sendiri ?

SAMUEL
Demi dosa saya he…he…he ?

OSCAR
Apabila semua itu benar, saya mohon anda bisa memaafkan saya.

SAMUEL
Tak ada yang harus dimaafkan.

OSCAR
( terasa mendekati ajalnya ) Terima kasih

SAMUEL
Demi penebusan dosaku, Oskar Yakob, apa yang telah aku ceritakan tadi adalah dusta belaka
( bertatapan ) Aku telah berdusta padamu. Aku bukanlah saudara angkatmu. Engkaulah Oscar Yakob dan aku adalah Samuel Glaspel. Aku telah berdusta padamu.

OSCAR ( berusaha untuk berdiri mengambilkan pistol, tapi keburu direbut samuel glaspel, akhirnya lemas )

SAMUEL ( Berdiri Di Depannya )
Nah, sekarang kau masih bicara, bukan ?

OSCAR
Kau Iblis ! Kau pembohong ! Setidak tidaknya kau tak bisa lolos dariku. Aku tak perlu lagi menghantammu.

SAMUEL Tertawa Panjang

OSCAR
Baiklah ejeklah aku ! Aku toh tak dapat menghindarinya.

SAMUEL
Aku tak akan mati Oscar Yakob ( sinis )

OSCAR
Teapi kau juga minum racun, bukan ? Aku melihatnya. Kau akan mampus Samuel Glaspel !

SAMUEL
Ya, kita berdua minum. Matamu tak pernah lepas dariku. Dan kau belum mau minum sebelum aku menghabiskan minumanku sampai tetes terakhir. Bukankah begitu ?

OSCAR
Aku melihat kau minum apa yang kau minum.

SAMUEL
Begitulah. Ini adalah tipu muslihat Timur. Kalau kau mau tahu, seseorang dalam keadaan terus menerus takut akan diracuni, lama kelamaan, sedikit demi sedikit akan tumbuh kekuatan di dalam dirinya untuk melawan racun yang bagi orang lain menimbulkan kematian. Demikian juga aku. Kebiasaan berhati-hati yang sangat fantastis, sudah menjadi kebiasaanku berhubung jabatanku ini. Setiap saat aku selalu berhati-hati dan bersiap-siap terhadap racun. Kebiasan yang bertahun-tahun itu mendatangkan kekuatan dalam tubuhku. Kau masih mendengar suaraku, bukan ? Inilah gunanya mengetahu pengetahuan Timur. Aku bisa menyombongkan diri padamu bahwa aku bisa menghabiskan dua-tiga gelas lagi tanpa mengalami gangguan apa-apa. Tetapi satu gelas saja sudah dapat membunuhmu ( Oscar Yakob Berusaha Untuk Menerkam Tapi Jatuh Berpegangan Kursi ) Tak ada faedahnya, Oscar Yakob. Aku menasehatkan padamu supaya berpegang erat-erat pada kursi itu.

OSCAR ( terengah engah suaranya meninggi tapi tersedat )
Kenapa…kenapa kau berbuat begitu padaku Samuel Glaspel ?

SAMUEL
Demi sorga. Saya punya hukum alam dan kau punya hukum alam, bukan ? Kau teroris, kau anarkis, kau juga jagal darah saudara lelakimu ; berjaga di jalanan kota dan mencabut nyawa kerabat dan sahabat-sahabatku…pembela kestabilan negara, pembela kekuatan pemerintah… apakah ini bukan apa-apa ? Apakah tidak ada lagi tuntutan fantastis ? Nah..Tuhan menyerahkan dirimu ke tanganku. Aku alat Tuhan dan bukan Kau, Oscar Yakob. Masihkah kau mendengar aku ?

OSCAR ( berat )
Yaa…

SAMUEL
Bagus…bagus satu hal lagi, kenapa aku mau mempertaruhkan nyawa untuk mengambil nyawamu. Kau ingin tahu bukan ? Kenapa aku membiarkan saja kau masuk dengan bebas ke kamar ini ? Kau ingin tahu juga kalau kau masih punya tenaga ? ( tertawa ) Sebab ialah karena orang telah mulai mengira bahwa Samuel Glaspel sudah tidak seperti biasanya. Dan aku pun sudah mulai sangsi dengan kecerdikanku sendiri. Maka dari itu, aku ingin menguji diriku sendiri, aku harus melemparkan diriku sendiri ke tengah pusara. Aku harus berhadapan dengan moncong pistolmu itu. Aku seterusnya harus menggencet hidupku dengan hidupmu dalam sebuah perjuangan mati-matian, di mana aku tak punya senjata dan tak mungkin mendapat pertolongan dari siapapun, kecuali ini
( menunjuk ke otaknya )

OSCAR
Kau Iblis, bangsat. Kau keparat ( menyerang dan jatuh ke lantai )

SAMUEL
Begitu…begitu…sudah tamat, bukan ? Baiklah..baiklah.
( mengambil alas untuk menutupi tubuh oscar yakob dan minum, kemudian membunyikan bel dan mulai menekuni lagi papan catur itu )

VERKA masuk

VERKA
Apakah Yang Mulia memanggil saya ?

SAMUEL
Panggil Antonio ! Permainan catur akan segera dilanjutkan.

VERKA
Segera, Yang Mulia ( keluar )

SAMUEL
Begitu menterinya, kemudian pionnya, tidak. Ya…ya..aku tahu sekarang. Aku dapat akal. Demi sekian penghuni, tidak bisa jalan lagi.

ANTONIO ( masuk dengan kagum )
Yang Mulia….Yang Mulia telah menghakimi sendiri orang ini sendiri ?

SAMUEL
Antonio…permainan caturnya kita lanjutkan. Kau lihat langkahku untuk menghindari skak matmu itu. Begini !

ANTONIO ( kagum )

S E L E S A I

SITTY NOERBAJA

(EPISODE LEPAS DARI BUMI)

OLEH

ILHAM YUSARDI

PEMAIN

Seorang perempuan muda, berperan  sebagai SITTY NOERBAJA

Seorang laki-laki muda, berperan sebagai SAMSUL BAHRI

Seorang laki-laki muda, berperan sebagai BAKHTIAR

Seorang laki-laki muda, berperan sebagai ARIFIN

Seorang laki-laki paruh baya, berperan sebagai AYAH

Seorang laki-laki tua, berperan sebagai DATUK MARINGGIH

Seorang laki-laki, berperan sebagai PENDEKAR LIMA

Seorang laki-laki, berperan sebagai PEDAGANG

Seorang laki-laki, berperan sebagai PEDAGANG PALSU ( SURUHAN DATUK )

Beberapa orang SISWA.

I.

PENTAS MENGGAMBARKAN SESUDUT JALAN ATAU HALTE TEMPAT ANAK-ANAK SEKOLAH MENUNGGU JEMPUTAN ATAU ANGKUTAN UMUM. DI SITU MANGKAL SEORANG PEDAGANG GEROBAK YANG MENJUAL MAKANAN DAN MINUMAN RINGAN. DI SEBELAH KIRI TERDAPAT SEBUAH RAMBU-RAMBU YANG MENUNJUKAN TEMPAT PERHENTIAN BUS.

SITTY,  SAMSULBAHRI, BAKHTIAR DAN ARIFIN MASUK. MEREKA BERCENGKRAMA SEPERTI ADAYANG DIPERDEBATKAN.

BAKHTIAR :

Yang namanya hidup di dunia tentu harus dengan akal, pandai-pandai. Kalau hidup di akhirat baru mesti dengan iman.

SITTY :

Tapi, melihat jimat saat ujian tadi kamu bilang pandai, Bakhtiar ? Bukankah itu cara yang licik.

ARIFIN :

Kalau saya berpendapat lain. Yang dilakukan Bakhtiar diwaktu ujian tadi namanya ‘licik pandai’, bukan cerdik pandai.

BAKHTIAR :
Aah, hei. Untuk hasil maksimal dibutuhkan usaha yang maksimal. Betulkan Samsul ?

SAMSUL :

Kata-kata itu benar. Kamunya yang tidak benar. Usaha maksimal bukannya menghalalkan segala cara. Ingat, alam terkembang jadikan guru. Bisa-bisa berubah pepatah itu, jimat terkembang otak membeku.

SEMUA TERTAWA MENDENGARNYA

PEDAGANG :

Oi ! onde-onde, onde-onde mande. Tertawa sambil makan onde-onde pasti lebih asyik.

( SITTY MEMERIKSA SAKUNYA )

SITTY :

Ujian tadi baru tahap percobaan. Apakah kamu bisa melihat jimat saat ujian akhir yang sebenarnya, Bakhtiar ?

ARIFIN :
Kalau saya berpendapat lain. Resiko untuk melakukan kecurangan di ujian akhir sangat besar. Melihat kiri-kanan saja mungkin dicurigai. Bertanya tetangga ?, sesekali jangan. Nah, apalagi lihat jimat, kertas kecil apapun jenisnya pasti akan gagal.

SAMSUL :

Barangkali Bakhtiar siap dengan resiko, didiskualifikasi.

ARIFIN :

Nah…, dari pada kepala pusing. Menurut pendapat saya. Lebih baik begini. Pertanyaan yang tidak terjawab oleh kita, gunakan pilihan bantuan. Pertama, ask the audience, kode tetangga-tetangga sebelah. Kalau dicurigai, urungkan niat. Kedua, phone a friends, siapkan kertas kecil untuk sms-sms-an,” bantu saya nomor sekian”. Lemparkan pada kawan yang mungkin tahu jawabannya. Tidak bisa juga ! Baru gunakan fifty-fifty.

BAKHTIAR :
Fifty-fifty bagaimana ?

ARIFIN :
Tentukan dua pilihan jawaban yang menurut kamu paling berkemungkinan benar. Dari dua jawaban tersebut, pilih satu saja dengan cara menimbang ( MENIRUKAN DENGAN TANGAN ). “Ma rancak iko pado iko, rancak iko”

Nah, dapatlah satu jawabannya. Untung-untung betul. Gampangkan…. ?

SAMSUL :

Alaahh…., sama juga bohong Arifin.

SITTY :

Tidak ada gunanya. Seperti kata petuah :

Jalar-menjalar akar benalu

Kuat melingkar di batang mangga

Kita belajar menuntut ilmu

Tabiat buruk tak akan berharga

ARIFIN :

Tapi bukankah fifty-fifty itu sah saja. Lain halnya dengan cara Bakhtiar yang menurut pendapat saya….

BAKHTIAR :
Sudah, sudah. Waktu seminggu itu masih panjang. Cukup untuk bersantai menenangkan pikiran. Pergi piknik, tenangkan jiwa.

SAMSUL :
Seminggu kamu bilang masih panjang ? Mana jari tanganmu ? Hitung mundur mulai detik ini. Saatnya siaga satu, kawan.

BAKHTIAR :

Jangan tegang, rileks saja. Kita tentu punya cara masing-masing sebelum bertempur. Kalau saya, butuh refreshing dulu sebelum menuju gelanggang. Kalau mau belajar kejar tayang menghafal buku-buku, silahkan coba. Bisa-bisa meledak itu kepala.

ARIFIN :
Dasar pemalas !

BAKHTIAR :
Terserah saja, sekarang lebih baik pulang. Dengar,

Batang purut di tepi pagar

Ditanam putri anak bangsawan

Kerontang perut karena lapar

Segera pulang mencari makan.

Ayo, Arifin. Kamu pulang bersama saya atau tidak ? Biarlah mereka berdua menggagas masa depan. Apakah kamu mau jadi pamong terus, jadi obat nyamuk bakarnya ? ( ARIFIN MENGIKUTI BAKHTIAR ) Samsul, Sitty, kami duluan. O, ya. Bayar onde-onde kami ini. Buat tutup mulut kami. Daaah.., selamat berindehoi !

BAKHTIAR DAN ARIFIN KELUAR SETELAH MENGAMBIL BEBERAPA ONDE-ONDE

SAMSUL :

Cerdik juga dia !

Kamu lapar, Sitty ?

SITTY :
(MENGGELENG)

SAMSUL :
Benar tidak lapar ?

SITTY :
( MENGGELENG )

SAMSUL :
Bagaimana kalau kita beli onde-onde. Sekedar pengganjal perut.

SITTY :

Mau, mau ! Boleh juga.

SAMSUL MENUJU PEDAGANG

SAMSUL :

Onde-ondenya, pak.

PEDAGANG :
Nah, begitu. Perhatikan juga nasib orang kecil seperti saya. Masa seharian saya berjualan di sini tidak ada yang beli ? Makanya dari tadi saya tawarkan onde-onde ini. Saya tahu kalau putrimu itu sangat suka onde-onde. Dia kan langganan saya.

SAMSUL :
Berapa, pak ?

PEDAGANG :
Belum seberapa, sepuluh onde-onde baru lima ribu saja. Kali ini saya kasih bonus dua buah. Buat nona Sitty.

SAMSUL :

O. Ya. Terima kasih. Bapak baik sekali. Eh, benar tidak, pak ? Kata orang, hari esok harus lebih baik dari hari ini.

PEDAGANG :
Ya, harus !

SAMSUL :
Kalau begitu besok bapak harus lebih baik. Besok, kalau saya beli onde-onde bonusnya harus lebih dari dua. Hehehe ……

PEDAGANG :
Pintar juga otakmu.

SAMSUL KEMBALI KE TEMPAT SITTY

SAMSUL :
Sitty, ini onde-ondenya. Makanlah. Bapak itu memberi bonus buat kamu.

SITTY :

O, ya. Kalau saya tadi yang beli pasti bonusnya lebih dari dua.

SITTY DAN SAMSUL DUDUK MENIKMATI ONDE-ONDE

SAMSUL :

Sitty, selepas lulus sekolah nanti, ayahku menyuruhku untuk meneruskan ke perguruan tinggi. Aku sendiri setuju dengan itu. Kalau kamu bagaimana ?

SITTY :

Baguslah. Siapa yang tidak bangga bisa lanjut ke jenjang yang lebih tinggi . Ayahmu tentu telah menyiapkan semua demi kamu. Aku sendiri belum tentu, Sam. Belakangan ini ayahku sakit-sakitan. Aku tidak mungkin memaksakan keinginanku dalam kondisi seperti ini. O… rencananya kamu mau melanjutkan kemana, Sam ?

SAMSUL :
Ayahku menyarankan untuk kuliah di luar negeri.

SITTY :

Luar negeri ?!

SAMSUL :
Iya, Sitty. Tidak di sini.

SITTY :

Kenapa mesti ke luar negeri, Sam ?

SAMSUL :
Kata ayahku, sangat baik untukku nantinya. Dengan kuliah di luar negeri kita bisa mendapatkan ilmu dengan maksimal.

SITTY :
Di sini juga bisa, bukan ? Banyak perguruan tinggi yang tidak kalah kualitasnya. Dan lagi, kuliah di luar itu butuh biaya besar, Sam. Apakah ayahmu sudah memikirkannya matang-matang ?

SAMSUL :

Ah, entahlah. Selain itu sebenarnya aku belum siap untuk merantau terlalu jauh. Jauh dari kampung halaman, jauh dari keluarga, dan tentu akan menjauhkan aku dari kamu Sitty.

SITTY :
Jauh tidak lagi persoalan, Sam. Selagi masih di bumi ini. Apalagi zaman sekarang ini. Jarak dan waktu bisa direkayasa dengan teknologi.

SAMSUL :
Aku tidak ingin jauh dari kamu Sitty.

Anak baginda berburu rusa

Rusa mati tertembak panah

Jika kasih jauh dimata

Rasa mati badan sebelah.

SITTY :
Burung puyuh masuk ke rimba

Di dahan jati singgah merapat

Meskipun jauh dipelupuk mata

Di dalam hati tetapkan dekat.

SAMSUL :
Ombak berdentum di hujan lebat

Sampan melaju ke pulau seberang

Hendak kemana carikan obat

Badan bertemu makanya senang.

Kalau lama tidak ke ladang

Tinggilah rumput dari padi

Kalau lama tak bisa kupandang

Rasa rindu menjadi-jadi.

SITTY :
Risau kicaunya si anak balam

Ditinggal induknya di pohon jambu

Walau tak bisa berjawat tangan

Di dalam mimpi kita bertemu.

Utara selatan jadi penjuru

Timur dan barat jadi pedoman

Jika tuan dilanda rindu

Dikerat rambut jadikan kenangan.

SAMSUL :

Tetak lontar alaskan padi

Peti dibawa dari Palembang

Bertemu sebentar bagaikan mimpi

Itu membawa hatiku bimbang

Bendi dipapah jalan berliku

Mengangkut sirih ke tengah pekan

Kaki dilangkah terasa kaku

Takut kasih berpindah tangan.
SITTY :
Anak Kediri berdagang kain

Kain disimpan dalam peti

Niat diri tidak pada yang lain

Tuan terikat di dalam hati.

Anak dara bersunting kembang

Rupanya elok serta jelita

Banyak dara di negeri orang

Tidakkah tuan bersimpang mata.

SAMSUL :

Manis-manis bukannya tebu

Manisnya manis si gula jawa

Manis tidak sekedar dari rupamu

Manis kupandang budi bahasa.

Surabaya kota pahlawan

Dikenang seluruh anak negeri

Sitty Noerbaja yang menawan

Tak akan kudapati di luar negeri.

SITTY :

Merah warnanya si bunga mawar

Putih suci bunga melati

Janji bukan untuk ditawar

Kasih hanya dilerai mati

SAMSUL :

Tanam melati di depan rumah

Ubur-ubur berdamping dua

Jikalau mati kita bersama

Satu kubur kita berdua.

SITTY :
Ubur-ubur berdamping dua

Tanam melati bersusun tangkai

Kalau mati kita berdua

Jikalau boleh bersusun bangkai.

SAMSUL :

Tanam melatai bersusun tangkai

Tanam padi satu persatu

Jikalau boleh bersusun tangkai

Daging melebur jadi satu.

TANPA DISADARI, PEDAGANG MEMPERHATIKAN PERCINTAAN SAMSUL DENGAN SITTY.

PEDAGANG :

“Allahuakbar Allahuakbar…………..!!” ( KEARAH SITTY DAN SAMSUL )

SAMSUL :
Hah ! O . Ayo kita pulang, Sitty. Sudah terlalu senja. Nanti orang di rumah marah-marah. Merantaunya masih lama. Lulus saja juga belum tentu.

SAMSUL DAN SITTY KELUAR

PEDAGANG :

Ikat berikat tali kuda

Pasang pelana kuda yang putih

Hati terikat samanya muda

Lupa waktu sebab berkasih

Minta daun diberi daun

Dalam daun buah bidara

Minta pantun diberi pantun

Dalam pantun ada cerita

PEDAGANG ITU PUN KEMUDIAN MENUTUP DAGANGANNYA. KELUAR SERAYA MEMBAWA RAMBU-RAMBU YANG TERNYATA BISA DICABUT DENGAN MUDAH.

* * *

II.

DI RUANGAN SEBUAH RUMAH SEORANG LAKI- LAKI  SEPARUH BAYA DUDUK. LAKI-LAKI ITU TERBATUK-BATUK SERAYA MENGUSAP-USAP DADANYA MENAHAN SAKIT. ANAK PEREMPUANNYA DUDUK DI SEBELAH LAKI-LAKI ITU, SESEKALI MEMIJIT-MIJIT BAHUNYA.

SITTY :

Istirahatlah lagi ayah, sudah terlalu larut.

AYAH :

Tidak mudah tidur bagi ayah sekarang ini, Sitty.

Dipejam mata tak terpejam

Direbah tubuh tak jua senang perasaan.

SITTY :
Apalagi yang ayah pikirkan ? Bukankah ayah pernah bilang pada Sitty,

Tidaklah beban jadi rasian

Habis daging dihisapnya.

AYAH :
Sitty, anakku. Kamu ini seperti orang dulu bilang,

Kecil tak lagi untuk disuruh-suruh.

Besar belumlah dapat ditumpangi.

SITTY :
Ah, ayah. Kecil Sitty anak ayah, besar juga tetap anak ayah. Kalau boleh Sitty tahu, apa yang ayah pikirkan ?

AYAH :

Dipintal benang dengan gulungan

Biar berpisah pangkal dengan ujungnya

Tak kusut pula dalam genggaman.

Tapi, kali ini kamu terpegang ujung benang, Sitty.

Ayah memintal dari pangkalnya.

SITTY :

Kalaulah ujung di tangan Sitty, tentulah Sitty takkan berlepas tangan.

Ceritakanlah ayah. Dengan senang Sitty dengarkan.

AYAH :

( MENARIK NAFAS )

Berniaga ke tanah Jawa dagang emas dengan budi bahasa.

Tapi, bagaimanapun, untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak.

Nasib tertoreh di telapak tangan.

Niat hendak menyekolahkanmu tinggi-tinggi, biar bertambah isi kepala.

Cita-cita membumbung langit, Tuhan dari atas jua yang menentukan.

Jerih peluh usaha niaga kita kali ini telah habis surut, Sitty. Ayah tak dapat lagi berbuat apa-apa. Sekarang, kamu juga tahu, harta ayah hanya tinggal badan sepembawaan ini. Hutang-hutang tumbuh melilit pinggang. Mencekik kerongkongan.

SITTY :

Sitty mengerti, ayah.

AYAH :

Hutang emas dibayar emas. Hutang budi, tentulah dibawa mati.

SITTY :

Benar ayah.

AYAH :

Kemarin Datuk Maringgih datang ke sini. Tak lain untuk menagih hutang pinjaman dagang yang sudah jatuh tempo. Ayah meminta Datuk menambah jangka waktu yang diberikan. Tapi, dia menolak. Karena telah melewati batas waktu yang seharusnya. Sehingga bunganya sudah berlipat ganda. Rumah yang satu-satunya inipun hendak disitanya. Dan itupun belum juga akan menutupi hutang kita Sitty.

SITTY :

Iya, ayah. Sitty paham, ayah.

AYAH :

Panjang cerita segelas kopi, direntang masa setinggi bulan. Bersilat lidah di perbincangan, berkecamuk darah dalam dada.

Ah. Hutang kita seperti memotong rumput di tengah padang. Potong dipotong tumbuh jua. Bunganya menjulang menyentuh lutut. Tiap melangkah terjatuh pula menyentuh tanah.

SITTY :

Sitty mengerti, ayah.

Jual gabah di tengah pekan, gabah dibawa dengan bendi.

Kalaulah susah sama kita pikirkan, nak lapang jua beban di hati.

Ayah, apa yang bisa Sitty perbuat untuk itu, Ayah.

AYAH :

( KEMBALI MENARIK NAFAS, KEMUDIAN MENGGELENGKAN KEPALA )

Daunmu terlalu hijau. Berputik sudah, berbunga belum. Harumnya belumlah melintas pagar.

SITTY :

Maksud ayah…. ?

AYAH :

Sitty, hutang emas dibayar emas ? Hutang budi dibayar budi ? Tapi, lain dengan Datuk Maringgih. Seluruh hutang kita padanya, tidak berguna pepatah demikian. Datuk ingin mempersuntingmu. Maka, lepaslah hutang yang selilit pinggang.

SITTY :

( TERKEJUT )

Dengan Sitty, ayah !? Datuk Maringgih !?

AYAH :

Itulah jalan yang ia pintaskan agar terlepas dari segala hutang.

SITTY :

Tidak, … tidakkah ada jalan lain, ayah ?

AYAH :

Kalaulah umur ayah masih panjang, dan tenaga berisi di badan. Tentu ayah tidak akan memberi tahu kamu, Sitty.

SITTY :

Tapi, … Sitty belum …

AYAH :

Sitty, Ayah paham kalau kamu belum punya timbangan yang kuat, Sitty. Timbangan yang bagus tidak berat sebelah. Berlebih semata ditentang dengan pikiran. Selepas kamu lulus sekolah nanti, Datuk Maringgih hendak menjatuhkan hari.

SITTY :

( TERDIAM LAMA SEPERTI BERPIKIR )

Ayah, bolehkah Sitty mohon diri Ayah ?

Sudah berat kelopak mata. O, ayah istirahatlah dahulu.

SITTY KELUAR MENINGGALKAN AYAHNYA.

LAMPU MENYURUT.

* * *

III.

PENTAS KEMBALI MENGGAMBARKAN SESUDUT JALAN. PEDAGANG MENUNGGU ANAK-ANAK PULANG SEKOLAH.

DATUK MARINGGIH MASUK BERSAMA PENDEKAR LIMA—ASISTEN, JUBIR SEKALIGUS PENGAWALNYA.

DATUK :

Sudah keluar anak sekolah itu ?

PEDAGANG :
O, belum Tuan. Mungkin sebentar lagi. Coba lihat arlojinya ( MENARIK TANGAN DATUK, MELIHAT ARLOJI ). Baru pukul lima lewat sedikit. Lihat, baru sedikit lewatnya. Sekolah bubar pukul setengah enam. Ya, setengahnya saja. Sebentar lagi. Sabar, sabar. Silahkan duduk dulu. Santai dulu. Dan saya punya onde-onde, enak rasanya. Silahkan dicoba. Kalau tidak percaya lihat saja nanti. Seorang gadis cantik akan memborong onde-onde ini, Sitty  Noerbaja gadis….

DATUK :

Sitty Noerbaja ?!

PEDAGANG :

Tepat sekali. Gadis manis, semanis tebu, suka onde-onde. Dia bilang onde-onde lebih hebat dari makanan import manapun. Eh, apa Tuan menunggu Sitty Noerbaja ?

DATUK :

Ya. Saya menjemputnya.

PEDAGANG :
Berarti Tuan ini keluarganya Sitty, kakeknya barangkali ?

PENDEKAR LIMA :

Heh ! Jangan asal bicara ya !

PEDAGANG :

Bapaknya ?

PENDEKAR LIMA :

Datuk ini bukan bapaknya.

PEDAGANG :

Jadi, pamannya begitu ?

PENDEKAR LIMA :

Huhh ! Tidak kata saya !

PEDAGANG :
Kakek bukan, bapak tidak, paman juga salah. Tapi ke sini untuk menjemput Sitty. Nah, berarti Tuan ini sopir pribadinya nona Sitty.

PENDEKAR LIMA :
Hei ! Mau kakek, kek. Mau bapak, kek. Mau paman, kek. Apa urusanmu ! Urus saja onde-ondemu itu.

PEDAGANG :
O. Oke, oke. Maafkan saya. Tidak akan saya urus lagi. Ya, bukan urusan saya. Tapi ingat, sekedar informasi. Bagi saya, Sitty berarti onde-onde, seperti onde-onde. Lembut di luarnya, manis di dalamnya. Dia ramah sekali….

DATUK :
( KEPADA PENDEKAR LIMA )

Coba kau lihat kesana. Lama sekali keluarnya. Apa yang mereka perbuat di sekolah itu. Zaman saya sekolah tidak terlalu penting. Lihat saya, tidak perlu sekolah tinggi-tinggi untuk bisa hidup sejahtera. Cuma pakai akal-akalan. Kecil bahagia, muda foya-foya, tua sejahtera, mati masuk……

PENDEKAR LIMA :

Itu dia, Datuk. Menuju kesini. Anak sekolah keluar seperti kambing lepas dari kandang. Tapi, Sitty bergandengan Datuk.

DATUK :

Bergandengan ! Dengan siapa !?

PENDEKAR LIMA :

Dengan laki-laki. Mesra sekali mereka.

DATUK :

Siapa laki-laki itu ? Hah ! Samsul Bahri. Anak Sutan Mahmud. Sudah melekat-lekat pula ia dengan Sitty.

SAMSUL , SITTY, BAHKTIAR DAN ARIFIN MASUK.

SAMSUL :

Tuan Datuk Maringgih rupanya. ( MENGULURKAN TANGAN HENDAK BERSALAMAN TAPI TIDAK DIBALAS OLEH DATUK )

PENDEKAR LIMA :

Oh, bersalaman dengan Datuk harus melalui saya. Saya asisten, jubir, sekaligus pengawal pribadi Datuk. Jadi segala apapun urusan dengan Datuk harus melalui saya.

DATUK :

Selamat sore Sitty. Sedari tadi saya menunggu. Niat di hati hendak menjemputmu. Mobil sudah saya persiapkan. Mari, kita berkeliling menikmati senja yang menarik ini. Bagaimana kalau kita ke tepi laut, mencari angin segar sambil makan rujak atau jagung bakar. Setelah itu kita ke plaza mencari oleh-oleh untuk ayahmu.

SITTY :

Ah, eh. O. Mmmh … Datuk !?

DATUK :

Ayo Sitty, mari. ( MENARIK TANGAN SITTY )

SAMSUL :

Ada apa ini Datuk ?

PENDEKAR LIMA :

Bukan urusan kamu !

SAMSUL :
Ini jadi urusan saya.

PENDEKAR LIMA :

Oi, urus saja dirimu sendiri, kalau tidak mau berurusan panjang dengan saya !

SAMSUL :

Tapi jangan main … !

SITTY :

Tenang Sam. Ini urusan saya. Pulanglah dulu bersama Bachtiar dan Arifin. Saya mau bicara sebentar dengan Tuan Datuk.

SAMSUL :
Tapi, Sitty. Kamu…

SITTY :

Sam, saya mohon pengertian kamu.

PENDEKAR LIMA :

Nah, kamu dengar tidak ? Sitty menyuruhmu pergi dari sini. Tunggu apalagi, menunggu kena usir, ya ?

BACHTIAR :

Enak saja main usir. Ini tempat umum tahu.

PENDEKAR LIMA :

Kamu juga mau turut campur urusan ini, ya ? Mau tahu prosedur berurusan dengan saya ?

ARIFIN :

Op, op, op. Menurut pendapat saya lebih baik kita mengalah. Mundur. Ayo. Sitty, kami duluan. Jaga diri baik-baik.

SAMSUL, BACHTIAR DAN ARIFIN PERGI DENGAN KESAL.

SITTY :
Datuk. Apa maksud Datuk menjemput saya ?

DATUK :

Saya bermaksud baik Sitty. Mulai hari ini saya, eh, aku, akan menjemputmu. Sebagai seorang calon induk berasku, alangkah menyenangkan kita bertemu setiap saat. Biar kita merasa dekat. Bukan begitu hendaknya ?

SITTY :

Siapa yang menyuruh Datuk melakukannya ?

DATUK :

O, tidak siapa-siapa. Ini aku lakukan tulus dan murni dari hati nuraniku sendiri.

PENDEKAR LIMA :

Ah, tidak usah pakai menolak segala. Turuti sajalah. Datuk akan membuat hari-harimu bahagia.

DATUK :

Saya tidak menyuruhmu bicara !

SITTY :

Datuk. Saya tidak pernah meminta untuk dijemput, Datuk.

DATUK :

Sitty, semua sudah saya perhitungkan dengan ayahmu, Sitty. Tidak ada lagi yang perlu dipermasalahkan.

SITTY :

Tuan Datuk. Ini bukan hitungan matematik, Tuan. Sebagai seorang yang jauh lebih dewasa, tentu Tuan lebih paham dunia ini.

DATUK :

Ah, kau kan bukan lagi anak kecil yang tidak bisa menentukan langkahmu sendiri. Sudah tujuh belas tahun. Tentu kau mengerti Sitty.

SITTY :

Jalan saya masih panjang Datuk. Saya belum berpikir melangkah sejauh ini. Alangkah bagusnya Datuk mencari perempuan yang lebih dari saya. Lebih pantas, lebih pas menjalankan hidup dengan Datuk.

DATUK :

Apalagi yang kamu cari setamat sekolah ini, Sitty ? Lebih baik lakukan langkah besar. Apalagi, kamu perempuan. Bukankah perempuan itu hanya ; sumur, dapur, dan kasur.

SITTY :

Tuan. Hendaklah Tuan berpikir baik. Baik untuk Tuan, dan juga baik untuk saya.

PENDEKAR LIMA :

Ini sudah yang terbaik Datuk lakukan untuk kamu dan Ayahmu, Sitty. Apakah kamu senang melihat ayahmu sakit-sakitan memikirkan…

SITTY :

Tentang hutang Ayah saya pada Datuk, saya berharap Datuk sabar. Berilah saya kesempatan. Tunggu saya menyelesaikan sekolah saya dulu. Saya akan berusaha, bekerja mencari uang untuk membayarnya.

PENDEKAR LIMA :

Heh ! Mau kerja apa kamu Sitty ? Tidak gampang mencari pekerjaan di jaman sekarang ini. Kerja di kantor ? Di Bank ? Jangan mimpi Sitty. O, barangkali kamu bisa jadi babu, buruh kasar, atau kamu jadi pekerja … pekerja seks komersil.

SITTY :

( MENAHAN AMARAH )

Saya tidak bicara demikian Tuan-tuan.

DATUK :
Pendekar Lima. Saya tidak suruh kamu bicara. Diam saja di sana.

Jadi, kamu keberatan dengan aku Sitty ?

SITTY :

Maafkan saya Tuan Datuk.

DATUK :

Saya tidak main-main Sitty.

PENDEKAR LIMA :

Tidak tahu diuntung pula kau rupanya. Ingat. Hutang ayahmu dengan Datuk sudah terlalu banyak. Mau dibayar dengan apa lagi ? Ayahmu sudah menjual seluruh perusahaan dagangnya. Untuk bunganya saja itu pun belum cukup. Ayahmu sudah mulai bicara sendiri memikirkannya. Lebih baik kau bayar lunas dengan …

SITTY :

Hutang emas dibayar emas, Tuan.

PENDEKAR LIMA :

Jadi kau kemanakan perbuatan baik Datuk selama ini pada ayahmu ?

SITTY :

Saya akan selalu mengingatnya. Tidak akan saya lupakan, bahwa Datuk adalah seorang yang baik. Bahkan terlalu baik.

PENDEKAR LIMA :

Nah, tunggu apa lagi ?

SITTY :

Namun, keinginan Datuk terhadap saya, apakah baik buat saya ?

PENDEKAR LIMA :

Jelas sangat baik. Niat baik Datuk tidak akan ada yang menghalangi.

SITTY :

Belum tentu, Tuan. Kalau Tuhan berkeinginan lain, tidaklah boleh mendahului yang di atas.

DATUK :

Hhh. Jangan bermain-main, apalagi mempermainkan saya. Jadi kamu menolak saya ? Saya tidak pantas untuk kamu, begitu ? Lalu, siapa yang pantas ?

PENDEKAR LIMA :

Samsul Bahri tentu telah mempengaruhi otaknya.

SITTY :

Tidak baik menyangkut  – pautkan persoalan ini dengan orang lain, Tuan. Samsul tidak tahu apa-apa dengan masalah ini.

PENDEKAR LIMA :

Jangan bersilat lidah, Sitty. Sejak kapan kau berhubungan dengan dia ? Sudah sejauh mana ? Jangan-jangan kau telah melakukan……

SITTY :

Cukup Tuan. Persoalan ini hanya antara keluarga saya dengan tuan Datuk.

DATUK :
Baik, baik. Sitty ! Silahkan kamu berpikir baik-baik sekarang. Baik untuk kamu serta ayahmu. Terserah ! Saya tunggu keputusanmu.

SITTY :

Sekali lagi, saya mohon maaf  dan berharap Tuan mengerti. Maafkan atas kelancangan saya. Saya mohon diri dulu, Tuan. Saya pulang.

SITTY KELUAR

PENDEKAR LIMA :

Keras kepala juga  dia !

DATUK :
Keras hati, pendekar.

PENDEKAR LIMA :
Keras hatinya pada Samsul Bahri.

DATUK :

Mmmh. Hehehe … Samsul Bahri !? Tampaknya dia akan menjadi batu sandungan bagi langkah saya. Tapi dia bukan masalah yang besar. Pendekar, ke sini !

( MEMBISIKAN SESUATU. PENDEKAR MENGANGGUK-ANGGUK )

PENDEKAR LIMA :

Ide yang usul. Tapi…

DATUK :

Tapi bagaimana ?

PENDEKAR LIMA :

Begini Datuk, apakah setelah ini dilakukan Sitty akan mau dengan Datuk ? Tentu dia akan tambah sulit didekati. Lebih baik langsung Sitty saja, Datuk.

DATUK :

Kamu gila ya ! Tujuan saya itu jelas-jelas Sitty. Kenapa Sitty pula yang dijadikan sasaran. Goblok ! Sekarang gunakan otakmu, bagaimana caranya.

PENDEKAR LIMA :

O. Baik. Begini ( BEBICARA PELAN DENGAN DATUK, SESEKALI MENUNJUK KE ARAH PEDAGANG )

DATUK  :

Bagus, bagus. Sekarang gunakan bibirmu itu kesana.

PENDEKAR LIMA MENDEKATI PEDAGANG.

PEDAGANG :

Eh, Tuan. Kelihatan serius sekali pembicaraan tuan-tuan dengan Nona Sitty. Sehingga Ia tidak sempat menikmati onde-onde saya. Rejeki saya jadi hilang begitu saja.

PENDEKAR LIMA :

Ah, biasalah. Kami ini memiliki sebuah Production House yang sedang menggarap sebuah film baru. Pembicaraan tadi itu, kami menawarkan sebuah peran pada Sitty Noerbaja. Tapi dia masih ragu. Pikir-pikir dulu katanya ( MEMAKAN SEBUAH ONDE-ONDE ) Mmmh..onde-ondenya enak sekali.

PEDAGANG :
Tuan mengajak Sitty main film ? Dia menolaknya ?

PENDEKAR LIMA :

O, Belum. Sitty belum memutuskannya tadi.

( MEMATUT-MATUT GEROBAK PEDAGANG )

Selain dengan Sitty, sepertinya kita juga bisa berkerjasama.

PEDAGANG :

Bekerjasama ? Tuan membutuhkan saya untuk main film ?

PENDEKAR LIMA :

Ya. Kami membutuhkan gerobak Anda ini untuk setting sebuah adegan di film kami nantinya.

PEDAGANG :

Aah…, masa cuma gerobaknya saja. Sayanya tidak. Memang apa judul filmnya ?

PENDEKAR LIMA :
Mmmh. “Tidak Ada Apa-apa Dengan Cinta”.

PEDAGANG :

Lho ! Kok pakai kata ‘tidak’ ?

PENDEKAR LIMA :

Di situlah nilai jual film ini, lain dari yang lain. Film ini akan memperlihatkan bahwa tidak ada apa-apa dengan cinta. Persetan dengan yang namanya cinta. Nah, pengambilan gambar pertamanya akan dilakukan di sini. Sitty akan memainkan tokoh utamanya yang sedang menunggu kekasihnya sambil makan onde-onde.

PEDAGANG :

Makan onde-onde ? Wah, cocok sekali dengan hobinya.

PENDEKAR LIMA :

Karena itulah kami memberikan peran ini pada dia.

PEDAGANG :

Semestinya saya juga diajak, dikasih peran. Saya ini kan sudah biasa melakukan adegan yang Tuan inginkan. Sitty pasti senang dengan saya sebagai lawan mainnya.

PENDEKAR LIMA :
Sayang, wajah Anda itu tidak Kameragenik

PEDAGANG :

Apa maksudnya ?

PENDEKAR LIMA :

Wajah Anda itu tidak menarik jika dishoot dengan kamera. Itu akan merusak citra film ini di mata penonton nantinya. Jadi saya cuma pakai gerobaknya saja. Bagaimana ? Mau tidak ? Kami hargai ( MEMBERI PENJELASAN DENGAN TANGAN SAMBIL BERBISIK ).

PEDAGANG :

Ah, cuma segitu ? Biasanya seorang produser itu sangat royal. Apalagi untuk sebuah adegan penting.

PENDEKAR LIMA :

Tenang, sesudah pengambilan gambar adegan ini akan saya tambah. Dua kali lipat, bagaimana ?

PEDAGANG :

Nah, begitu. Kerjasama disepakati. Tapi…..

PENDEKAR LIMA :

( HENDAK BERBALIK KE TEMPAT DATUK )  Apa lagi !?

PEDAGANG :
Tadi kata Tuan, Nona Sitty belum memastikan dirinya untuk…….

PENDEKAR LIMA :
O. Itu bukan urusan kamu. Nanti akan kami hubungi lagi dia. Cuma persoalan nilai kontrak. Dengan nilai yang lebih tinggi, pasti Sitty tidak akan sanggup menolaknya.

( MENUJU DATUK )

DATUK :
Bagaimana, Pendekar ?

PENDEKAR LIMA :

Beres, Datuk. Semua sudah saya persiapkan

DATUK :

Bagus. Tidak percuma kau kuangkat jadi jubir, bibirmu tak kalah cepatnya dengan otakmu. Setelah Samsul dibereskan, tidak ada lagi halangan bagi saya menuju Sitty. Oh, Sitty ( SERAYA MENERAWANG ).

* * *

IV.

SEORANG PEDAGANG PALSU SURUHAN PENDEKAR LIMA TELAH SIAP DI TEMPAT ITU. IA MONDAR-MANDIR MENUNGGU ANAK-ANAK SEKOLAH KELUAR.

SITTY MASUK, HERAN MELIHAT PEDAGANG ITU.

PEDAGANG PALSU :

O. Mmh, nona pasti  Sitty Noerbaja.

SITTY :
Betul. Tapi bapak ini siapa ? Biasanya kan pak Amat yang berjualan dengan gerobak ini.

PEDAGANG PALSU :

Saya ini… anu, maksud saya, saya ini saudara dari isterinya si Amat yang biasanya berjualan di sini. Berhubungan si Amatnya ada urusan ke situ…., maksud saya ke….kampung isterinya itu, saya diminta untuk menggantikannya. Daripada tidak untung….Eh, maksud saya daripada merugi, lebih baik saya yang menjual-jual dagangannya hari  ini. Katanya dia ada……

SITTY :

Ada apa, Pak ?

PEDAGANG PALSU :

Ah, entahlah. Tidak tahu saya. Pokoknya anu. Penting !

SITTY :

Maksud bapak urusan penting.

PEDAGANG PALSU :
Nah, betul. Seperti yang Nona maksudkan tadi.

Yang penting bagi saya itu, si anu, maksud saya, teman Nona yang bernama Samsul itu .

SITTY :
O, Samsul Bahri. Dia belum keluar. Sebentar lagi. Saya biasa menunggunya di sini.

Ada perlu apa bapak dengan Samsul ?

PEDAGANG PALSU :

Begini. Saya ini di…., maksud saya ada sesuatu yang akan saya……

SITTY :

Maksud bapak ada yang ingin bapak sampaikan pada Samsul ? Katakan saja pada saya, nanti saya sampaikan pada Samsul.

PEDAGANG PALSU :

Ooo…tidak bisa, maksud saya tidak usah. Biar saya saja. Ini juga penting Nona.

SITTY :

Memangnya siapa yang berpesan ?

PEDAGANG PALSU :
Si itu…, si anu, maksud saya…….

SITTY :
Pak Amat ?

PEDAGANG PALSU :
Iya, ya, seharusnya saya bilang begitu. Hehehe……..

SEMENTARA PEDAGANG PALSU ITU MENUNGGU SAMSUL, SITTY MENGAMBIL BEBERAPA BUAH ONDE-ONDE DARI GEROBAKNYA.

SITTY :

Pak, Saya beli onde-ondenya. Ini uangnya.

PEDAGANG PALSU :

Ha! Onde-onde ? Nona Sitty membeli onde-onde ini untuk siapa ?

SITTY :
Ya buat saya.

PEDAGANG PALSU :

Tapi ini tidak untuk……..

SITTY :

O, tidak untuk dijual, begitu ? Apa bapak tidak mau uang ?

PEDAGANG PALSU :

Uang ! Mau saya. Ini saya lakukan karena uang.

SITTY :
Nah, ini uangnya.

SITTY DUDUK MELEPAS LELAH . KEMUDIAN IA MEMAKAN SATU BUAH ONDE-ONDE.

PEDAGANG PALSU :

( KESAMPING ) Aduh ! Celaka saya. Seharusnya Samsul, seperti yang disuruhkan pada saya. Nona memakannya ? ( PADA SITTY )

SITTY :

Iya, kenapa ?

PEDAGANG PALSU :
Ditelan ?

SITTY :
( MENGANGGUK )

PEDAGANG PALSU :

Enak ?

SITTY :
Mmm, enak. Tapi gulanya terlalu manis dari yang biasa.

( MEMAKAN SEBUAH LAGI )

PEDAGANG PALSU :

Yang itu ?

SITTY :
Sama saja. Bapak ini kenapa ? Kalau bapak mau silahkan coba saja.                       ( MENYODORKAN ONDE-ONDE )

PEDAGANG PALSU :

O. Tidak, tidak ! Saya tidak suka onde-onde. Onde-onde itu manis. Saya tidak boleh makan yang manis-manis. Kalau saya makan, saya akan batuk-batuk. Saya akan jadi pusing. ( SITTY MEMEGANG KEPALANYA SEPERTI KESAKITAN ) Nah, anak saya akan marah. Ia akan tambah pusing melihat saya. Ia akan kasak-kusuk mencarikan saya obat. Pernah saya pusing sekali gara-gara makan dodol yang juga sama manisnya dengan onde-onde. Saya jadi terbatuk-batuk, nafas saya sesak sekali    ( SITTY MEMEGANG DADANYA KARENA SESAK NAFAS ) Hampir-hampir saya tidak kuat lagi. Untung anak saya segera membawa saya ke Puskesmas. Kata anak saya, puskesmas itu kependekan dari; pusing, kepala sakit dan masuk angin. Susternya menyuntik saya disini ( MENUNJUK BAGIAN PAHANYA ) Sakit. Tapi, setelah itu saya bisa sembuh. Kalau tidak, saya bisa mati.( SITTY SUDAH TERDIAM BEGITU SAJA.TERKAPAR ) Saya ini belum ingin mati. Saya ingin hidup seribu tahun lagi. Nona takut mati ? ( MENOLEH KEPADA SITTY ) Nona ? Nona ! Bangun nona. Nona, bangun. Wah, celaka. Aduh, seharusnya Samsul. Kalau tidak, saya tak dapat uang. Aduh, nona ini ( MENDEKATKAN TANGAN PADA HIDUNG SITTY ) Haa ! Tidak ada anginnya. Puskesmas, puskesmas ! Tolong ! Tolong ! Ah, kalau orang-orang datang hancur saya. Aduh, bagaimana ini !?.

SAMSUL, BAKHTIAR DAN ARIFIN MASUK

SAMSUL :

Sitty !?

BAKHTIAR :
Sitty kenapa !?

ARIFIN :
Ada apa dengan Sitty !?

SAMSUL :

Hah ! Tidak usah bertanya lagi. Cepat angkat. Bawa ke rumah sakit.

MEREKA KELUAR MEMBOPONG TUBUH SITTY. DARI ARAH LAIN DATUK MARINGGIH DAN PENDEKAR LIMA MASUK.

DATUK :

Bagaimana ?

PEDAGANG PALSU :
Wah. Aduh, celaka ! Sitty !

DATUK :

Kenapa Sitty ?

PEDAGANG PALSU :

Onde-onde, maksud saya Sitty makan onde-ondenya. Sudah saya larang, tapi ia terus saja. Mau apa lagi. Kalau saya katakan ada racunnya tidak mungkin. Sekarang Sitty diangkut ke…

PENDEKAR LIMA :

Diangkut ke rumah sakit ? Cepat bapak lihat kondisinya ! Segera balik, kami tunggu di sini !

PEDAGANG PALSU KELUAR MELIHAT SITTY

DATUK :
Haahhh ! Kenapa bisa jadi seperti ini ? Kacau ! Yang saya perintahkan bunuh Samsul Bahri. Kalau Sitty mati, percuma semuanya !

PENDEKAR LIMA :

Ini kesalahan teknis, Datuk.

DATUK :
Ini kesalahan kamu ! Menyuruh orang yang tidak bisa diandalkan ! Apa tidak ada yang lebih  punya akal !

PENDEKAR LIMA :

Kalau orang berakal mungkin tidak mau melakukannya, Datuk.

DATUK :

Sudah! Jangan mencari alasan lagi. Apa yang harus kita lakukan ? Kita dalam keadaan bahaya. Sebaiknya kita pergi dari sini.

PENDEKAR LIMA :

Kita tunggu laporan dari orang tadi dulu Datuk.

DATUK :

Untuk apa lagi ?

PENDEKAR LIMA :
Mengetahui keadaan Sitty, ia mati atau tidak.

DATUK :

Mati atau tidak, tidak perlu lagi saat ini. Kasus ini pasti diusut. Sekaranglah waktu yang tepat untuk menghindar. Ayo !

LANGKAH DATUK TERHENTI KARENA SAMSUL DATANG.

SAMSUL :
O. Ternyata langkah saya tak kurang dan tak jua lebih. Hendak ke mana tuan-tuan ? Tidak mau mempertanggungjawabkan perbuatannya, ya ! Begitu ? Sitty sekarang dalam keadan koma, Dokter telah mengetahui penyebabnya. Tidak ada alasan untuk tidak menuduh Datuk sebagai dalangnya.

DATUK :

Jangan asal tuduh ! Kamu ingin mencemarkan nama baik saya, ya !?

PENDEKAR LIMA :

Oi, anak muda. Apakah kau punya bukti otentik kalau bicara !?

SAMSUL :
Bukti ? ( MENGODE DENGAN TEPUKAN TANGAN )

BAKHTIAR MASUK MEMBAWA PEDAGANG PALSU

SAMSUL :

Siapa yang menyuruh bapak untuk meracuni Sitty ? ( KEPADA  PEDAGANG PALSU )

PEDAGANG PALSU :
Itu, Situ. Maksud saya orang itu ( MENUNJUK PENDEKAR LIMA )

SAMSUL :

Berapa bapak dibayarnya ?

PEDAGANG PALSU :

Tadi saya dikasihnya uang segini ( HENDAK MENGELUARKAN SELURUH ISI SAKUNYA ). Janjinya saya akan dikasih uang banyak, satu juta katanya. Jadi saya mau. Perintah cuma menyerahkan onde-onde itu pada Samsul Bahri. Samsul Bahrinya tidak ada. Tapi Nona Sitty membeli onde-onde itu dan mengasih saya uang.

SAMSUL :
Maksud bapak ?

PEDAGANG PALSU :

Aduh, ini sudah tiga kali saya jelaskan pada kalian !

BAKHTIAR :
Jadi tidak usah berkelit lagi dari kami, Datuk !

SAMSUL :
Datuk hendak meracuni saya agar Sitty bisa jatuh ke tangan Datuk ? Terlalu sempit jalan pikiran datuk. Tidak semua orang bisa Datuk bodoh-bodohi. Zaman sudah bertukar, Datuk ! Nah, sekarang kau harus me……

ARIFIN MASUK DENGAN RAUT MUKA TEGANG BERCAMPUR TANGIS.

ARIFIN :
Sitty sudah mendahului kita.

SEMUA :
Sitty !?

SAMSUL :

Gaek keparat ! ( HENDAK MENYERANG DATUK )

DATUK :
Lari !

PENDEKAR LIMA :
Kita hadapi saja, saatnya perhitungan terakhir, Datuk !

BAKHTIAR :

Oooooooiii ! Babi hutan masuk ke ladang !

BEBERAPA ORANG SISWA MASUK MEMBAWA BENDA-BEDA KERAS DI TANGAN. MEREKA LANGSUNG MENYERANG SEHINGGA TERJADI TAWURAN.

“Bagi saya.”

“Ini. Hajar !”

“Kubunuh kau, anak ingusan !”

“Ayo, pak tua !”

“Beraninya keroyokan !”

“Sudah biasa, Datuk !”

“Ekstrakurikuler !”

DALAM PERISTIWA TAWURAN ITU SAMSUL BAHRI TEWAS TERTUSUK BELATI OLEH DATUK, SEDANGKAN DATUK MARINGGIH TEWAS DIKEROYOK SISWA DENGAN BATU.

“Samsul !?”

KAWAN SAMSUL MENGANGKAT TUBUH SAMSUL KELUAR. PENDEKAR LIMA DAN PEDAGANG PALSU MELARIKAN DIRI.

* * *

V.

DI SUDUT JALAN BEBERAPA HARI KEMUDIAN, SEORANG LAKI-LAKI BERPAKAIAN LUSUH DUDUK DI HALTE. IA TENGAH BERBICARA SEORANG DIRI.

AYAH :

Sitty…kembalilah Sitty…dst.

SUARA-SUARA :

Sitty di sini Ayah. Menjelma gunung. Orang-orang mendaki, seperti mendaki mimpi. Sitty melihat mimpi itu, Ayah. Bintang jatuh ke samudera jiwa, jiwa lepas dari tubuh….

AYAH :

Kemarilah, sayang. Maafkan Ayah, kemarilah…peluk Ayah….dst.

SUARA-SUARA :

Sitty di sini Ayah. Serupa jembatan, antara masa lalu, masa kini, dan masa datang. Jembatan waktu yang melingkar, metamorfosis. Orang-orang melintas, datang, singgah, pergi, dan menghilang.

AYAH :

Jangan cengeng, Sitty ! Ayo, berdiri. Ayo! Bangun, nak. Lepaskan kemanjaan…dst.

SUARA-SUARA :

Sitty jadi muara, Ayah. Tempat segalanya berakhir. Akhir dari kepedihan, akhir dari segala dendam. Akhir dari mimpi-mimpi yang dihanyutkan orang dari hulu, dari masa lalu. Telah jadi kisah, Ayah. Yang melahirkan seribu tafsir…. Meski kita tidak pernah tahu kapan episode ini berakhir….

LAMPU PERLAHAN MENYURUT. PADAM.

SELESAI

Bukandiya april-mei 2004

Sebuah sandiwara remaja

Symphoni Anak Jalanan

Karya : IGN. Arya Sanjaya

Pemain

Atet    = pengamen

Iwo     = pengamen

Kemal   = pengamen

Abdul   = petugas

Nasir   = petugas

Komandan

___________________________________ Symphoni anak jalanan

Babak Satu

Di sepotong trotoar sebuah jalan di sebuah kota, tiga remaja tanggung, Atet, Iwo dan Kemal sedang mengamen. Iwo sering bermimpi, Atet sangat acuh dengan dirinya dan Kemal senantiasa menepuk-nepuk perutnya yang selalu kelaparan. Mereka sedang menyanyikan sebuah lagu berirama dangdut.

Lagu Pengamen

Mondar-mandir di sela-sela mobil

nyanyi-nyanyi sampai suaraku sember

hilir-mudik di antara rumah makan

senyam-senyum sampai bibirku dower

andai saja kupunya rumah mobil juga

ku tak akan sengsara

andai saja kudapat hasil berjuta-juta

pasti aku traktir semua

( kepada penonton ) mau, mau, mau …

Kemal         : Dapat berapa kita hari ini ?

Atet    : Sebentar, aku hitung dulu. ( Menghitung uang recehan, penghasilan mereka )

Iwo     : Eh, kawan-kawan, tadi malam aku bermimpi kejatuhan durian !

Atet             : Benjol dong kepalamu. Eh, Wo, jangan mimpi- mimpi melulu deh !

Iwo     : Memangnya kenapa kalo aku mimpi ketiban durian ?!

Kemal   : Kita jadi kebelet pingin durian dong ! Ah, bego kamu !

Iwo     : Iya, mimpi dulu, nanti benerannya !!

Kemal   : Dasar tukang mimpi !

Atet    : Sudah, sudah ! Eh, Wo, Mal, lumayan juga penghasilan kita hari ini.

Iwo + Kemal : Berapa ?!

Atet    : Tiga ribu dua ratus rupiah.

Kemal   : Berarti kita bisa makan sama-sama sebungkus nasi kuah sayur dong …

Tiba-tiba dua orang petugas datang dari sebuah sisi panggung, bergegas sambil meniup peluitnya. Setelah kejar-kejaran, akhirnya anak-anak itu terperangkap di salah satu pojok.

Abdul          : Eh, eh, mau lari kemana kalian, hah ?!

Bertiga : Maaf pak, apa salah kami ?!

Nasir   : Sudah sering dikasih tahu masih bandel juga, memangnya kalian mau jadi jagoan ya ?!

Iwo     : Ampun pak, kami sungguh tidak mengerti.

Abdul   : Kalian dilarang  ngamen di sekitar tempat ini, tahu !!

Kemal   : Maaf pak, kami tidak tahu, pak !

Nasir   : Dasar anak brekele, kamu …

Atet    : Betul pak, kami bener-bener tidak tahu. Baru pertama kali ini kita bertiga ngamen disini !

Abdul   : Baru pertama-baru pertama, eh, kalian kira kita berdua buta apa ?! Sudah sering aku lihat kalian pada genjrang-genjreng di sekitar sini …

Iwo     : Barangkali bukan kami, pak !

Nasir           : Pokoknya aku tidak mau tahu, yang jelas malam ini kalian bertiga yang kami tangkap. Sekarang, ayo ikut ke kantor. Ayo cepat, cepat, cepat …!!

Bertiga : Tapi pak, bukan kami, sungguh bukan kami …

Ketiga anak itu digiring oleh petugas, mereka semua keluar.

Babak dua

Keesokan harinya di kantor petugas. Iwo, Kemal dan Atet duduk di bangku panjang, dua petugas, Abdul dan Nasir mendampingi mereka. Abdul duduk di belakang meja, sementara Nasir berdiri mondar-mandir dengan pentungan karet di tangannya.

Nasir   : Nah, hari ini kalian bertiga akan dibebaskan. Tapi ingat, jangan sekali-sekali kulihat lagi kalian ngamen di tempat itu lagi. Berisik tahu !! Bapak pejabat yang rumahnya dekat situ empet matanya ngeliatin kamu-kamu semua… ngerti, nggak ?!

Bertiga : Ngerti bang, eh, pak !

Tiba-tiba telepon berdering, Abdul mengangkatnya. terdengar suara komandan memanggilnya menghadap kemejanya.

Komandan: Dul, harap segera datang keruangan saya !

Abdul   : Siap, komandan. ( pergi ke meja komandan, yang ada di ruangan itu juga, di atas level yang agak ditinggikan )

Abdul   : Siap, komandan !

Komandan: Duduklah.

Abdul   : Terima kasih, ‘dan !

Komandan: Begini Dul, aku sedang bingung nih. Hari ini anakku yang nomor dua akan berulang tahun. Dan kami ingin sedikit ada perayaan di rumah, karena dia ingin mengundang beberapa temannya. Selain makan-makan ala kadarnya, aku juga minta seorang pemusik, organ tunggal untuk memeriahkannya. Tapi dasar apes, tadi pagi dia telpon, katanya nggak bisa tampil karena bapaknya meninggal. Nah, aku jadi bingung mencari gantinya ?! Kira-kira kamu punya kenalan yang bisa nyanyi nggak ?!

Abdul   : Kenalan ? Rasanya nggak ada komandan.

Komandan: Atau, tolong cari tahu deh !

Abdul   : Baik komandan. ( Hendak berbalik, tiba-tiba ingat sesuatu ) Maaf komandan, bagaimana kalau pengamen yang kami tangkap tadi malam saja kita suruh tampil di rumah komandan ?!

Komandan: Pengamen ?!

Abdul   : Iya, komandan !

Komandan: Kamu menangkapnya di mana ?

Abdul   : Di depan rumah boss, komandan.

Komandan: Oh, begitu. Ehm, boleh juga. Tapi apa  mereka bisa bernyanyi dengan baik ?! Jangan-jangan mereka hanya bisa nyanyi sepotong-sepotong saja, kan di jalan mereka nggak pernah nyanyi utuh ?!

Abdul   : Oh ya, ya ?! Tapi bagaimana kalau kita test saja mereka, komandan ?!

Komandan: Maksud kamu ?

Abdul   : Ya, kita suruh mereka menyanyikan sebuah lagu, yang utuh tentu saja. Nah, kalau komandan anggap layak, kita tampilkan mereka di rumah komandan.

Komandan: Wah, bagus juga ide kamu. Tidak sia-sia ku manggil kamu kemari. Dimana mereka ?

Abdul   : Di ruangan sebelah, komandan. Sedang diberi pengarahan oleh Nasir.

Komandan: Kalau begitu mari kita temui mereka. ( mereka berdua pergi ke ruang sebelah ).

Nasir          : Siap, selamat pagi komandan !

Komandan: Pagi, semua baik-baik saja Sir ?

Nasir   : Baik, komandan.

Komandan: Terima kasih. Begini Sir, tadi aku sudah cerita sama Abdul, aku butuh penyanyi untuk ulang tahun anakku Ria nanti malam. Aku ingin anak-anak ini bisa tampil, tapi sebelumnya aku ingin mendengarkan mereka menyanyikan sebuah lagu dulu.

Nasir   : Siap, komandan !  ( terus  mendekati  para pengamen ). Kalian bertiga, kalian betul-betul beruntung, kalian bertiga mendapat kesempatan yang bagus kali ini. Kalian diminta tampil dalam acara ulang tahun anaknya bapak komandan.

Atet    : Kami diminta tampil, wah kesempatan bagus nih …

Iwo     : Ya, betul !

Nasir   : Tapi, tentu saja kalau kalian lulus test. Sekarang kalian diminta untuk bernyanyi di hadapan komandan. Ayo, nyanyikanlah sebuah lagu, lagu apa saja, yang penting enak didengar dan sopan, jangan lagu protes-protesan, awas kalau macam-macam !!

Kemal   : Baik, pak. Ayo kita nyanyikan sebuah lagu kawan.

Iwo     : Iya, tapi lagu apa ?

Kemal   : Lagu Judul-judulan aja ?!

Iwo     : Jangan, itu saru …

Atet    : Bagaimana kalau lagu plesetannya kang Harry itu ?

Iwo     : Jangan, itu masuk kategori lagu protes, kan nggak boleh katanya.

Kemal   : Kalau begitu, lagu ( menyebutkan sebuah judul lagu yang akan di tampilkan ) saja !

Iwo     : Ya, ya, lagu itu aja, tapi kamu hafal nggak ?!

Kemal   : Hafal dong …

Atet    : Oke, kalau begitu !! Pak, kami siap pak !

Nasir   : ( setelah mohon persetujuan komandan ) Baik, mulailah.

Mereka bertiga mulai menyanyikan sebuah lagu ( yang judulnya sudah disebutkan diatas ) yang sesuai dengan situasi serta kondisi di tempat pementasan.

Selesai nyanyian, komandan, Abdul dan Nasir bertepuk tangan.

Komandan: Bagus, bagus !!

Abdul   : Dahsyat, man !!

Nasir   : Asyiikkkk !!!

Komandan: Nah, sekarang  bersiap-siaplah kalian. Biar kostumnya nanti diatur oleh Abdul dan Nasir. Ayo kita berangkat ( mereka keluar )

Babak tiga

Esok harinya, di kantor dua petugas, Abdul dan Nasir ngobrol tentang pesta anak komandan mereka tadi malam.

Abdul              : Meriah  banget  pestanya  si  Ria  tadi  malam  ya, Sir !!

Nasir   : Ya, makanannya enak-enak dan melimpah, teman-temannya si Ria juga cantik-cantik dan seksi-seksi, wah, betah aku jadinya. Dan anak-anak itu juga nyanyinya nggak malu-maluin, kompak dan apik deh.

Abdul   : Ya, walau peralatan mereka sederhana, tapi penampilan mereka tetap memikat. Sampai semua yang hadir terpikat dan terkagum-kagum dibuatnya.

Nasir   : Eh, kira-kira komandan datang nggak hari ini ?!

Abdul   : Aku jamin, nggak bakalan. Paling-paling dia sedang molor  kecapaian ! ( Tiba-tiba masuk sang  komandan )

Komandan: Siapa yang kamu bilang molor, Dul ?!

Abdul   : Eh, itu komandan, ehm .. anak-anak itu …tentu mereka kecapaian.

Komandan: Oh ya, tapi dimana mereka, ya ?!

Nasir   : Kurang tahu, komandan.

Komandan: Dimana kira-kira aku bisa menemukan mereka ?!

Abdul   : Apa mereka sudah nyolong sesuatu dari rumah komandan ?!

Nasir   : Betul komandan, apa mereka sudah berlaku kurang senonoh di pesta tadi malam ?!

Komandan: Tidak, tidak. Kalian salah sangka. Tadi malam aku tidak melihat mereka pulang. Jadinya belum sempat mengucapkan terima kasih.

Abdul   : Oh, saya kira mereka tak tahu diri dan berbuat kacau.

Nasir   : Ya, saya juga mengira mereka telah mempermalukan komandan di depan para undangan komandan.

Komandan: Oh, tidak-tidak. Malahan tamu-tamuku banyak yang memuji mereka. Banyak diantaranya yang menanyakan dimana aku menemukan mereka. Dan sekarang aku mau minta tolong pada kalian berdua untuk menemui mereka.

Abdul   : Mereka disuruh tampil lagi, komandan ?!

Komandan: Tidak, aku hanya ingin menyampaikan ucapan terima kasihku pada mereka. Karena mereka telah tampil dengan baik dan dapat menghibur tamu-tamuku. Tolong sampaikan  ini  kepada  mereka. ( Menyerahkan amplop ). Nah, aku pulang dulu, karena ada urusan yang harus kubereskan dulu, berkaitan dengan pesta tadi malam.

Abdul + Nasir : Baik, komandan !

Komandan: Tolong sampaikan kepada mereka sekarang juga !

Abdul + Nasir : Siap, komandan !! ( Komandan keluar )

Abdul   : Sir, ayo kita berangkat ..

Nasir   : Ayo !!! ( mereka berdua keluar )

Babak tiga

Sepotong trotoar di sebuah jalan, di sebuah kota. Abdul dan Nasir berjalan mencari Atet, Iwo dan Kemal. Terlihat keringat mulai menitik di dahi mereka, karena mentari mulai meninggi. Sambil berjalan mereka mendendangkan potongan lagu.

Abdul   : Mengamen jangan mengamen

kalau tak pada tempatnya

mengamen boleh saja

asal dibagi dua …

Nasir   : Huusss …

bertugas harus bertugas

tak boleh karena terpaksa

bertugas tentu saja

suka atau tak suka …

Abdul   : Sir, kearah mana kita harus mencari mereka, ya ?!

Nasir   : Kesana !!

Abdul   : Kenapa kesana ?

Nasir   : Karena disana ada warungnya si Mawar, si janda bahenol …

Abdul   : Dasar buaya kamu, ayo … ( mereka berjalan sebentar ) Wah, lumayan capek nih.

Nasir   : Ya, kakiku juga mulai pegel nih.

Abdul   : Tapi kemana perginya anak-anak brekele itu, ya ?!

Nasir   : He-eh, kalau dicari menghilang bagai setan, nah kalau lagi nggak dicari, eh, malah ngibing di depan mata. Dasar apa tuh …, kata kamu ?!

Abdul   : Brekele …

Nasir   : Ya, brekele …

Abdul   : Tapi ngomong-ngomong, apa ya isi amplop itu ?!

Nasir   : Maksud kamu ?

Abdul   : Iya, amplop yang diberikan komandan untuk anak-anak itu.

Nasir   : Huss, ini amanat tahu !!

Abdul   : Eeeh, aku kan cuma pengen tahu isinya doang.

Nasir   : Iya, ya. Apa ya, kira-kira isinya ?

Abdul   : Makanya, buruan buka, biar kita tidak penasaran.

Nasir   : Tapi dosanya kita bagi dua, ya ?!

Abdul   : Dosa-dosa, buruan ah ! ( Nasir mengeluarkan dan membuka amplop ).

Nasir   : Duit, isinya duit Dul !!

Abdul   : Berapa banyak ? ( Nasir menghitung )

Nasir   : Dua ratus ribu !!

Abdul   : Dua ratus ribu ?! Wah banyak juga, ya !

Nasir   : Iya, banyak …

Abdul   : Bagaimana kalau kita meminjamnya sedikit untuk sarapan ?

Nasir   : Meminjam bagaimana maksud kamu ?

Abdul   : Ya, kita kan tidak mencuri atau merampoknya, kita hanya meminjamnya. Ya, hitung-hitung ongkos pengantaran. Nanti kalau kita ada rezeki kita kembaliin kepada mereka. Anu, ngomong-ngomong perutku sudah keroncongan, nih !!

Nasir   : Boleh juga ide kamu. Tapi, dosanya kita bagi dua, ya ?!

Abdul   : Dosa-dosa, buruan ! ( Nasir mengambil satu lembar 50 ribuan, segera dirampas oleh Abdul, kemudian dengan malu-malu dia mengambil 50 ribuan satu lagi untuk dirinya )

Kemudian, masuk Atet dan Kemal sambil berdendang. Kedua petugas itu buru-buru menyelipkan uang kutipan serta amplop itu kedalam kantung baju mereka.

Nasir   : Itu mereka, hai .. kamu !! ( mendengar teriakan itu, atet dan Kemal lari, terus dikejar oleh kedua petugas. Mereka lari keliling panggung )

Abdul              : Tunggu, tunggu dulu !! Kami datang bukan mau menangkap kalian …

Atet    : Terus, mau ngapain dong ?!

Nasir   : Mau ngasihin uang !!

Kemal   : Ngasih uang buat apa ? ( mereka berhenti berkejaran )

Abdul   : Kamu aja yang ngejelasin, Sir.

Nasir   : Bapak komandan ingin menyampaikan ucapan terima kasih ala kadarnya. Karena berkat penampilan kalian yang bagus, tamu-tamunya menjadi terhibur. ( Nasir menyerahkan amplop terus keluar bersama Abdul. Sementara Atet dan Kemal bengong, seperti nggak  percaya  dengan kenyataan yang mereka hadapi )

Kemal   : Duit ?! Wah, berapa banyak isinya, ya ?!

Atet    : ( Mengeluarkan isi amplop ) Seratus ribu …

Kemal   : Banyak amat ! Eh, Tet bagaimana kalau kita pinjam sedikit buat sarapan, perutku lapar nih !!

Atet    : Tapi ini amanat buat kita bertiga. Bagaimana kalau kita tunggu Kemal dulu, sebentar lagi pasti dia datang. Nanti kita sarapannya sama-sama, bagaimana ?! ( Iwo masuk ) Tuh, Iwo sudah datang.

Iwo     : Maaf friends, aku kebelet tadi. Tapi sekarang sih sudah lega, kita berangkat ?!

Atet    : Wo, tadi petugas yang menangkap kita kemarin datang kemari. Komandannya menitipkan duit buat kita …

Iwo     : Duit, berapa banyak ?!

Kemal   : Seratus ribu.

Atet    : Nah, ini uangnya. ( menyerahkan amplop ).

Iwo     : Baik juga hati komandan itu, ya ?!

Atet + Kemal  : Ya !!

Iwo     : Nah, sekarang mari kita pergi kerumah makan Padang yang di belokan jalan itu. Kita pesan nasi kapau dengan ayam bakar bumbu balado yang lezat itu, setuju …

Atet + Kemal   : Let’s go … ( mereka berjalan berputar-putar sambil bernyanyi )

Lagu Symphoni Anak Jalanan

Kucoba-coba menapis madu

madu kutapis sengat kudapat

kucoba-coba menulis lagu

lagu kutulis uang kudapat

Jamane-jamane jaman edan

asyik jadi anak jalanan

walaupun susah mencari makan

namun tak pernah menjadi beban

Sungguh enak anak-anak jalanan

anak jalanan banyak kawannya

walau disaku uang tak ada

tetap berdendang tertawa-tawa

Selesai

Parakan Resik, Mei 2004.

WANITA YANG

DISELAMATKAN

Karya : Arthur S.Nalan

Para Pemain :

-Juned ( Sang Pembelot )

-Jamilah ( Isteri Juned )

-Barjah ( Sahabat Juned )

-Malim ( Pemimpin Panguyuban Salim )

-Umi ( Isteri Malim )

-Abuy ( Anak Isteri Juned & Jamilah )

-Pak Duluk

-Germo

-Polisi Hutan

-Para Anggota Panguyuban

I.

JUNED :

Aku bosan Ilah, aku jenuh! Bayangkan hampir setiap hari aku harus siap dipanggil Malim dan melakukan tugas-tugas yang bertentangan dengan nuraniku. 3 tahun yang lalu, aku telah keluar dari penjara dan kini bertekad ingin menjadi orang baik-baik. Aku berkenalan dengan Barjah, aku kembali menemukan kau dan tanpa aku duga kini kau menjadi isteriku.

( MINUM ) Kalau bukan karena Barjah, kalau bukan karena Malim, mungkin aku tak akan pernah memilikimu.

JAMILAH :

Bosan dan jenuh itu biasa. Memang bahagia harus selalu diikuti dengan pengorbanan. Kalau kau bicara tentang kebosanan, kita semua selalu mengalaminya, kita semua merasakannya. Yang penting sekarang, bagaimana kita membesarkan anak kita, supaya menjadi anak yang pintar dan soleh.

JUNED :

Ya, aku tahu itu. Itu juga membosankan. Kata-kata itu sering aku dengar dari Kakek, Nenek, orang tua kita, selalu diulang. Orang tua selalu berharap anak-anaknya itu menjadi anak yang pintar dan soleh. Kita juga jadi ikut-ikutan begitu pada anak kita.

JAMILAH :

Tentu saja, apa ada orang tua yang mengharapkan anak-anaknya masuk penjara, menderita?!

JUNED :

Apa kita bisa membahagiakan Abuy, dengan keadaan kita yang selalu begini ini, dengan keadaanku yang selalu terikat baiat Kang Malim, yang terikat sumpah setia pada Panguyuban?! Apa bisa Ilah, apa bisa?!

JAMILAH :

Aku tidak tahu, kita memang sudah kadung dan terbawa arus mereka. Tak usah disesalkan, terima saja sebagai kenyataan pahit.

JUNED :

Terus-terusan pahit dan kepahitan yang aku alami, manisnya hidup hanya sempat kita jilat, hanya sempat kita cicipi …….

JAMILAH :

Sudahlah, tak ada gunanya kita berpanjang-panjangan begini, bercerita tentang kepahitan hidup, kebosanan, kalau aku …. Kalau aku hanya dapat bersyukur, lain tidak. Bayangkan seandainya aku tidak kau bebaskan, dengan bantuan Barjah serta pasukan lowo irengnya, dari cengkraman mamih Rawit, bayangkan kalau aku tidak ditemukan disana, mungkin kita masing-masing berjalan ditempat yang berbeda ….. tapi Tuhan telah mengatur kita bertemu kembali ….. kita dipersatukannya.

JUNED :

Sudahlah aku bosan mengingat masa lalu, kau tahu …… sebenarnya masa lalu ingin ku kubur dalam-dalam.

JAMILAH :

Tidak mungkin masa lalu dikubur begitu saja, sekarang tindakan apa yang akan diambil?!

JUNED :

Tindakan apa yang harus aku ambil?!

JAMILAH :

Ya, tindakan apa. Bukankah sebenarnya dari tadi kita tengah bicara tentang tindakan-tindakan apa yang harus diambil untuk melarikan diri dari kejenuhan dan kebosanan yang mengepung kita?!

JUNED :

Kau benar Ilah. Aku harus keluar dari lingkaran mereka. Sekarang aku sadar, rasanya janggal harus mengumpulkan dana perjuangan dengan jalan mencuri dan menggarong,

pada awalnya aku kagum dengan mereka, tapi lama kelamaan aku muak, perjuangan macam apa ini?!

( SUARA KETUKAN PINTU )

Siapa?!

BARJAH :

Aku Ki sobat!

JUNED :

Ilah bukakan pintu!

JAMILAH:

Masuk Kang Barjah …… sendirian saja?!

BARJAH : ( MASUK )

Ya ….. Assalamualaikum.

JAMILAH :

Waalaikum salam.

JUNED :

Alaikum salam ….. Silahkan duduk, Jah …..

( KEPADA JUMILAH )

Buatkan kopi, Lah …..

BARJAH :

Sabil!

JUNED :

Sabil!

BARJAH :

Aku bawa tugas dari Salim!

( MEMBERIKAN SURAT )

Anakmu mana tidak kelihatan?!

JUNED :

Mengaji di Tajug!

JAMILAH :

Kopinya …… Bagaimana kabarnya Ceu Mae?!

BARJAH :

Sehat-sehat saja.

( KEPADA JUNED )

Bagaimana?!

JUNED ( DIAM )

JAMILAH :

Kang Juned sebenarnya lagi kurang enak badan.

BARJAH : ( TERTAWA )

Sejak kapan kau kolokan, hah?! Ingat, hanya kau yang dipercaya Malim untuk memimpin tugas ini. Hanya kau yang tahu situasinya. Bukankah dulu kau pernah kerja di pabrik gula tersebut?!

JUNED :

Ya, dulu. Bagaimana ya, aku benar-benar lagi kurang enak badan.

BARJAH :

Kau menolak.

JUNED :

Tidak, aku tidak menolak.

BARJAH :

Ingat target dana harus terpenuhi, jika tidak, perjuangan perang Sabil kita ini tidak akan terwujud.

JUNED :

Ilah, ambilkan peti besi yang ada dikolong ranjang ….

( KEPADA BARJAH )

Sekarang aku mau tanya padamu.

BARJAH :

Tanya apa?! Ayo tidak usah ragu-ragu. Aku kan sobatmu!

JUNED :

Apakah kau pernah berpikir …… kau yakin perjuangan perang Sabil ini akan terwujud?!

BARJAH : ( TERTAWA )

Kau ragu?!

JAMILAH : ( MENARUH PETI )

Aku beli obat nyamuk dulu ke luar.

( PERGI )

JUNED :

Aku tidak ragu …… tapi aku berpikir. ( MEMBUKA PETI BESI )

Kau lihat siapa dia?! ( MEMPERLIHATKAN FOTO KARTOSUWIRYO )

Malim suka menyebutnya, “Sang Mata Air, Sang Pencetus Perang Sabil …”. Tapi kenyataannya, Sang Mata Air itu dikubur!

BARJAH : ( TERTAWA )

Jun, pencetus itu boleh mati ….. perintis boleh terkubur ….tapi pewaris harus bangkit! Kita adalah pewaris perjuangan perang Sabil ( MEMBERIKAN PISTOL YANG DIAMBIL DARI DALAM PETI BESI ). Buktikan bahwa kita adalah pewaris perjuangan perang Sabil dengan senjata ini, kau bisa katakan pada mereka bahwa pewaris perjuangan perang Sabil yang tak akan pernah usai ( MINUM KOPI ). Kau tentu masih ingat peristiwa sarang pelacuran Kamalaten, ketika aku dan saudara-saudara para pewaris perjuangan perang Sabil itu …… tergabung dalam pasukan Lowo Ireng dan kau ada didalamnya sebagai saksi mata … kau saksikan kita beraksi dengan satu gebrak …. Para centeng-centeng dan begundal-begundal mesum itu lintang pukang … terlebih-lebih Gemonya yang gemuk itu …. Sampai basah kain sampingnya.

( TERTAWA )

Karena ada baking-nya yang over-acting …. Lalu kita telikung sampai giung dan kita bakar tempat maksiat itu …. Aku puas! ( TERTAWA ).

LALU DI MARKAS Pangguyuban kita nyanyikan lagi perjuangan ( BERNYANYI ).

Berjuang dijalan Sabil, senjata ditangan, pandangan ke depan demi Sang Malim!

JUNED : ( KESAL )

Sudah, Jah …. Sudah! Kau tak perlu ceritakan peristiwa itu lagi! Kau memang banyak berjasa untukku.

BARJAH :

Jun, aku sengaja ceritakan kembali peristiwa itu agar kau sadar bahwa kita ini adalah pewaris perjuangan perang Sabil …. Termasuk kau.

JUNED :

Tapi, Jah … ada perasaan berdosa yang selalu aku rasakan disini. Di dalam hati kecilku. Apakah hanya untuk membebaskan seorang pelacur dari seorang Germo lantas harus membakar sarang pelacuran itu?! Disana kan banyak juga orang-orang yang tak berdosa, orang-orang yang tak tahu apa-apa dan tidak berkepentingan dengan urusan pribadiku …. Mereka ikut terbakar, mereka menjadi korbanmu dan pasukanmu!

BARJAH :

Jun, tadinya aku tidak bermaksud membakar tempat itu … tapi baking-nya yang over acting itu membuat aku muak …. Darahku panas dan akhirnya kubakar tempat itu …. Tapi suadahlah mengapa kita jadi berbincang tak karuan ….. pada hal kita harus menyelesaikan tugas kita …. Ayo berkemas dan biarkan ojegmu nganggur untuk beberapa hari, bagaimana?! ( MINUM KOPI LALU MEROKOK ).

JAMILAH : ( MASUK )

Mau diajak ke mana lagi?!

BARJAH :

Biasa panggilan tugas ronda.

JUNED :

Jah.

BARJAH :

Ya, ada apa?!

JUNED : ( MELETAKAN PISTOL DIATAS MEJA )

Aku mau mundur saja.

BARJAH :

Mundur, tidak mungkin, kau tidak mungkin bisa mundur, kau sudah dibaiat, jangan sekali-kali berpfikir bahwa baiat itu hanya basa-basi …. Kalau kau mengatakannya di depan Malim kau tahu apa akibatnya, bukan?!

JUNED :

Aku jenuh, aku bosan, Jah … bosan! 15 tahun aku menjadi penghuni penjara dan aku berniat kembali ke kehidupanku semula, kembali ke desa dan menjadi petani. Menjadi manusia baik-baik walau aku masih ragu ….. apakah orang-orang sedesaku aku akan menerima kehadiranku …. Bekas pembunuh!

JAMILAH :

Jangan kau ceritakan lagi peristiwa itu, Kang.

JUNED :

Biar Barjah tahu. Aku bertemu dengan kau karena aku menumpang mobil tangki yang kau bawa. Kita menjadi akrab, lalu kau membawa aku ke komplek pelacuran Kamalaten dan semua niatku berubah disana.

BARJAH :

Kalau kau tidak ragu-ragu, mengapa niatmu menjadi berubah?! Mengapa?!

JUNED :

Jah, kau tahu kan, pertemuan dengan dia tak pernah kubayangkan sebelumnya?!  Aku membayangkan Jamilah sudah menjadi milik orang lain dan kisah cintaku dengan Jamilah hanya masa lalu, tapi ditempat itu kami dipertemukan Tuhan …. Semua berubah, aku ingin menyambung kisah cinta kami dank au bersedia membantu.

BARJAH :

Bantuanku sudah kau rasakan sekarang, lantas kau enak saja mengatakan akan mundur dari Panguyuban yang telah mengulurkan tangan untuk membebaskan Jamilah dari cengkraman Germo dan baking-nya. Inget Jun, tanpa bantuan Panguyuban kau tak akan pernah bisa memiliki Jamilah, kalau pun bisa, yang duluan melayang adalah nyawamu. Kau paham itu?!

JUNED :

Waktu itu aku tak pernah berpikir bahwa Panguyuban yang mengulurkan tangannya padaku ditebus dengan perbuatan-perbuatan kotor dikemudian hari.

BARJAH :

Tutup mulutmu, Jun! Lebih baik kita pergi secepatnya. Tentang kau yang mau mengundurkan diri, itu bukan urusanku! Aku tidak mau berbantahan disini, tak baik, tak bagus!

JUNED :

EEeee’ …. Kalau aku menolak?

BARJAH :

Aku akan memaksamu! ( MENGELUARKAN PISTOL ).

JAMILAH :

Sudah! Jangan teruskan perbuatan gila ini disini! Silahkan pergi ke hutan dan salinglah membunuh disana! Untung rumah kita agak terpencil ….. kalau tidak, para tetangga akan berdatangan. Sudah, pergi saja kalian …… pergi …. !!!

JUNED :

Kita pergi saja, Jah …… ( MEMASUKAN PISTOLNYA KEMBALI ).

BARJAH : ( TERTAWA )

Nah, begitu. Maafkan aku.

( MEREKA BERPELUKAN ).

JUNED : Aku pergi dulu. Jaga Abuy.

BARJAH : Maafkan aku ( MENGELUARKAN BEBERAPA LEMBAR UANG )

Ini dari Panguyuban untuk anakmu, jangan sedih …….. aku pun pernah merasa goncang seperti suamimu.

JUNED : ( MENGAMBIL MOTOR )

Ayo, Jah ….. simpan peti itu baik-baik ditempatnya. ( MENGELUARKAN MOTOR ).

BARJAH :

Kami pergi dulu, Jah …….. Assalamualaikum’!

JAMILAH :

Walaikum salam.

( SUARA MOTOR HIDUP, DAN PERLAHAN-LAHAN MENGHILANG ).

LAMPU PADAM.

II.

MARKAS PANGUYUBAN. MALIM DAN UMI TENGAH BERTENGKAR.

UMI :

Aku bosan hidup begini terus-terusan, tak ada rasa tentram. Tak ada kedamaian. Padahal tentram dan kedamaian itu penting.

MALIM :

Penting menurutmu, tidak menurutku. Mau tentram bagaimana kalau hidup kita selalu dijegal orang?! Aku pernah coba seluruh yang kau pinta, tapi hasilnya semua sia-sia.

UMI :

Itu karena kau tidak sabaran, kau terlalu ambisius. Kau selalu ingin mengambil jalan pintas, potong kompas dalam segala hal.

MALIM :

Umi, jangan berkata begitu, kalau aku sukses, kau juga yang akan menikmatinya, kau juga yang akan memujiku. Sudah berkali-kali aku katakana, kalau kau sudah tidak betah hidup denganku, silahkan tinggalkan aku ……. Hanya ingat, aku tidak akan menceraikanmu ……. Itu tidak baik.

UMI :

Aku tidak akan meninggalkanmu, tidak. Aku mau pregi kemana?! Anak tak punya, sanak saudara sudah menjauh.

MALIM :

Kalau sudah tahu begitu, kenapa kau selalu berbicara tak tentram, ingin damai, bosan dengan kehidupan yang terus-terusan seperti ini?! Kenapa?!

UMI :

Aku ksepian, aku inginkan seorang anak ……!

MALIM :

Aku juga ingin, walau pun kau sudah berkali-kali hamil namun selalu keguguran …… apakah karena ……

UMI :

Mungkin karena kita sering berpindah-pindah tempat tinggal, apa tidak bisa kita menetap di sebuah tempat dan tak berpindah-pindah?! Apa tidak bisa?!

MALIM :

Tidak bisa. Perjuanganku menuntut harus berpindah-pindah tempat, jika tidak, sudah lama aku ditangkap karena akulah yang menyalakan api perjuangan Sabil dihati para anggota Pangguyuban.

UMI :

Tetapi mengapa orang macam Barjah, Juned, bisa menetap disuatu tempat?!

MALIM :

Mereka adalah mata dan telingaku untuk menjangkau dunia ramai. Mereka tak akan dicurigai karena mereka hidup seperti orang kebanyakan pada umumnya. Juned jadi tukang ojek, sedangkan Barjah menjadi supir truk tangki. Dan yang terpenting adalah isteri-isteri mereka setia menyimpan rahasia suaminya.

UMI :

Pada hal dulu kita adalah pasangan yang tak pernah bertengkar dan berbantahan. Kau ingat saat kau mencalonkan diri untuk menjadi Kepala Desa?! Pendukungmu banyak karena mereka tahu bahwa kau anak seorang Kiai, anjengan terhormat dan diseggani pemimpin sebuah Pesantren. Kau begitu yakin akan menang dan dielu-elukan oleh warga desa.

MALIM :

Tapi kelicikan dan uang mencekik mereka, membungkam mereka. Mereka menipu aku dan pada akhirnya aku kalah. Aku mundur.

UMI :

Lalu kau menjadi pengurus koperasi desa karena dipandang dapat membantu desa menghimpun anggota masyarakat untuk menjadi anggota koperasi, kau punya pengaruh.

MALIM :

Ya, tapi aku diisukan macam-macam, menyalah gunakan jabatanlah, makan uang kas-lah. Padahal Kepala Desa bajingan itulah yang mengambilnya.Untuk kedua kalinya dijegal ….. dan pada akhirnya aku dendam.

UMI :

Memang sulit hidup diatas kejujuran, kejujuran sepertinya mahal.

MALIM :

Karena itu aku harus menghentikan aksi Kepala Desa bajingan itu, aku labrak dia tapi aku kalah. Begundal-begundalnya terlalu kuat, aku pulang babak belur namun dendamku semakin memuncak hingga akirnya kubalas dia dalam suatu kesempatan mobil yang ia yumpangi kucegat dan kubakar, lalu kulemparkan kejurang ( TERTAWA ). Aku puas bajingan itu telah mati!

UMI :

Tetapi kita menjadi menderita ….. bahkan tambah menderita! Kita jadi buronan …….

MALIM :

Sudahlah, buronan tinggal buronan, yang penting sekarang perjuangan Sabil harus ditegakkan. Kita sudah punya pengikut, pasukan khusus orang-orang yang setia, mau apa lagi?!

UMI :

Tapi hati ini tidak bisa dibohongi.

MALIM :

Simpan saja itu hati yang tidak bisa dibohongi, kita ganti dengan kebencian.

UMI :

Kalau Mama Kiai Fadillah mertuaku tercinta, Ayahmu tercinta masih hidup ……..

MALIM :

Sudahlah Umi, jangan sebut-sebut Ayahku, dia terlalu bail buat kita, juga buat Santri-santrinya, biarlah kita pilih jalan kita sendiri.

GOJAL :

Assalamualaikum ……….

KEWENG :

Assalamualaikum ………..

GOJAL DAN KEWENG MASUK, MEREKA MENCIUM TANGAN MALIM.

MALIM :

Ada apa, kenapa sudah kembali?!

GOJAL :

Maaf Malim, terpaksa kami kembali. Si Paser ngamuk dan menembaki beberapa orang!

MALIM :

Juned?

KEWENG :

Ya Malim, ia marah dan menyambar senjata tanpa diduga, kami berhasil lari …….

MALIM :

Barjah?!

GOJAL :

Barjah terluka dan disandara!

MALIM :

Dimana mereka sekarang?!

KEWENG :

Kejadiannya disekitar hutan Argagowong. Pasti dia naik keatas bukit dan mencari perlndungan.

BARJAH :

Dia akan mengulang kelakuan Kumlud, mahasiswa Frustasi yang pernah bergabung dengan kita itu. Terpaksa kita harus segera bergerak. KaliaN ke rumah Barjah, temui istrinya suruh bujuk istrinya Juned, kalian bawa ke Argagowong. Anggota Paguyuban yang ada dikantung-kantung segera kontak, semua berngkat ke Argagowong. Hati-hati, waspada polisi hutan bisa menemukan kita.

KEWENG :

Anaknya Juned bagaimana?!

MALIM :

Bawa juga, siapa tahu ada gunanya.

UMI :

Jangan bawa anak itu, biarkan aku yang mengasuhnya.

MALIM :

Kau jangan ikut campur, anak itu harus menyaksikannya. Ayo segera berangkat.

BERSAMA :

Sabil!

MALIM :

Sabil! (MEREKA HENDAK BERANGKAT)

UMI :

Berikan anak itu padaku, aku minta dengan hormat.

MALIM :

Kita lihat saja nanti. (MALIN MENGAMBIL SEBUAH PISTOL DAN MEMASANGKAN PELURUNYA)

LAMPU PERLAHAN PADAM.

TERDENGAR PUPUJIAN.

Anak Adam anjeun di dunya ngumbara

Hirup anjeun di dunya the moal lila

Umur anjeun unggal poe dikurangan

Berang peting umur anjeun dicintangan.

( Anak Adam engkau di dunia mengembara

Hidup di dunia tak akan lama

Tiap hari umurmu dikurangi

Siang malam umurmu selalu diambil sedikit-sedikit ).

III

RUMAH JAGA POLISI HUTAN ARGAGOWONG TAMPAK BARJAH TAK BERSENJATA TERLUKA DIKURSI SEMENTARA SEORANG POLISI HUTAN TERIKAT DIRANJANG BAMBU YANG DIBERDIRIKAN. TAMPAK JUNED TENGAH MENGINTIP DARI JENDELA.

BARJAH :

Kau akan menyesal, Jun …. percayalah padaku, tindakan yang kau ambil adalah suatu kesalahan besar.

JUNED :

Aku tidak perduli, Jah … Kesalahan besarku bukan tindakan ini, tapi menjadi anggota Pangguyuban ini. Itu kesalahan besarku.

BARJAH :

Sebentar lagi pasukan Lowo Ireng akan datang mengepung tempat ini, akan mati sia-sia.

JUNED :

Akanku lawan selama aku bisa melawan.

BARJAH :

Aku terluka, Jun! Kau tega membiarkan aku kehabisan darah?! Bagaimana kalau kita cari pertolongan.?!

JUNED :

Aku tak akan terbujuk dengan jebakan halusmu, Jah!

BARJAH :

Hei Jun, aku tidak akan membujuk dan menjebakmu ….. kau salah paham!

JUNED :

Aku paham, kau meniupkan bujukan padaku ketika aku melihat kembali Primadona komplek Kamalaten yang bernama Karmila ternyata Jamilah kekasihku sewaktu didesa dulu. Kau bilang, jika kau mau dia kembali serahkan saja padaku. Malim dapat membantumu.

LAMPU PADAM.

IV

PADA SAYAP KANAN PANGGUNG, TAMPAK BARJAH DAN JUNED SEDANG DUDUK BERHADAPAN SAMBIL MINUM BIR. SEORANG GERMO SEDANG BERBICARA MENGGODA. TERDENGAR SUARA MUSIK DANGDUT.

GERMO :

Mau yang keturunan Arab juga ada! ( TERTAWA ).

BARJAH:

Kawanku ini tengkulak beras, ia vingin yang baru dan cantik! ( MINUM ).

GERMO :

Oh ya …. ?! Tentu saja ada, jangan khawatir!

BARJAH :

Siapa namanya?!

GERMO :

Pasti yang kau maksud Karmila ( TERTAWA ).

BARJAH : ( MEMOTONG ).

Jun! ( MEMBERI ISYARAT DENGAN JARINYA ).

GERMO : ( TERTAWA ).

Semua anak asuhku tidak ada yang memakai nama asli, semuanya nama palsu. Apa sih yang tidak palsu disini?! ( MENYEDOT ROKOK ) Tapi Karmila yang kau inginkan sedang di Boking tamu istimewaku.

JUNED :

Siapa?!

GERMO :

Kau tidak perlu sewot, ini rahasia perusahaan (MUNCUL JAMILAH DIIKUTI PAK DULAK ) Nah, kau boleh gembira. Sekarang Karmila sudah keluar ( MEMANGGIL ) Mila ……. Mila kemari sayang …… ada tamu bonafit untukmu!

JAMILAH :

Ada apa, Mih?!

GERMO :

Ada yang penasaran, dia tengkulak beras partai besar!

JAMILAH :

Mana orangnya?! ( MELIHAT JUNED ) Kang Juned?! Tidak mungkin, tidak mungkin! Oh!  ( LARI ).

JUNED :

SEPERTI Jamilah ……  dia Jamilah, Jah! Ilah tunggu ( BERHADAPAN ). Kenapa lari?! Kanapa?! Aku Juned!

GERMO :

Hei hei ….. kenapa jadi begini?! Siapa kau?!

PAK DULAK :

Ada apa rebut-ribut begini?! Hei, siapa kamu?!

JUNED :

Aku kwan lamanya.

BARJAH :

Dia kawanku seorang tengkulak beras partai besar …..!

PAK DULAK :

Oh ya?! Mau pakai dia?! Silahkan ( MENGACUNGKAN JARI JEMPOL ).

JUNED : ( MARAH ).

Haram jadah! ( MENCENGKRAM KERAH BAJU PAK DULAK ).

PAK DULAK : ( MARAH ).

Hei! Kau juga belum tahu siapa aku?!

JUNED :

Dia pacarku sewaktu di desa!

PAK DULAK : ( TERTAWA ).

Pacar?! Di desa?! Yak au benar, semua lelaki pacarnya!

JUNED : ( MENDORONG ).

Anjing!

PAK DULAK : ( TERJEREMBAB ).

Sialan! ( MENGELUARKAN PISTOL ) Kau belum tahu siapa aku ( BANGUN ) aku keamanan sini. Kau terlampau berani melawanku, jangan mentang-mentang kau seorang tengkulak beras partai besar berkantung tebal …….!

BARJAH :

Maafkanlah kawanku Pak …… dia hanya terbakar emosi saja  ( MEMOHON) sebaiknya pistol itu disimpan lagi, terus terang kami takut sekali.

PAK DULAK : ( TERTAWA )Masih untung ada kawanmu yang tahu bagaimana cara menghargaiku. Ayo bubar, tak ada apa-apa, hanya sensasi murahan tengkulak beras ( PADA JUNED ) Masih penasaran?!

BARJAH :

Sudahlah, Pak ….. maklumlah kalau orang kasmaran. Karmila ini bukanlah pacarnya, hanya barang kali mirip.

PAK DULAK :

Bagus itu ( MENYIMPAN PISTOL ). Mih, aku pulang dulu. ( PADA JAMILAH ) Terima kasih, Neng ….. lain kali Bapak kesini lagi. Biasa ngontrol ( TERTAWA ) yang bahenol.

PAK DULAK KELUAR.

GERMO : ( PADA JUNED ).

Masih penasaran?! Kalau masih, silahkan! Hanya kalau disini jangan coba-coba bikin keributan. Masih untung Pak Dulak tidak menarik pelatuk pistolnya, kalau ditarik kan bisa berabe ( TERTAWA ). Ayo karmila, masuk saja dulu, kau perlu istirahat!

JUNED :

Tidak, jangan!

GERMO :

Kau mau boking sebelum main?!

JUNED :

Ya benar. ( PADA PELAYAN ) Bir satu lagi!

GERMO :

Uang bokingnya ( MENGHISAP ROKOK ).

BARJAH :

( MENGELUARKAN UANG ) Ini! Jangan ganggu kami!

GERMO :

Siapa yang mau ganggu padayang kantungnya tebal ( TERTAWA ). Karmila, temani tamumu dengan baik, kalau sudah, naik, masuk saja ke kamarmu.

GERMO PERGI.

JUNED :

Maafkan aku ….. Apakah aku kesemaran?! Tapi rasanya tidak. Kau Ilah ….. Jamilah putera Bah Doyot, kan?! ( MENGAMBIL DOMPET ) lihat fotomu, masih kusimpan dengan baik.

JAMILAH : ( MENANGIS ).

Maafkan aku ….. itu memang benar fotoku.

JUNED :

Bagaimana kalau kau ikut keluar dari sini?! ( PELAYAN DATANG ).

JAMILAH :

Tidak mungkin! Aku telah berhutang budi pada Amih!

JUNED :

Kenapa tidak mungkin?!

BARJAH :

Sabar, Jun.

JAMILAH :

Aku sudah punya anak!

JUNED :

Punya anak?! Dari siapa?! Kau kan tidak sempat bermalam pengantin dengan bandot tua Badori!

JAMILAH :

Panjang ceritanya, derita demi drita telah aku rasakan, hingga pada akhirnya aku terdampar disini ( MENANGIS ).

JUNED :

Kau ingin keluar dari sini?!

JAMILAH :

Tentu saja, hanya tidak mungkin, anakku sudah akrab dengan Amih.Amih sudah dianggap Neneknya sendiri. Dan lagi pula, Amih mempunyai beking …. Pak Dulak beserta jegernya yang tak segan-segan menyiksa pada siapa sja yang mencoba lari dari sini.

BARJAH :

Serahkan saja padaku, tapi tidak sekarang. Untuk menghadapi Pak Dulak dan cecunguk-cecunguknya itu bukan hal sulit ( MINUM ). Mending minum saja.

JUNED :

Maksudmu kau dapat membantuku?!

BARJAH :

Percayalah padaku, asalkan kau mau menghadap Malim.

JUNED :

Malim?! Siapa dia?!

BARJAH :

Dia orang penting! ( PADA JAMILAH ) Tunggu tiga hari lagu, kami akan datang. Persiapkan dirimu dengan anakmu. Percayalah, kau pasti dapat keluar dari sini.

JAMILAH :

Baiklah, aku akan menunggu.

LAMPU PADAM.

KEMBALI KE PANGGUNG TENGAH.

JUNED :

Benarkah begitu bicaramu?!

BARJAH :

Ya, tapi kau membutuhkan bantuanku saat itu, kau jangan munafik Jun!

JUNED :

Ya, benar. Kukira bantuanmu tulus, ternyata minta bayaran yang tak pernah kubayangkan. Aku harus mau dibaiat dan menjadi anggota Pangguyuban! Aku tak kuas menolak!

VI.

SAYAP KIRI PANGGUNG. MARKAS PANGUYUBAN, TAMPAK PARA ANGGOTA PANGUYUBAN TENGAH MENDENGARKAN WEJANGAN MALIM.

DIANTARA MEREKA DUDUK PULA JUNED DAN BARJAH.

MALIM :

Jihad Fisabillah itu harus kalian camkan baik-baik dalam kalbu. Masa lalu dan masa sekarang tak ada bedanya. Masa lalu kita telah dikhianati, masa sekarang kita jangan mau dikhianati. Dari dulu kita mempunyai cita-cita menghancurkan kemunafikan, kedzoliman, kemaksiatan dan sebangsanya. Namun untuk mencapai cita-cita itu kita memerlukan dana yang tidak sedikit, apa lagi di zaman sekarang ini. Dana-dana perjuangan itu tengah kita kumpulkan dan akan terus kita kumpulkan dengan berbagai cara, cara khas Panguyuban. ( KEPADA JUNED ) Kau Juned, mendekatlah kemari!

JUNED :

Baik Malim ( BANGKIT ).

MALIM:

Dia ini bakal menjadi anggota baru dalam Panguyuban kita. Dia mempunyai latar belakang sebagai pembunuh, dia telah diganjar lima belas tahun. Beruntunglah dia bertemu dengan Barjah. Motto kita : “ SEMUA ANGGOTA MENDAPAT PERLINDUNGAN YANG SAMA, SEMUA ANGGOTA MENDAPAT SANGSI YANG SAMA “.

Maka hari ini kalian akan bergerak ke kelompok Kamalten, bawalah kekasih Juned dan anaknya dengan aman dan hancurkan kemaksiatan!

BERSAMA :

Hidup Malim!

MALIM :

Untukmu Juned, kau akan kami baiat, sumpah setia. Kau bersedia?!

JUNED :

Bersedia Malim!

MALIM :

Tujuan Panguyuban sangatlah mulia, apakah merasa terpaksa?!

JUNED :

Tidak Malim!

MALIM :

Tujuan Panguyuban ini suci, kau mengerti?!

JUNED :

Mengerti Malim!

MALIM :

Baiklah, bersiaplah untuk dibaiat. Buka bajumu dan berhadapanlah denganku!

JUNED :

Baik Malim ( MEMBUKA BAJU ).

MALIM :

Saksikan oleh yang lain!

BERSAMA :

Kami bersaksi Malim!

MALIM :

Bersiaplah dan ikuti ucapanku : “ AKU INSAN TUHAN, KECIL TAK BERDAYA UPAYA …..

JUNED :

“ AKU INSAN TUHAN, KECIL DAN TAK BERDAYA UPAYA ……

MALIM :

JALANKU JALAN SAMBIL MENGHANCURKAN KEMUNAFIKAN ….!

JUNED :

JALANKU JALAN SABIL MENGHANCURKAN KEMUNAFIKAN ……!

MALIM :

MENGHANCURKAN KEDZOLIMAN …!

JUNED :

MENGHANCURKAN KEDZOLIMAN …!

MALIM :

MENGHANCURKAN KEMAKSIATAN ….!

JUNED :

MENGHANCURKAN KEMAKSIATAN …..!

MALIM :

SEMUA ANGGOTA MENDAPATKAN PERLINDUNGAN YANG SAMA, SEMUA ANGGOTA MENDAPATKAN SANGSI YANG SAMA ….!

JUNED :

SEMUA ANGGOTA MENDAPATKAN PERLINDUNGAN YANG SAMA, SEMUA ANGGOTA MENDAPATKAN SANGSI YANG SAMA ….!

MALIM :

Kini bersiaplah menerima tanda keanggotaan ( KEPADA BARJAH ) Barjah! Pegang ini!

BARJAH :

Siap Malim …! ( BARJAH MEMEGANG JUNED ) Kau harus tahan!

( MALIM MENGELUARKAN GULUNGAN KAIN HITAM PISAU KECIL TINTA HITAM DARI SEBUAH KOTAK. TANPA DIPERINTAHKAN SEMUA ANGGOTA PANGUYUBAN MENDZIKIRKAN KATA-KATA SABILILAH. PUNGGUNG JUNED DIBERI TATO. UPACARA BAIAT SELESAI ).

MALIM :

Pakailah bajumu kembali dan kembalilah ketempatmu. Dia kini berhak mendapatkan perlindungan, kau harus ikut dalam operasi penyelamatan wanita yang bernama Jamilah. Karena itu akan menjadi bagian dari hidupmu. Operasi dipimpin Barjah, jangan bergerak tanpa perintahnya. Paham?!

JUNED :

Paham Malim!

LAMPU PADAM.

VII.

PANGGUNG KEMBALI KE TENGAH.

BARJAH :

Kau munafik, Jun. Lebih baik sadarilah sejak dini kau telah salah langkah!

JUNED :

Langkahku tak akan pernah salah apa bila tidak bertemu dengan kau!

BARJAH :

Kalau tidak bertemu dengan aku, kau tidak akan bertemu dengan kekasihmu, ingat itu!

JUNED :

Ya aku ingat, jasamu tidak akan kulupakan, ingat itu!

VIII.

PANGGUNG KEMBALI KE SAYAP KANAN, KOMPLEK KAMALATEN. TERDENGAR LAGU-LAGU DANGSUT YANG TENGAH TOP MENGALUN. TIBA-TIBA TERDENGAR SUARA HERITAN DAN BENTAKAN DARI BEBERAPA PELACUR DAN JEGER TERJEREMBAB SEPASUKAN BERTOPENG BERSENJATA MUNCUL.

BARJAH :

Jangan melawan! ( NAIK KE ATAS MEJA ) Melawan berarti mati!

( LANTANG ) Kami tidak akan menyakiti kalian! Panggil si Amih sekarang, cepat! Siapa yang tahu dimana Amih?!

CENTENG : ( KETAKUTAN ).

Kalian Polisi?!

BARJAH :

Bukan! ( MENGARAHKAN PISTOL ) Kau centeng ya?! Panggil si Amih! Cepat! Kalian ikut dia, seret dia kemari!

( MUNCUL GERMO BERPAKAIAN MENYALA DAN MEROKOK DENGAN TENANGNYA ).

GERMO :

Tidak perlu dicari dan lagi pula kenapa pakai begini-beginian?! Kalau mau yang baru serta gratisan, tidak perlu menakut-nakuti seperti ini, Pak Dulak, kan?!

BARJAH :

( MEMBENTAK ) Sembarangan! Kami tidak kenal dengan yang namanya Pak Dulak, kami tidak mau tahu! ( MENGARAHKAN PISTOL ) Dengar, kami dari kelompok Lowo Ireng!

GERMO :

Jadi kalian bukan ……

BARJAH :

Bukan! Kami ke sini mau mengambil Karmila ungkluk kesayanganmu! Di mana dia?!

GERMO :

Dia lagi merawat anaknya, anaknya sakit panas. Demam!

BARJAH :

( KEPADA JUNED ) Kau bawa dia! Cepat, ikuti dia!

GERMO :

Untuk siapa Karmila?! …… apa untuk ….. tengkulak beras partai besar yang tempo hari tidak jadi itu?!

JUNED :

Banyak omong kau!

( MUNCUL JAMILAH DENGAN MEMBOPONG ANAKNYA DENGAN KAIN SAMPING )

Cepat keluar!

( PARA ANGGOTA LOWO IRENG BERGERAK KE DEPAN, YANG LAIN MEMATUNG. JAMILAH BERDIRI DENGAN BARJAH DI ATAS MEJA ).

TERDENGAR LAGU MARS MEREKA :

Sabil Sabil Sabil Sabil Ha!

Langkahkan kaki dijalan Sabil!

Siapkan hati tanpa kompromi!

Senjata ditangan!

Senjata ditangan!

Hancurkan si Kapir demi dzolim demi Malim!

Sabil Sabil Sabil Sabil Ha!

Langkahkan kaki dijalan Sabil!

Jangan bicara tanpa perintah!

Pilihlah mati!

Pilihlah mati!

Kuncilah bibir demi Sang Malim!

( PARA ANGGOTA LOWO IRENG BERGERAK KE LUAR, BEGITU JUGA BARJAH DAN JAMILAH ).

GERMO :

( MENANGIS ) Kamalaten suram bintangnya direbut orang.

( MEMAKI ) Anjing kalian telah merebutnya ….!

( TIBA-TIBA TERDENGAR SURA TEMBAKAN. GERMO TERKAPAR, LAMPU MERAH DAN PERLAHAN PADAM ).

XI.

KEMBALI KE TENGAH PANGGUNG.

BARJAH :

Bagus kalau kau masih ingat, jadi bagaiman sekarang?!

JUNED :

Apanya yang bagaimana?!

BARJAH :

Rencanmu terus menyandera aku yang terluka tanpa belas kasihan, bahkan kau menyandera dia, seorang Polisi Hutan yang tengah menjalankan tugasnya, kau ikat seperti itu, kau tutup mulutnya.

JUNED :

Diam! ( MENODONGKAN PISTOL ).

BARJAH :

Tembaklah aku, ayo tembak aku! Kenapa kau diam?! Tembak aku Juned, ayo tembak …!

( JUNED MEMBUKA TUTUP MULUT POLISI HUTAN ). Nah, begitu, kau mulai mencerna ucapanku, kenapa tidak sekalian kau bebaskan saja, kenapa?!

JUNED :

Aku tidak bodoh …..!

POLISI HUTAN :

Kau tidak bodoh tapi ceroboh!

JUNED :

Apa kau bilang?!

BARJAH : ( TERTAWA ).

Dia mengatakan yang sebenarnya, kau tidak bodoh itu betul, tapi kau ceroboh itu juga betul ….!

JUNED :

Ayo katakana apa maksudmu mengatakan kalau aku ini ceroboh?!

POLISI HUTAN :

Sebentar lagi pagi, petugas yang menggantikan saya jumlahnya lebih dari lima orang. Mereka akan menemukan korbn penembakan dan akan melaporkan segera pada pihak yang berwajib, yang berwajib akan segera datang dan mengepung kau. Bagaimana pun dua pucuk senjata pistol tidak akan mampu mengalahkan sejumlah polisi yang juga bersenjata.

BARJAH : ( TERTAWA ).

Kau dengar, Jun?! Sudahlah akhiri saja tindakan cerobohmu. Kita kembali ke tugas. Omongan dia memang benar adanya, percayalah, Jun.

JUNED :

Aku tidak akan mendengarkan omongan dia ….!

JUNED :

Aku tidak akan mendengarkan omongan dia …!

BARJAH :

Tapi telingamu tidak tuli, bukan?!

( TIBA-TIBA TERDENGAR SUARA PERINGATAN DARI LUAR. SUARA MALIM).

MALIM :

Hei! Kau sudah terkepung Juned! Menyerahlah!

JUNED :

Tobatku hanya kepada Tuhan!

BARJAH :

Ayo jawabkah, apa kau gentar?!

JUNED :

Aku tak akan menyerah!

MALIM :

Baiklah, kau tahu siapa yang aku bawa! Lihat baik-baik dari jendela!

JUNED :

Jahanam!

BARJAH :

Ada apa, Jun?!

JUNED :

Dia bawa anak dan isteriku ….!

POLISI HUTAN :

Anak dan isteri adalah segalanya, saya pun membanting tulang untuk mereka. Jangan kau sia-siakan mereka. Sebaiknya menyerah saja …!

JUNED :

Diam kau kunyuk! ( JUNED MENGIKAT KEMBALI MULUT POLISI HUTAN ITU ). Nah, sekarang mengocehlah!

BARJAH :

Jangan menjadi kikuk begitu Jun, serahkanlah saja padaku, aku bisa meyakinkan Malim bahwa kau hanya khilaf. Bagaimana?!

JUNED :

Aku tidak akan menerima tawaran apa pun darimu, sehalus apa pun!

BARJAH :

Terserah!

MALIM :

Hei! Bagaimana?! Aku hitung sampai lima jika tidak, siap-siaplah kau akan mampus menjadi bangkai!

JUNED :

Aku siap menjadi bangkai!

BARJAH :

Kamu nekat, Jun! Bagaimana anak dan isterimu yang kau kasihi?!

JUNED :

Aku serahkan pada Tuhan.

MALIM :

Satu!

BARJAH :

Mereka akan menembaki kita dan Polisi Hutan itu akan mati sia-sia! Sebelum terlambat, menyerahlah Jun!

MALIM :

Tiga ….

JAMILAH :

Kang Juned …..! Menyerahlah saja, Kang ……!

JUNED : ( teriak ).

Aku bukan orang orang lembek ….. ingat itu Ilah!

ABUY :

Bapak ………!

BARJAH :

Kau dengar mereka?! Orang-orang yang kau kasihi dan cintai sepenuh hati. Mereka memintamu untuk menghentikan aksi penyanderaan konyol ini.

MALIM :

Empat!

BARJAH :

Demi Tuhan, menyerahlah kau! ( HISTERIS ) Kita akan mati! Kita akan mati!

JUNED :

Sejak kapan kau kecil hati, Jah?!

( JUNED SEGERA MEMADAMKAN LAMPU TEMPEL DAN RUANGAN MENJADI GELAP. HANYA TERDENGAR SUARANYA SAJA ).

Aku ingin tahu apa reaksi mereka!

BARJAH :

Kau sudah gila!

MALIM :

Meski pun kau padamkan, kami akan tetap menyerang! Kami punya lampu senter!

( TERTAWA ).

JUNED :

( MEMBEBASKAN POLISI HUTAN ). Aku tidak mau melihatmu mati sia-sia. Bantulah aku melawa mereka! ( MEMBERIKAN PISTOL ).

POLISI HUTAN :

Baiklah, ayo kita seret ranjang bamboo ini ke pintu!

( MEREKA MENYERET RANJANG KAYU KE PINTU ). Begitu lampu senter menyala, kita menembak!

MALIM :

Cerdik juga kau! Tapi jangan menyesal dalam hitungan ke lima kau akan menjadi bangkai. Lima!

( TERDENGAR SURA TEMBAKAN BERCAMPUR SOROTAN LAMPU SENTER DAN TERDENGAR SUARA TERIAKAN DALAM BEBERAPA SAAT, LALU SEKILAS LAMPU PANGGUNG MERAH. TAMPAK JUNED DAN POLISI HUTAN MASIH BERTAHAN. KEMBALI TERDENGAR SUARA TEMBAKAN DAN SEKILAS TAMPAK JUNED DAN POLISI HUTAN NAIK KE ATAS DENGAN TAMBANG. AKHIRNYA SEPI SESAAT. MASUK BEBERAPA ORANG ANAK BUAH MALIM. SOROT LAMPU SENTER BERTEBARAN ).

MALIM :

Nyalakan lampu temple!

( KEWENG MENYALAKAN LAMPU TEMPEL. PANGGUNG KEMBALI TERANG. TAMPAK BARJAH SUDAH MATI. JUNED DAN POLISI HUTAN MENGHILNG ).

JAMILAH : ( MENJERIT ) Kang Barjah ……!  ( MENANGIS ) Kalian tega-teganya membunuh dia!

MALIM :

( MEMBENTAK ) Diam! Mustahi dia menghilang! Cari keluar!

( GOJAL DAN KEWENG KELUAR. TIGA ORANG LAINNYA MEMERIKSA TEMPAT ITU TANPA MELIHAT KE ARAH ATAS ).

JAMILAH :

Mana Kang Juned?!

MALIM :

Suamimu menghilang!

JAMILAH :

Kalau begitu dia selmat! ( KEPADA ABUY ) Buy, Ayahmu selamat!

ABUY :

Dimana sekarang, Mak?!

JAMILAH :

Entahlah, Nak ………

( GOJAL DAN KEWENG DATANG ).

GOJAL :

Di luar sepi-sepi saja!

KEWENG :
Kita harus tinggalkan tempat ini, sebentar lagi subuh tiba ….!

MALIM :

Sialan! Ayo kita pulang saja! Bawa mayat Barjah, kita kuburkan dank kau, Jal …. Kasih tahu isteri dan anaknya.

( PAdA JAMILAH ) Ayo kita pulang, suamimu menghilang!

JAMILAH :

Aku tidak mau pulang, biarkan kami disini!

MALIM :

Kau mau mencelakakan kami?! Ayo ikut!

JAMILAH :

Tidak!

MALIM :Baiklah, kau diam disini. Tapi anakmu aku bawa, ia akan aku pungut sebagai anakku sendiri! ( GOJAL MEMBAWA ABUY ).

JAMILAH :

Tidak, jangan! Baiklah aku ikut, tapi pulangkan kami ke rumah kami!

MALIM :

Jangan banyak minta! Ayo kita pulang!

( MEREKA KELUAR, PERLAHAN LAMPU PADAM ).

X.

KEMBALI KE SAYAP KIRI PANGGUNG. TAMPAK JAMILAH DAN UMI SEDANG BERBINCANG.

UMI :

Kita sama-sama mencintai suami kita. Beruntunglah kau karena punya anak yang sehat dan cerdik!

JAMILAH :

Ya, tapi nakalnya bukan main.

UMI :

Pernahkah kau bertengkar dengan suamimu?!

JAMILAH :

Bertengkar?! ( TERTAWA KECIL ). Rasanya semua orang yang sudah berumah tangga pernah bertengkar. Hanya pertengkaran kita agak lain, karena menyangkut kegiatan yang dilakukan suamiku yang marah besar ketika aku membuka peti besi yang disimpan dibawah ranjang.

XI.

KEMBALI KE PANGGUNG TENGAH. RUMAH JUNED DAN JAMILAH. PERTENGKARAN JUNED DAN JAMILAH TENGAH BERLANGSUNG.

JUNED :

Aku sudah bilang jangan berani-berani membuka peti besi itu!

JAMILAH :

Tapi kau pernah bilang, tak ada rahasia diantara kita!

JUNED :

Benar! Tapi untuk yang satu ini tidak!

JAMILAH :

Kenapa?! Kenapa tidak?! Apa isinya bom?!

JUNED :

Bukan bom, tapi jalan hidupku!

JAMILAH :

Jalan hidupapa yang kau simpan didalam peti besi?! Aku ingin tahu!

JUNED :

Jalan hidup yang kupilih!

JAMILAH :

Jalan hidup macam apa?!

JUNED :

Jalan hidup yang membebaskan kamu, tahu!

JAMILAH :

Apa maksudmu?!

JUNED :

Aku bebaskan kamu, aku tukar dengan kesetiaanku pada Malim! Tanpa bantuannya aku tak akan pernah memilikimu!

JAMILAH :

Kamu ngomong apa?! Jelaskan yang sebenarnya!

JUNED :

Baik, aku buka peti besi ini tapi kau jangan berpalingdariku!

JAMILAH :

Bukalah! Percayalah aku tak akan berpaling!

( JUNED MEMBUKA PETI BESI ITU. SATU PERSATU JUNED MENGELUARKAN ISINYA ).

JUNED :

Dua granat tangan.

JAMILAH :
Astaga!

JUNED :

Satu kantung plastik peluru.

JAMILAH :

Astaga!

JUNED :

Dan ini bendera Panguyuban. ( TAMPAK BENDERA PANGUYUBAN BERWARNW HIJAU DENGAN TULISAN SABIL ).

JAMILAH :

Astaga!

JUNED :

Inilh “ Sang Mata Air, Sang Perintis Perang Sabil! “ (  JUNED MEMPERLIHATKAN FOTO KARTOSUWIRYO ). Kau puas sekarang?!

JAMILAH :

Apa artinya semua ini?!

JUNED :

Aku menjadi anggota Panguyuban! Karena Panguyuban kau bebas!

JAMILAH :

Tap kenapa mesti pakai granat dan pistol?!

JUNED :

Ini hanya untuk jaga-jaga dan menakut-nakuti saja.

JAMILAH

Tapi …. Bukankah kita ingin hidup damai?!

JUNED :

Kenbali ke kampong, jadi petani, nanam padi, nanam Palawija,  punya kolam, punya ingon-ingon, kau ngantar makanan siang, anak kita main kolecer disaung. Itu hanya khayalan kia, Lah …… khayalan kita! Mungkin suratan nasib kita harus begini! Kita jalani saja, kita lakoni saja!

XII.

KEMBALI KE SAYAP KIRI PANGGUNG. JAMILAH DAN UMI TENGAH BERBINCANG.

UMI :

Suamimu benar, kita harus jalani hidup ini.

JAMILAH :

Benar Umi, kita tak berdaya. Kita hanya bisa berdoa semoga penderitaan ini segera berakhir!

JUNED :

Kita memang harus mengakhirinya!

( UMI DAN JAMILAH MELIHAT KE ARAH SUARA. TAMPAK JUNED BERDIRI DIAMBANG PINTU ).

JAMILAH :

Kang Juned!

UMI :

Bagaimana kau bisa masuk kemari?! Didepankan dijaga Gojal?!

JUNED :

Gojal telah pergi.

JAMILAH :

Maksudmu mati?!

JUNED :

Ya, merealah yang telah membunuh Barjah …….!

JAMILAH

Bagaimana kau bisa selamat?!

JUNED

Aku juga tidak tahu. Beruntunglah Polisi Hutan itu aku bebaskan dan ia mengajakku bersenbunyi diatap rumah jaga dengan jalan naik tambang. Untunglah sewktu kau dan Malim datang, kami sudah berada di atas rumah jaga …..!

UMI :

Sekarang kemana Polisi Hutan itu?!

JUNED :

Sudah pergi!

JAMILAH :

Kau bunuh juga?!

JUNED :

Tidak, aku bebaskan.

JAMILAH :

Bagus. Tetapi bagaimana kalau dia memberi tahu pada pihak yang berwajib?!

JUNED :

Percayalah hal itu tidak akan dia lakukan padaku, kecuali jika dia menghianati aku.

UMI :

Pasti dia menghianatimu. Kau lupa bahwa dia juga seorang polisi, sekalipun hanya polisi hutan! Aku tahu tentang sikap dan tanggung jawab polisi, karena aku dulu punya keluarga polisi. Perkawinanku dengan Malim membuat aku dijauhi keluarga.

JUNED :

Kau mau ikut dengan kami?! Kita pergi dari sini.

UMI :

Apa pun yang terjadi, aku tidak akan meninggalkan Malim. Cepatlah kalian pergi dari sini. Bawa anakmu yang tengah tidur dikamar.

( JAMILAH SEGERA MENGAMBIL ANAKNYA. JAMILAH KELUAR DENGAN MENGGENDONG ANAKNYA. JAMILAH MENCIUM TANGAN UMI LALU MEREKA PERGI, MENGHILANG DARI PANDANGAN ).

TERDENGAR PUPUJIAN :

Mun urang boga rumasa

Ngarasa jadi jelma

Sing emut ka nu Kawasa Nu masiahn Pangabisa

( Bila kita meyakini

Dan merasa menjadi manusia

Ingatlah pada Yang Kuasa

Yang memberi kepandaian ).

LAMPU MENYALA. MALIM TENGAH MARAH PADA UMI DISAKSIKAN KEWENG.

MALIM :

Apa kau sudah gila?! Membiarkan mereka pergi itu adalah perbuatan gila! Mana rasa setiamu pada suamimu?! Kenapa tidak kau tahan sampai aku datang?! Kau telah menghianati cinta kita!

UMI :

Aku akan pergi dari sini!

MALIM :

Apa kau bilang?! Pergi?! Tidak!

UMI :

Kenapa tidak?! Bukankah kau pernah mempersilahkan aku untuk pergi?!

MALIM :

Ya, pergilah! Tapi kau tak akan kuceraikan!

UMI :

Aku tak akan minta cerai!

MALIM :

Kukira kau orang yang sabar.

UMI ;

Sabar pun ada batasnya. Segala tindakanmu mungkin harus berakhir karena Juned. Sebab Juned sebenarnya akan memilih jalannya yang lurus tetapi dicegat Barjah yang membawanya ke jalan yang berbelok-belok, penuh krikil dan bara!

MALIM :

Kau memihak dia?!

UMI :

Aku tidak memihaknya! Tetapi aku memahaminya, sebagai keluarga yang mengiginkan ketentraman.

MALIM :

Ia tidak akan pernah tentram selama masih berurusan denganku. Terlalu banyak kerugian Panguyuban oleh tindakan bodohnya itu!

UMI :

Jadi kau mau bur uterus sampai kau mendapatkannya?!

MALIM :

Benar! Aku akan buru dia sampai ketemu!

UMI :

Setelah itu?!

MALIM :

Tamat riwayat Juned si pembelot itu!

UMI :

Bagaimana dengan isteri dan anaknya?!

MALIM :

Aku tidak punya urusan dengan mereka, tetapi apa bila menjadi penghalang, aku tak segan-segan menamatkan riwayat mereka juga!

UMI :

Kau sudah menjadi setan, bukan lagi manusia!

MALIM :

Aku bosan kau beri petuah. Pergilah dari sini! Aku tak perduli apa yang akan terjadi padamu! Pergi!

UMI :

Syukurlah, akhirnya kau mengijinkan aku pergi. Maafkanlah aku yang menjadi isterimu selama ini. Satupun tak dapat kuberikan anak padamu, aku hanya pernah punya kesetiaan. Aku pergi! ( PADA KEWENG ) Jaga baik-baik Malim ( UMI PERGI ).

MALIM :

Ini semua gara-gara Juned! Kita harus tamatkan riwayatnya! ( LAMPU PADAM ).

XIII.

KEMBALI KE PANGGUNG TENGAH. RUMAH JUNED DAN JAMILAH.

JUNED :

Kita harus segera pergi! Bawa gembolan seperlunya!

JAMILAH :

Mau kemana kita Kang?!

JUNED :

Kita menyerahkan pada yang berwajib!

JAMILAH :

Apa?!

JUNED :

Kau tak perlu heran, tekadku untuk menjadi orang baik tetap ada. Dari pada hidup kita terus-terusan dikejar rasa bersalah.

JAMILAH :

Tapi berarti itu Akang akan kembali dipenjara!

JUNED :

Biarlah, itu tebusannya yang setimpal.

JAMILAH :

Bagaimana dengan aku dan Abuy?!

JUNED :

Cobalah nanti pulang ke desa, siapa tahu lakian bisa hidup tenang disana! Temui adikku Jali!

( TIBA-TIBA MUNCUL MALIM DAN KEWEWNG YANG BERSENJATA ).

MALIM:

Kalian tidak bisa pergi!

JUNED :

Siapa bilang?!

MALIM :

Aku yang bilang!

JUNED :

( PADA JAMILAH ) Pergilah ke kamar! Jaga anak kita!

( JAMILAH LARI KE DALAM KAMAR TETAPI KEJAR OLEH KEWENG. TIBA-TIBA TERDENGAR LETUSAN SENJATA ).

MALIM : ( TERTAWA .

Maafkanlah, terpaksa Keweng membunuh isterimu!

JUNED :

Isteriku bukan isteri yang bodoh! Dia membawa senjata, Malim.

( JAMILAH KELUAR BERSAMA ANAKNYA DI DEKAT PINTU. PISTOL DITANGAN JAMILAH ).

MALIM :

Apa-apaan ini?!!!

JAMILAH :

Pulanglah Malim, kami ingin hidup tenang!

MALIM :

Baiklah, aku pulang!

( MALIM MEMBALIKAN TUBUHNYA DAN TIBA-TIBA MALIM MEMBALIKAN LAGI TUBUHNYA LALU MENEMBAK JUNED. SEMPOYONGAN, ROBOH.

JAMILAH SEGERA MEMBALAS TETAPI KALAH CEPAT OLEH MALIM. JAMILAH PUN ROBOH. ABUY SEGERA MENUBRUK IBUNYA, MENANGIS. )

ABUY :

Emak!

( DENGAN TENANG MALIM MENGELUARKAN ROKOK DAN MENGHISAPNYA. MALIM TAK MEMPERHTIKAN ABUY YANG MENGAMBIL PISTOL DITANGAN IBUNYA. ABUY TANPA MENUNGGU LANGSUNG MENEMBAK TUBUH MALIM BERKALI-KALI, MALIM ROBOH )

LAMPU GELAP

MEREKA TELAH MEMBAKAR MEUNASAH KITA

( Seorang perempuan remaja memakai kruk berjalan tertatih-tatih ke tengah panggung. Berhenti Diam. Matanya menerawang jauh ke depan. Kemudian dia duduk di tengah panggung. Menangis terisak )

Aisyah

Emak akan pulang, kan ? Lihat, lihat aku telah menemukan beberapa butir peluru yang membuat Bang Yunus terkapar dan mati ? Peluru yang manghadiahkan kematian bagi Bang Yunus saat ulang tahunnya yang ke-25. Sebelum dia berangkat di pagi itu menuju Jawa, tempat dia menuntut ilmu.

Tapi mereka siapa, Mak ? Meraka siapa, Yah ? Orang –orang yang berbaju doreng itu ? Katanya, mereka datang hendak membebaskan kita dari penderitaan yang berkepanjangan ini ? Orang-orang itu menuduh Bang Yunus sebagai mata-mata, entah mata-mata siapa. Mereka hanya bisa menuduh tanpa alasan yang jelas, atau memang itu sudah tabiat mereka ?

Mengapa  kita  tak pernah merdeka, Mak ? Tapi, merdeka itu sebenarnya artinya apa, Mak ? Dan peluru tak mungkin bisa diajak bicara. Dan di Meunasah juga tak pernah diajari apa itu peluru, untuk apa peluru dan bagaimana cara membunuh dengan peluru.

( Dari dalam ada suara memanggil-manggil )

Noora :

Aisyah, Aisyah, dimana kau ? Hari sudah menjelang maghrib.

Aisyah :

Hari sudah menjelang maghrib ? Bagiku hari sama saja. Bagiku waktu sama saja. Penindasan dan kekejaman.

Noora :

Aisyiah, Aisyiah, dimana kau ? Tak  baik Inong keluyuran maghrib-maghrib. Kau dimana ?

Ada suara anak-anak menyanyi :

Bungong jeumpa…..,bungong jeumpa….meugah di Aceh

Bungong telebeh…bungong telebeh..indah lagoina..

Hening. Aisyah bangkit. Seperti mencari sesuatu.

Aisyah :

Bungong jeumpanya sudah gak ada lagi ( sedih ). Wanginya pun juga sudah tidak ada meski sisa di angin lalu. Hanya amis darah, bungong jeumpanya amis darah. Di bawah pohon bungong jeumpa itu Bang Yunus ditembak mati para pengecut itu. Mereka benar-benar pengecut !

Ada suara anak-anak menyanyi, sayup-sayup :

Bungong jeumpa..bungong jeumpa..meugah di Aceh

Bungong lelebeh..bungong lelebeh..indah lagoina

Puteh kuneng mejampu mirah

Keumang siulah cidah that rupa..

Aisyah menangis. Suara terputus-putus.

Aisyah :

Bungong jeumpanya sudah tidak wangi. Inong sudah tidak wangi. Mana ada di tanah air ini yang masih wangi. Hanya darah. Tanah ini penuh cerita tentang darah dari dahulu. Sampai Cut Nyak Dien pun dikhianati. Anak-anak pun dibunuhi. Bukankah darah lebih merah dari bunga mawar mana pun yang tercantik ? Tapi ada kriteria cantik dan tak cantik, apa ? Suara rentetan bedil yang memberondong anak-anak Meunasah pun bukankah terdengar indah bagi telinga para penembak jahanam itu ?

Ya, ya, aku dengar suara itu. Suara ketawa yang nyinyir di antara jerit tangis anak-anak Meunasah. Dan Bu Salehah ? Kau tahu apa yang terjadi dengan Bu Salehah ?

Aku tak pernah menceritakan kepadamu. Banyak dan terlalu banyak nestapa ditaburkan di atas tanah ini. Mungkin kau akan bosan dengan cerita-cerita pembantaian di tanah kami. Mungkin kau tak tahu berapa jumlah anak-anak yang dibunuhi setiap harinya di tanah ini ? Mungkin kau tak tahu berapa jumlah anak-anak yang tak sekolah lagi di tanah penderitaan ini ?

Noora :

Mainnya jangan jauh-jauh, Aisyah. Ayo, pulang ke rumah, Inong.

( Noora datang mendekati Aisyah. Membelai-belai kepalanya. Sambil lirih menyanyikan lagu bungong jeumpa.

Hening. Sesaat )

Aisyah :

Bagaimana keadaan Meunasah, Noora ? Apakah anak-anak itu, teman-teman kita sudah pada masuk lagi untuk mengaji, Noora ? Apakah mereka sudah siap mengikuti ujian, Noora ? Apa Bu Salehah….

Noora :

Sst. Ayo, kita pulang Aisyah. Hari menjelang malam. Sebentar lagi banyak binatang malam yang jahat keluar dari sarangnya. Apalagi kita kaum perempuan, harus segera pulang ke rumah.

Mengunci pintu rapat-rapat. Ayo kita pulang, Aisyah. Tak baik kita tetap di sini. Nanti keluargamu kelabakan mencarimu. Kita tak ingin seperti Malika, teman sekolah kita, yang jenazahnya ditemukan dipinggir kali, seperti habis diperkosa dan dibunuh dengan sadis.

Aisyah :

Dan kesadisan mereka tak memandang siapa, meski gadis cacat seperti Malika. Tak ada yang peduli. Juga para penguasa itu, mereka tetap saja bisa tidur nyenyak padahal rakyatnya berteriak-teriak minta dilindungi. Sudahlah, siapa yang mau peduli pada rakyat kecil seperti kita.

Aku tidak mau pulang. Aku mau menjaga Meunasah kita. Aku tak mau binatang-binatang malam jalang itu merusak Meunasah kita. Memperkosa dan membakar hidup-hidup Bu Salehah. Aku tak mau. Meunasah itu adalah rumah kita juga, Noora. Apakah kita rela jika rumah kita dihancurkan orang lain, Noora ? Dimana kita bisa berlindung dari hujan, dingin, sengatan matahari, Noora ?

Dimana kita dan teman-teman kita belajar ? Aku tak ingin, aku tak ingin ada yang merampas Meunasah itu apalagi membakarnya !

Noora :

Tak ada yang akan membakar Meunasah kita, Aisyah. Percayalah. Yakinlah. Semua akan aman-aman saja.

Aisyah :

Kau jangan bohong, Noora. Kamu jangan terpengaruh apa kata-kata mereka. Meunasah adalah juga pusaka kita. Tanpa Meunasah kekuatan kita akan lemah dan mudah dibodohi lalu dibunuhi. Meunasah itu punya sejarah panjang, Noora. Para pejuang tanah air ini yang membangunkannya, sejak jaman kejayaan tanah air ini. Aku tak yakin orang-orang jahat itu akan membiarkan Meunasah itu tetap berdiri. Mereka takut pada gemuruh suara anak-anak mengaji, suara anak-anak bersyalawatan, anak-anak berpuisi dari dalam Meunasah itu. Mereka takut. Maka mereka berusaha membakar Meunasah kita dan membunuh kita dan teman-teman kita. Sadarlah, Noora.

Lihat pelor-pelor di tanganku ini, Noora. Ini yang telah membunuh Bang Yunus, Hasan, Ibrahim, Laka, Maryam, Fatimah dan teman-teman kita yang lain. Lihat, darah kering mereka masih ada. Dan ini sebutir peluru yang menghajar pahaku dan membuat kaki satuku pincang. Mereka tak peduli siapapun, mereka akan menghancurkan Meunasah itu meski yang menghalang-halangi mereka, anak-anak seperti kita, mereka tidak peduli bahkan kalau perlu menembaki membunuhi. Mungkin mereka tak pernah mengalami masa remaja seperti kita dan juga tak pernah punya anak seusia kita. Karena mereka sudah disiapkan hidup sebagai makhluk yang buas, yang membunuhi siapa saja.

Terdengar lirih anak-anak bersholawatan. Tapi tiba-tiba terdengar rentetan senapan. Ada isak tangis. Ada jeritan menyayat.

Aisyah menutupi kedua telinganya. Tubuhnya bergetar. Noora berusaha menenangkan.

Aisyah :

Dengar, dengar derap langkah mereka mulai mendekat. Mereka bersiap menghancurkan Meunasah kita. Mereka akan membakar Meunasah kita. Mereka akan membakar Meunasah kita.

Aisyah panik. Berlari ke sana ke sini. Noora kewalahan menenangkannya.

Noora :

Tak ada yang hendak membakar Meunasah kita, Aisyah. Tenanglah. Tenanglah. Sebutlah nama Allah banyak-banyak, Aisyah !

Aisyah :

Mereka sudah datang, Noor. Mereka semuanya membawa bedil dan api. Mereka akan membakar Meunasah kita dan menembaki siapa saja yang bersikeras mempertahankannya. Kita harus menolong Bu Salehah dan teman-teman kita. Mereka tak pantas dibunuh dengan cara kejih seperti itu. Mereka biadab, Noor. Meunasah kita akan dibakar, Noor. Meunasah kita akan dibakar.

Aisyah tetap panik. Kemudian terdengar gemuruh api membakar.

Aisyah :

Mereka telah membakar Meunasah kita, Noor. Sedang kita tak berbuat apa-apa untuk mencegahnya. Kita pengecut, kita munafik. Mengapa kita takut mati.

Aisyah menangis. Menjerit.

Noora :

Tenanglah, Aisyah. Tak ada yang membakar Meunasah kita, lihat Meunasah kita masih berdiri megah.

Noora menenangkan Aisyah. Membelai-belai kepalanya, mendekapnya. Hening, senyap. Cahaya redup.

Perlahan ada iring-iringan jenazah. Anak-anak remaja mengusung sebuah keranda. Lamat-lamat. Bisu. Sunyi. Lenyap. Kemudian lagu bungong jeumpa muncul kembali.

Aisyah bangkit.

Matanya sayu. Kemudian Noora memeluk erat tubuh Aisyah kembali. Membenamkan kepalanya dalam dekapannya. Lalu menyenandungkan lagu bungong jeumpa beriringan dengan nyanyian bungong jeumpa yang sayup dinyanyikan anak-anak.

Aisyah :

Noor, pohon bungong jeumpa di halaman Meunasah kita, yang merupakan pohon bungong jeumpa satu-satunya di kampung kita, masih hidup ? Masih ada bunganya ? Beberapa hari yang lalu, bunganya mekar lebat-lebat. Aku memetiknya kemudian kusuling menjadi minyak, lalu aku berikan untuk Bu Salehah dan kubagi-bagikan kepada teman-teman kita agar semua merasakan wanginya. Dan untuk Bu Salehah, itu hadiahku untuk acara pernikahan dia, agar kedua mempelai itu lebih wangi. Dan akan aku nyanyikan lagu bungong jeumpa sewaktu mereka melangsungkan pernikahan nanti. Pohon bungong jeumpa itu masih ada, kan ?

Noora :

Pohon bungong jeumpa itu masih ada. Kamu jangan khawatir. Penghuni Meunasah itu juga kita akan selalu menjaganya, akan selalu merawatnya agar bunganya lebat, agar kita bisa memetiknya, agar kita bisa menyuling minyaknya, agar kita bisa membagi wanginya kepada siapa saja.

Aisyah :

Membagi wanginya kepada siapa saja ?  Aku tidak mau membagi wanginya kepada orang-orang yang ingin membakar Meunasah kita dan membunuhi orang-orang kampung kita, Noor. Aku tidak rela membagi wangi bungong jeumpa kepada mereka, aku pun tak rela jika kau melakukannya.

Noora :

Aisyah, bukankah kebaikan kita untuk siapa saja, hatta mereka adalah musuh kita. Bukankah Sang Nabi melarang kita untuk mendendam. Ketika batu-batu Taif dilemparkan tangan-tangan kasar itu sampai melukai tubuhnya, sampai darahnya menggenangi terompahnya, beliau tidak mengumpat, ataupun menyumpah serapahi manusia-manusia itu, tapi malah beliau mendoakan dengan doa yang indah. Jangan menyimpan dendam, Aisyah.

Aisyah :

Tapi hendak membakar  Meunasah kita. Bukankah Sang Nabi juga menyuruh agar kita tidak lari ketika bertemu musuh, apalagi musuh hendak menghabisi kita. Noora, aku tak rela jika mereka menghanguskan Meunasah juga pohon bungong jeumpa kita. Aku tak rela. Aku tak rela. Lihat ini buktinya, pelor-pelor ini, Noora ! Apa tak cukup kekejaman mereka, yang membunuhi tidak hanya bapak dan ibu-ibu kita, bahkan anak-anak seperti kita. Apa artinya peperangan ini, Noora. Apa artinya ? Apakah orang-orang tua hanya bisa menyelesaikan dengan jalan kekerasan ? Dan kematian, Noora ? Bukankah terlalu indah jika atas nama Allah, seperti yang dikisahkan pada Hikayat Perang Sabil. Kita tak perlu takut pada kematian, Noora meski kita merasa masih remaja.

Karena kematian akan datang menjemput siapa saja tak memandang usia.

Kematian lebih pasti meminang kita. Saat bunga-bunga sejati diberikan pada kita. Dan Meunasah kita akan ada yang menjaganya, meski kita mati dahulu, insya Allah, meski hanya ruhnya. Jangan-jangan kau pikir remaja-remaja yang hadir adalah remaja-remaja teroris, bukan, tapi remaja-remaja yang punya keberanian mempertahankan kedaulatan negeri ini. Bahkan remaja-remaja pengecut yang bersembunyi di ketiak harta dan narkoba. Dan pohon jeumpa itu akan selalu rimbun bunga-bunganya, akan menaburkan semerbak wangi ke penjuru negeri.

( Kemudian ada seorang anak perempuan berlari tergesa-gesa )

Seorang anak perempuan :

Cepat, cepat lari, selamatkan diri kalian. Mereka telah datang hendak menghancurkan kampung kita. Juga Meunasah kita.

Aisyah terperanjat. Juga Noora.

Aisyah :

Sudah kubilang apa. Mereka sama saja. Untuk apa kita berlari dari mereka. Aku tak mau mati dalam kepengecutan dan kemunafikkan. Aku akan melawan mereka. Meunasah itu tak boleh hancur. Aku tak rela jika Meunasah itu hancur. Aku tak rela.

Noora menarik-narik tangan Aisyah untuk segera pergi menghindar dari bahaya yang mengancam, tapi Aisyah meronta-ronta. Sampai akhirnya tangan Aisyah lepas dari pegangan Noora dan Aisyah pun bergegas tertatih menyongsong maut. Sedangkan Noora mengejar Aisyah sambil kebingungan.

Kemudian terdengar sayup nyanyian

bungong jeumpa..bungong jeumpa meugah di Aceh

bungong lelebeh..bungong lelebeh indah lagoina

puteh kuneng mejampu mirah

keumang siulah cidah that rupa…

sayup. Redup. Hanya suara rentetan bedil dan api yang menggejolak.

1. aku vs ayahku

2. WEK WEK

3. tempat istirahat

4. takkan sampai disini

5. nimok, aku cinta kamu

6. srikandi edian

7. LIT

8. hitam putih

9. badai sepanjang malam

10. tumbang

11. berkumpul di hari ibu

12. SITI NURBAYA

13. lakon lawan catur

14. shymphoni anak jalanan

15. lakon wanita yang diselamatkan

16. mereka telah membakar meunasah kita

17. rumah di tubir jurang

18. sakit aneh sang baginda

19. tralala trilili

20. malin kundang new version

contoh teks pidato,dakwah

Posted: April 15, 2010 in pelajaran

Perbedaan adalah rahmat

Pernah tidak anda berfikir mengapa kita diciptakan penuh dengan perbedaan ? Seperti ada yang gemuk, ada yang kurus, ada yang tinggi, ada yang pendek, ada yang kaya, ada yang miskin, ada yang cacat, dan masih banyak lagi perbedaan-perbedaan yang diciptakan oleh Allah SWT. Mengapa semua itu terjadi ?

Percaya tidak kalau Allah menciptakan semua perbedaan itu untuk dijadikan sebagai rahmat yang amat besar di atas dunia ini. Bagaimana tidak ? Coba bayangkan kalau bentuk, sikap, dan semua yang ada di dunia ini diciptakan Allah sama semua rupanya ! Tentu saja hal itu sangat tidak menarik dan sangat tidak enak. Karna perbedaan itulah yang membuat kita lebih bersatu. Seperti semboyan yang ada di burung garuda pancasila yaitu Bhinneka Tunggal Ika yang artinya walaupun berbeda tapi tetap satu.

Dalam hidup ini saja kita selalu disuruh oleh Allah untuk berfikir seperti hadits berikut :

Artinya : Pikirkinlah ciptaan-Ku dan janganlah pikirkan zat-Ku

Allah menyuruh kita begitu karna semua yang diciptakan Allah itu tidak sia-sia. Seperti firman Allah pada Surat Sad ayat 27 :

Artinya : Dan tidak Aku ciptakan langit, bumi, dan yang berada di antara keduanya dengan sia-sia……

Tapi tentu semua rahmat yang diberikan Allah tersebut harus kita syukuri dan apabila kita tidak mensyukurinya kita akan disebut kufur nikmat.

Untuk memikirkan semua hal yang diberikan Allah tersebut tentu kita harus selalu menuntut ilmu. Karena tidak mungkin tanpa ilmu kita bisa menyimpulkan semua itu. Makanya ada pepatah sekaligus hadits yang berbunyi :

Kita disuruh Allah untuk menuntut ilmu sampai akhir hayat kita. Karena ilmu itu tidak akan pernah ada habisnya. Makanya dari sekaranglah menuntut ilmu sebelum terlambat karena menuntut ilmu termasuk berjihad di jalan Allah. Itu juga termasuk ibadah apabila menjalankannya dengan ikhlas, dan pahalanya akan lebih banyak lagi kalau ilmu itu kita ajarkan kembali. Karena akan menjadi ilmu yang bermanfaat yang akan menjadi amal jariyah yang pahalanya tidak akan pernah putus.

Ilmu ini sangat gunanya terutama dalam mencapai cita-cita. Dalam mencapai cita-cita ini tentu kita harus berusaha semaksimal mungkin atau berikhtiar, setelah itu baru kita bertawakal pada Allah. Jika kita gagal nantinya kita tidak boleh berputus asa. Karena itu tandanya usaha kita belum maksimal atau memang bukan rezeki kita. Maka dari itu kita harus berusaha lebih keras lagi dan selalu berdoa dan beribadah kepada Allah.

Banyak sekali guna ilmu yang lainnya. Salah satunya seperti pada saat ini banyak sekali penemuan-penemuan baru terutama dalam bidang kesehatan. Misalnya berbagai macam obat yang baru ditemukan. Seiring perkembangan zaman, perkembangan pemikiran manusia tentang ciptaan-ciptaan Allah yang bisa dijadikan obat. Coba anda bandingkan antara obat yang berasal dari alam dengan yang banyak mengandung zat kimia! Obat dari alam tentu saja sudah ada sejak bumi ini diciptakan, sedangkan obat kimia itu baru ditemukan beberapa tahun terakhir ini dengan melalui teknologi yang sangat canggih. Malahan sekarang ini manusia di dunia sudah banyak yang sadar akan bahaya dari obat yang mengandung zat kimia tersebut. Sehingga melakukan BACK TO NATURE yang diakui khasiatnya lebih bagus dari obat-obat kimia tersebut. Contohnya saja obat cina, obat cina ini sudah ditemukan sekitar 5000-an tahun yang lalu dan percobaan khasiat obat langsung dicobakan pada kaisar. Sedangkan obat-obat yang mengandung zat-zat kimia baru ditemukan dan percobaannya hanya dilakukan pada binatang percobaan.

Seperti menemukan obat-obatan tadi tentu diperlukan usaha-usaha. Dalam berusaha pun kita juga harus percaya pada takdir yang akan menentukan bagaimana hasil usaha kita. Takdir itu terbagi 2 :

  1. Takdir mu’alaq à takdir yang erat kaitannya dengan ikhtiar manusia
  2. Takdir mubram à takdir yang terjadi pada diri manusia dan tidak dapat diusahakan atau ditawar-tawar lagi oleh manusia

Hanya takdir mu’alaq yang bisa dirubah oleh manusia. Dan perubahan itu hanya akan terjadi bila berasal dari diri orang itu sendiri. Karena :

Artinya : Sesungguhnya Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum sampai kaum itu merubah nasibnya sendiri.

Dan kita juga tidak boleh menyalahi takdir, karena semua itu telah masuk ke dalam scenario Allah. Dan jangan lupa untuk selalu berusaha dan bersyukur dalam hidup ini.

Pada akhir pidato saya, saya ingin mengatakan, for me life is art, because art is abstract like this life. In life if you wanna be success, just be your self and keep honesty. Dan beranilah bermimpi besar, karena mimpi-mimpi itulah yang akan menjadi jejak-jejak dalam hidupmu.

Sejarah 2

Posted: Februari 28, 2010 in pelajaran

8. Pemufakatan Perhimpunan-Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI)
1) Latar Belakang Berdirinya PPPKI
Dalam sebuah rapat di Bandung tanggal 17-18 Desember 1927 dicapai kesepakatan antara wakil-wakil PSI, BU, PNI, Pasundan, Sumatranean Bond, Kaum Betawi, dan Kelompok Studi Indonesia untuk mendirikan federasi partai politik dengan nama PPPKI. Kaum nasionalis dari segala aliran menyambut pembentukan PPPKI yang dipandang sebagai imbangan kekuatan dalam menghadapi pemerintah. Koordinasi diperlukan guna menghimpun kekuatan menentang musuh bersama. Meskipun kerjasama perpecahan bersama dengan munculnya isu kooperasi dan non-kooperasi di kalangan partai politik dan saat-saat PSI merasa terancam oleh PNI. Dengan kata lain, nasionalisme Islam terancam ideologi sekuler yang berkembang pada waktu itu.
2) Perkembangan PPPKI
PPPKI mempunyai daya tarik tersendiri. PSI Yogyakarta dalam tahun 1928 menaruh perhatian terhadap ideologi nasionalis sekuler, sedangkan BU menjadi kurang konservatif. Meskipun mereka berada dalam partai politik yang berbeda-beda dan bersaing pada waktu itu, tetapi keyakinan politik mereka tidaklah jauh berbeda.
Kongres PPPKI Pertama diselenggarakan di Surabaya pada tanggal 2 September 1928. Wakil-wakil partai politik menyatakan harapannya bahwa kongres itu merupakan permulaan era baru bagi gerakan kebangsaan. Rapat kerja selanjutnya membahas masalah pendidikan nasional, bank nasional dan cara-cara memperkuat kerjasama, komisi-komisi itu terdiri dari Tjokroaminoto (PSI), Ir. Soekarno (PNI), Otto Soebrata (Pasundan) dan Thamrin (Kaum Betawi), menyiapkan program aksi jangka pendek. Kongres berhasil menunjuk Sutomo sebagai Ketua Majelis Pertimbangan PPPKI, dan rupanya ia dapat mengatasi perbedaan pendapat antara kelompok moderat dan radikal.
Kongres Indonesia Raya diadakan di Surabaya pada awal bulan Januari 1931. Kongres ini dimaksudkan untuk semua organisasi politik dan non-politik, tetapi hasilnya tidak seperti yang diharapkan karena menurut Sukiman dari PSII dan Golongan Merdeka, keduanya tidak ikut kongres, bahwa yang dimaksud Kongres Indonesia Raya tidak lain adalah kongres PPPKI seperti yang dikehendaki Sutomo.
Partindo berkembang cepat dan demikian pula PNI Baru sebagai saingannya mendapat tempat di sebagian nasionalis. Persaingan kedua partai ini menyebabkan PPPKI tidak memainkan peranan di panggung politik, meskipun Ir. Soekarno berusaha sedemikian rupa sehingga tercapai kerjasama antara partai politik.
PPPKI belum sempat menjadi federasi kekuatan partai politik ketika tiba-tiba pemerintah melakukan intervensi terhadap partai-partai non-kooperasi pada bulan Agustus 1933. organisasi ini sudah berupaya semaksimal mungkin untuk menuelenggarakan rapat protes terhadap beberapa hal seperti pasal-pasal tertentu dalam KUHP dan mendukung penghapusan Undang-Undang Sekolah Liar. Akan tetapi perlu diingatkan bahwa PPKI dapat berkembang dan mampu menyatukan kekuatan politik pada tahun-tahun sebelumnya adalah berkat PSII dan PNI Baru. PPPKI tidak banyak berperan dalam panggung politik seperti yang diharapkan semula.
3) Perpecahan dalam tubuh PPPKI
Pada akhir tahun 1929 proses keruntuhan PPPKI dipercepat oleh “menyelundupnya” provokator ke dalam organisasi politik. Dalam Kongres PPPKI Kedua di Solo (25-27 Desember 1929) benih perpecahan semain terang karena istilah “kebangsaan” dipersoalkan lagi. Akan tetapi, karena adanya perbedaan-perbedaan tujuan, ideologi, dan kepribadian yang mendasar perpecahan tersebut tidak dapat dihindarkan. Partai Sarekat Islam yang berpengaruh dalam PPPKI mengundurkan diri pada tahun 1930 karena adanya penolakan dari kelompok-kelompok lainnya untuk mengakui peranan utama Islam.
Ir. Soekarno yang dianggap sebagai simbol pemersatu dalam tubuh PPPKI, dihadapkan ke pengadilan di Bandung pada bulan Agustus 1930. Ia ditangkap setelah menghadiri kongres organisasi tersebut di Yogyakarta.

9. Kongres Pemuda
1) Latar Belakang Munculnya Kongres Pemuda Indonesia
Para pelajar dan mahasiswa dari beberapa organisasi mulai bergabung dalam satu wadah bersama, yaitu Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI) yang didirikan pada tahun 1926. untuk merealisasikan semangat persatuan dalam wadah nasionalisme itu, mereka menyelenggarakan Kongres Pemuda I pada bulan Mei tahun 1926. Maka pada tanggal 30 April-2 Mei 1926 diselenggarakan Kongres Pemuda I di Jakarta (Batavia) dengan dipimpin oleh Moh. Tabrani dari Jong Java.
Tujuan kongres adalah membentuk badan sentral, memajukan paham persatuan kebangsaan, dan mempererat hubungan di antara semua perkumpulan pemuda kebangsaan.
Kongres diadakan oleh semua perkumpulan pemuda seperti Jong Java, Jong Sumatera Bond, Jong Ambon, Sekar Rukun, Jong Minahasa, Jong Batak, dan Jong Islamieten Bond. Mereka membentuk sebuah badan komite yang diketuai oleh Moh. Tabrani dari Jong Java, sekretaris Jamaluddin Adi Negoro dari Jong Sumatranen Bond dan bendahara Suwarso. Dalam buku Verslag Van Het Eerste Indonesisch Jong Conggres mengatakan, “menggugah semangat kerjasama di antara bermacam organisasi pemuda tanah air kita, supaya dapat mewujudkan kelahiran persatuan Indonesia, di tengah bangsa-bangsa di dunia.”
2) Kongres Pemuda Indonesia II
Perkumpulan pemuda yang memegang peranan aktif dalam Kongres Pemuda Indonesia II adalah Pemuda Indonesia dan PPPI (Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia). Kongres juga dihadiri oleh Jong Javam Jong Sumatranen Bond, Jong Islamieten Bond, Jong Ambon dan Jong Batak. Seperti halnya PNI, Pemuda Indonesia berpaham kebangsaan Indonesia yang radikal. Pemuda Indonesia adalah perkumpulan pemuda yang bersifat nasionalis dan meninggalkan sifat-sifat kedaerahannya.
PPPI adalah perkumpulan dari para mahasiswa Recht Schoolgeschar dan STOVIA. Asas PPPI sangat dipengaruhi oleh asas Perhimpunan Indonesia di Belanda, yaitu :
1) Kebangkitan Indonesia,
2) Antithese kolonial di antara penjajahan dan yang dijajah, non-kooperatif.
3) Mendidik para anggotanya dalam memenuhi kewajibannya di masyarakat, yaitu berjuang untuk kemerdekaan bangsa Indonesia.
Asas PPPI sama dengan Pemuda Indonesa, yaitu sama-sama meninggalkan sifat kedaerahan.
Penyelenggaraan Kongres Pemuda II mengadakan tiga kali rapat. Rapat dilakukan di Gedung Katholik Jonglingen Bond di Waterloopein. Rapat kedua tanggal 28 Oktober 1928 pagi di Gedung Oost Java Bioscoop di Koningsplein Noord dan rapat ketiga (rapat terakhir) pada tanggal 28 Oktober 1928 malam di Gedung Indonesische Chubuis Kramat 106 Jaarta. Dalam rapat ini disetujui usul resolusi yang dirancang oleh Muhammad Yamin, yakni Sumpah Pemuda yang berisi satu bangsa, satu nusa, dan satu bahasa Indonesia. Rapat dihadiri oleh sekitar 750 orang yang terdiri dari wakil-wakil perkumpulan pemuda. Kongres berhasil menetapkan ikrar atau Sumpah Pemuda yang selanjutnya menjadi landasan perjuangan untuk mencapai Indonesia merdeka.
Pertama: Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia.

Kedua: Kami putra dan putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia.

Ketiga: Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung tinggi bahasa persatuan, bahasa Indonesia.
10. Partai Indonesia Raya (Parindra)
1) Latar Belakang Berdirinya Parindra
Pada tahun 1932, PBI mempunyai 30 cabang dengan 2500 anggota. Dalam kongres yang diselenggarakan pada tahun 1934 di Malang yang dihadiri 38 cabang dibicarakan komunikasi antarpulau agar dapat dilakukan melalui pelayaran yang diperkuat oleh kooperasi. Selain itu kongres akan memajukan pendidikan rakyat dan kepanduan yang diberi nama Suryawirawan.
Dilumpuhkannya gerakan nonkooperasi pada tahun 1930-an mempercepat perkembangan kerjasama PBI dan BU. Pada tahun 1935 kedua partai itu membentuk Parindra dan ikut di dalamnya Sarika Celebes, Sarikat Sumatra, Sarikat Ambon, Perkumpulan Kaum Betawi dan Tirtayasa yang terus melanjutkan politik kooperasi moderatnya. Dengan terbentuknya Parindra berati persatuan golongan kooperasi makin kuat. Pada tahun 1936 partai itu mempunyai 57 cabang dengan 3.425 anggota.
2) Tujuan Parindra
Tujuan Parindra tidak jauh berbeda dengan PBI yang menginginkan Indonesia mulia dan sempurna. Dalam politiknya Parindra bersikap non-kooperasi yang insidentil artinya apabila ada kejadian yang sangat mengecewakan organisasi itu, maka diputuskan untuk sementara menarik wakil-wakilnya dari dalam badan perwakilan.
Parindra sangat aktif dan konstruktif terhadap perkembangan ekonomi dan kesejahteraan rakyat. Untuk menolong petani didirikan Perkumpulan Rukun Tani dan untuk memajukan pelayaran didirikan Rukun Pelayaran Indonesia (Rupelin), dan juga didirikan Bank Nasional Indonesia.
Kongres Pertama yang diselenggarakan di Jakarta pada bulan Mei 1937 diputuskan bahwa Parindra bersikap kooperatif dan anggota yang ada dalam dewan harus tetap loyal pada partainya. Sutomo selaku Ketua Parindra, digantikan oleh K.R.M.H. Wuryaningrat. Ia sangat menekankan perbaikan ekonomi rakyat, pengangguran, perburuhan, kemiskinan, peradilan, dan lain-lain
11. Gabungan Politik Indonesia (GAPI) dan Indonesia Berparlemen
a. Latar Belakang Berdirinya GAPI
Keputusan penolakan Petisi Sutarjo itu sangat mengecewakan para pemimpin nasional. Untuk mengatasi krisis kekuatan nasional ini, M.H Tamrin mencari jalan keluar yang ditempuhnya melali pembentukan organisasi baru yaitu mendirikan GAPI pada tanggal 21 Mei 1939. organisasi ini adalah gabungan dari Parindra, Gerindo, Persatuan Minahasa, Partai Islam Indonesia, partai Katolik Indonesia, Psaundan dan PSII. Dari banyaknya partai yang tergabung jelas bahwa organisasi itu ingin membentuk satu kekuatan nsional baru yang lebih efektif dari pada bergerak sendiri-sendiri.
b. Perkembangan GAPI
GAPI hendak mengadakan aksi, menuntut pemerintah dengan mengadakan parlemen yang disusun dan dipilih oleh rakyat Indonesia dan kepada parlemen itulah pemerintah harus bertanggung jawab. Jika tuntutan GAPI diluluskan oleh pemerintah, GAPI akan mengajak saeluruh rakyat untuk mengimbangi kemurahan hati pemerintah. Itulah jawaban pergerakan nasional terhadap pemerintah karena penolakan Petisi Sutarjo.
Pada tanggal 24 Oktober GAPI membentuk sebuah badan Kongres Rakyat Indonesia (KRI) yang bertujuan untuk membahagiakan dan memakmurkan penduduk. Kegiatan GAPI selanjutnya dilakuakn oleh KRI dengan mengadakan kongres-kongres. “Indonesia Parlemen” tetap merupakan tujuan utama GAPI selain memajukan masalah-masalah sosial-ekonomi.
Pemerintah memberikan reaksi dingin terhadap resolusi GAPI dan sangat disayangkan karena ia tidak akan memberi perubahan sebelum perang selesai. Untuk itu semua pemerintah hanya menjawab dengan membentuk komisi Visman. Meskipun demikian, GAPI terus menempuh demi tercapainya “Indonesia Berparlemen”. Jelas bahwa GAPI benar-benar merealisasikan pikiran rakyat yang menginginkan negara berdiri sendiri.
Untuk lebih mengefektifkan perjuangan GAPI, KRI yan sudah ada itu diubah menjadi Majelis Rakyat Indonesia (MRI) dalam sebuah konfrensi di Yogyakarta psada tanggal 14 September 1941. MRI dianggao badan perwakilan segenap rakyat Indonesia yan akan mencapai kesentosaan dan kemuliaan berdasarkan demokrasi. Sebagai satu federasi, maka yang duduk dalam dewan pimpinan adalah GAPL, MIAL, dan PVPN, berturut-turut mewakili federasi organisasi politik, organisasi Islam, dan Federasi Serikat Sekerja dan Pegawai Negeri.

12. MUHAMMADIYAH

Muhammadiyah adalah sebuah organisasi Islam yang besar di Indonesia. Nama organisasi ini diambil dari nama Nabi Muhammad SAW. sehingga Muhammadiyah juga dapat dikenal sebagai orang-orang yang menjadi pengikut Nabi Muhammad SAW.

Tujuan utama Muhammadiyah adalah mengembalikan seluruh penyimpangan yang terjadi dalam proses dakwah. Penyimpangan ini sering menyebabkan ajaran Islam bercampur-baur dengan kebiasaan di daerah tertentu dengan alasan adaptasi.

Gerakan Muhammadiyah berciri semangat membangun tata sosial dan pendidikan masyarakat yang lebih maju dan terdidik (ini dibuktikan dengan jumlah lembaga pendidikan yang dimiliki Muhammadiyah yang berjumlah ribuan). Menampilkan ajaran Islam bukan sekadar agama yang bersifat pribadi dan statis, tetapi dinamis dan berkedudukan sebagai sistem kehidupan manusia dalam segala aspeknya. Akan tetapi, ia juga menampilkan kecenderungan untuk melakukan perbuatan yang ekstrem.

Dalam pembentukannya, Muhammadiyah banyak merefleksikan kepada perintah-perintah Al Quran, diantaranya surat Ali Imran ayat 104 yang berbunyi: Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung. Ayat tersebut, menurut para tokoh Muhammadiyah, mengandung isyarat untuk bergeraknya umat dalam menjalankan dakwah Islam secara teorganisasi, umat yang bergerak, yang juga mengandung penegasan tentang hidup berorganisasi. Maka dalam butir ke-6 Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah dinyatakan, melancarkan amal-usaha dan perjuangan dengan ketertiban organisasi, yang mengandung makna pentingnya organisasi sebagai alat gerakan yang niscaya.

Berdasarkan situs resmi Muhammadiyah, Muhammadiyah didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan di Kampung Kauman Yogyakarta pada tanggal 8 Dzulhijjah 1330 H/18 November 1912.

Persyarikatan Muhammadiyah didirikan untuk mendukung usaha KH Ahmad Dahlan untuk memurnikan ajaran Islam yang dianggap banyak dipengaruhi hal-hal mistik. Kegiatan ini pada awalnya juga memiliki basis dakwah untuk wanita dan kaum muda berupa pengajian Sidratul Muntaha. Selain itu peran dalam pendidikan diwujudkan dalam pendirian sekolah dasar dan sekolah lanjutan, yang dikenal sebagai Hooge School Muhammadiyah dan selanjutnya berganti nama menjadi Kweek School Muhammadiyah (sekarang dikenal dengan Madrasah Mu’allimin _khusus laki-laki, yang bertempat di Patangpuluhan kecamatan Wirobrajan dan Mu’allimaat Muhammadiyah_khusus Perempuan, di Suronatan Yogyakarta).

Pada masa kepemimpinan Ahmad Dahlan (1912-1923), pengaruh Muhammadiyah terbatas di karesidenan-karesidenan seperti: Yogyakarta, Surakarta, Pekalongan, dan Pekajangan, daerah Pekalongan sekarang. Selain Yogya, cabang-cabang Muhammadiyah berdiri di kota-kota tersebut pada tahun 1922. Pada tahun 1925, Abdul Karim Amrullah membawa Muhammadiyah ke Sumatera Barat dengan membuka cabang di Sungai Batang, Agam. Dalam tempo yang relatif singkat, arus gelombang Muhammadiyah telah menyebar ke seluruh Sumatera Barat, dan dari daerah inilah kemudian Muhammadiyah bergerak ke seluruh Sumatera, Sulawesi, dan Kalimantan. Pada tahun 1938, Muhammadiyah telah tersebar keseluruh Indonesia.[1]

Terdapat pula organisasi khusus wanita bernama Aisyiyah.[2]

Sebagai dampak positif dari organisasi ini, kini telah banyak berdiri rumah sakit, panti asuhan, dan tempat pendidikan di seluruh Indonesia.

13. Petisi Soetardjo

Petisi Soetardjo adalah sebutan untuk petisi yang diajukan oleh Soetardjo Kartohadikoesoemo, pada 15 Juli 1936, kepada Ratu Wilhelmina serta Staten Generaal (parlemen) di negeri Belanda.

Petisi ini diajukan karena makin meningkatnya perasaan tidak puas di kalangan rakyat terhadap pemerintahan akibat kebijaksanaan politik yang dijalankan Gubernur Jenderal de Jonge. Petisi ini ditandatangani juga oleh I.J. Kasimo, G.S.S.J. Ratulangi, Datuk Tumenggung, dan Ko Kwat Tiong.

Isi petisi adalah permohonan supaya diselenggarakan suatu musyawarah antara wakil-wakil Indonesia dan negeri Belanda dengan kedudukan dan hak yang sama. Tujuannya adalah untuk menyusun suatu rencana pemberian kepada Indonesia suatu pemerintahan yang berdiri sendiri (otonom) dalam batas Undang-undang Dasar Kerajaan Belanda. Pelaksanaannya akan berangsur-angsur dijalankan dalam waktu sepuluh tahun atau dalam waktu yang akan ditetapkan oleh sidang permusyawarahan.

Reaksi : Usul yang dianggap menyimpang dari cita-cita kalangan pergerakan nasional ini mendapat reaksi, baik dari pihak Indonesia maupun pihak Belanda.

Pers Belanda, seperti Preanger Bode, Java Bode, Bataviaasch Nieuwsblad, menuduh usul petisi sebagai suatu: “permainan yang berbahaya”, revolusioner, belum waktunya dan tidak sesuai dengan keadaan.

Golongan reaksioner Belanda, seperti Vaderlandsche Club berpendapat Indonesia belum matang untuk berdiri sendiri. Tetapi ada juga orang-orang Belanda dari kalangan pemerintah yang menyetujui petisi, dengan mengirim surat kepada Soetardjo. Pihak pemerintah Hindia Belanda sendiri menyatakan bahwa pemerintah memang mempunyai maksud untuk selalu meningkatkan peranan rakyat dalam mengendalikan pemerintahan sampai rakyat Indonesia sanggup untuk mengurus segala sesuatunya. Dari pihak Indonesia baik di dalam maupun di luar Volksraad reaksi terhadap usul petisi juga bermacam-macam.

Beberapa anggota Volksraad berpendapat bahwa usul petisi kurang jelas, kurang lengkap dan tidak mempunyai kekuatan. Pers Indonesia seperti surat kabar Pemandangan, Tjahaja Timoer, Pelita Andalas, Pewarta Deli, Majalah Soeara Katholiek menyokong usul petisi. Oleh karena itu usul petisi dengari cepat tersebar luas di kalangan rakyat dan sebelum sidang Volksraad membicarakan secara khusus, kebanyakan pers Indonesia menyokong usul ini.

Menurut harian Pemandangan saat usul ini dimajukan sangat terlambat, yaitu saat akan digantikannya Gubernur Jenderal De Jonge oleh Gubernur Jenderal Tjarda.

Sidang : Kemudian diputuskan untuk membicarakan usul petisi tersebut dalam sidang khusus tanggal 17 September 1936.

Pada tanggal 29 September 1936 selesai sidang perdebatan, diadakanlah pemungutan suara dimana petisi disetujui oleh Volksraad dengan perbandingan suara 26 suara setuju lawan 20 suara menolak.

Dan pada tanggal 1 Oktober 1936 petisi yang telah menjadi petisi Volksraad itu dikirim kepada Ratu, Staten-Generaal, dan Menteri Koloni di negeri Belanda.

Usulan baru : Sementara menunggu keputusan diterima atau tidak usul petisi tersebut maka untuk memperkuat dan memperjelas maksud petisi, pada persidangan Volksraad Juli 1937 Soetardjo kembali mengajukan usul rencana Indonesia menuju “Indonesia berdiri sendiri”.

Rencana tersebut dibagi dalam dua tahap, masing-masing untuk lima tahun. Atas usul tersebut wakil pemerintah Hindia Belanda dalam sidang Volksraad menjawab bahwa pemerintah juga mempunyai perhatian ke arah perbaikan pemerintahan Indonesia, tetapi karena usul itu amat luas sekali maka penyelesaiannya berada di tangan pemerintah di negeri Belanda dan Staten General.

Petisi ini kembali banyak menimbulkan tanggapan dari organisasi-organisasi gerakan rakyat seperti: Perhimpunan Indonesia (PI), Roekoen Peladjar Indonesia (Roepi), Gerakan Rakjat Indonesia (GERINDO), Perkumpulan Katholik di Indonesia (PPKI), Partai Serikat Islam Indonesia (PSII), PNI, dan sebagainya.

Petisi ditolak : Pada persidangan Volksraad bulan Juli 1938, Gubernur Jenderal Tjarda secara samar-samar telah membayangkan bahwa petisi akan ditolak. Laporan Gubernur Jenderal kepada menteri jajahan (berdasarkan laporan-laporan antara lain dari Raad van Nederland-Indie, Adviseur voor Inlahdse Zaken, Directeur van Onderwijs en Eredienst), telah menyarankan supaya petisi ditolak dengan alasan isi kurang jelas.

Juga mengingat ketidakpastian akan kejadian-kejadian di masa yang akan datang ini, maka tidak dapatlah disetujui keinginan untuk mengadakan konfrensi untuk menyusun rencana bagi masa yang akan datang. Akhirnya ia menyarankan bahwa biar bagaimanapun petisi harus ditolak sehingga perubahan secara prinsip bagi kadudukan Indonesia dan mengadakan konfrensi itu tidak perlu diadakan.

Akhirnya dengan keputusan Kerajaan Belanda No. 40 tanggal 14 November 1938, petisi yang diajukan atas nama Volksraad ditolak oleh Ratu Wilhelmina. Alasan penolakannya antara lain ialah: “Bahwa bangsa Indonesia belum matang untuk memikul tanggung jawab memerintah diri sendiri”.

14. Taman Siswa adalah nama sekolah yang didirikan oleh Ki Hadjar Dewantara pada tanggal 3 Juli tahun 1922 di Yogyakarta (Taman berarti tempat bermain atau tempat belajar, dan Siswa berarti murid).Pada waktu pertama kali didirikan, sekolah Taman Siswa ini diberi nama “National Onderwijs Institut Taman Siswa”, yang merupakan realisasi gagasan beliau bersama-sama dengan teman di paguyuban Sloso Kliwon. Sekolah Taman Siswa ini sekarang berpusat di balai Ibu Pawiyatan (Majelis Luhur) di Jalan Taman Siswa, Yogyakarta, dan mempunyai 129 sekolah cabang di berbagai kota di seluruh Indonesia.

Prinsip dasar dalam sekolah/pendidikan Taman Siswa yang menjadi pedoman bagi seorang guru adalah:

Ing Ngarso Sung Tulodo (di depan kita/guru memberi contoh kepada murid)

Ing Madya Mangun Karso (di tengah-tengah murid kita/guru membangun prakarsa dan bekerja sama dengan mereka)Tut Wuri Handayani (dan dari belakang kita/guru memberi daya-semangat dan dorongan bagi murid).

Ketiga prinsip ini digabung menjadi satu rangkaian/ungkapan utuh: Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madya Mangun Karso, Tut Wuri Handayani, yang sampai sekarang masih tetap dipakai sebagai panduan dan pedoman dalam dunia pendidikan di Indonesia.

Nama Pendiri :Ki Hajar Dewantara

Nama Asli:Raden Mas Soewardi Soeryaningrat

Lahir:Yogyakarta, 2 Mei 1889

Wafat:Yogyakarta, 28 April 1959

Pendidikan:

* Sekolah Dasar di ELS (Sekolah Dasar Belanda)

* STOVIA (Sekolah Dokter Bumiputera) tidak tamat

* Europeesche Akte, Belanda

* Doctor Honoris Causa dari Universitas Gajah Mada pada tahun 1957

Organisasi:

* Boedi Oetomo 1908

* Pendiri Indische Partij (partai politik pertama yang beraliran nasionalisme Indonesia) 25 Desember 1912

Penghargaan:

Bapak Pendidikan Nasional, hari kelahirannya 2 Mei dijadikan hari Pendidikan Nasional

Pahlawan Pergerakan Nasional (surat keputusan Presiden RI No.305 Tahun 1959, tanggal 28 November 1959)

Pendiri Taman Siswa ini adalah Bapak Pendidikan Nasional. Lahir di Yogyakarta pada tanggal 2 Mei 1889. Hari lahirnya, diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional. Ajarannya yang terkenal ialah tut wuri handayani (di belakang memberi dorongan), ing madya mangun karsa (di tengah menciptakan peluang untuk berprakarsa), ing ngarsa sungtulada (di depan memberi teladan). Ia meninggal dunia di Yogyakarta tanggal 28 April 1959 dan dimakamkan di sana.

Terlahir dengan nama Raden Mas Soewardi Soeryaningrat. Ia berasal dari lingkungan keluarga kraton Yogyakarta. Raden Mas Soewardi Soeryaningrat, saat genap berusia 40 tahun menurut hitungan Tahun Caka, berganti nama menjadi Ki Hadjar Dewantara. Semenjak saat itu, ia tidak lagi menggunakan gelar kebangsawanan di depan namanya. Hal ini dimaksudkan supaya ia dapat bebas dekat dengan rakyat, baik secara fisik maupun hatinya.

Perjalanan hidupnya benar-benar diwarnai perjuangan dan pengabdian demi kepentingan bangsanya. Ia menamatkan Sekolah Dasar di ELS (Sekolah Dasar Belanda) Kemudian sempat melanjut ke STOVIA (Sekolah Dokter Bumiputera), tapi tidak sampai tamat karena sakit. Kemudian ia bekerja sebagai wartawan di beberapa surat kabar antara lain Sedyotomo, Midden Java, De Express, Oetoesan Hindia, Kaoem Moeda, Tjahaja Timoer dan Poesara. Pada masanya, ia tergolong penulis handal. Tulisan-tulisannya sangat komunikatif, tajam dan patriotik sehingga mampu membangkitkan semangat antikolonial bagi pembacanya.

Selain ulet sebagai seorang wartawan muda, ia juga aktif dalam organisasi sosial dan politik. Pada tahun 1908, ia aktif di seksi propaganda Boedi Oetomo untuk mensosialisasikan dan menggugah kesadaran masyarakat Indonesia pada waktu itu mengenai pentingnya persatuan dan kesatuan dalam berbangsa dan bernegara.

Kemudian, bersama Douwes Dekker (Dr. Danudirdja Setyabudhi) dan dr. Cipto Mangoenkoesoemo, ia mendirikan Indische Partij (partai politik pertama yang beraliran nasionalisme Indonesia) pada tanggal 25 Desember 1912 yang bertujuan mencapai Indonesia merdeka.

Mereka berusaha mendaftarkan organisasi ini untuk memperoleh status badan hukum pada pemerintah kolonial Belanda. Tetapi pemerintah kolonial Belanda melalui Gubernur Jendral Idenburg berusaha menghalangi kehadiran partai ini dengan menolak pendaftaran itu pada tanggal 11 Maret 1913. Alasan penolakannya adalah karena organisasi ini dianggap dapat membangkitkan rasa nasionalisme rakyat dan menggerakan kesatuan untuk menentang pemerintah kolonial Belanda.

Kemudian setelah ditolaknya pendaftaran status badan hukum Indische Partij ia pun ikut membentuk Komite Bumipoetra pada November 1913. Komite itu sekaligus sebagai komite tandingan dari Komite Perayaan Seratus Tahun Kemerdekaan Bangsa Belanda. Komite Boemipoetra itu melancarkan kritik terhadap Pemerintah Belanda yang bermaksud merayakan seratus tahun bebasnya negeri Belanda dari penjajahan Prancis dengan menarik uang dari rakyat jajahannya untuk membiayai pesta perayaan tersebut.

Sehubungan dengan rencana perayaan itu, ia pun mengkritik lewat tulisan berjudul Als Ik Eens Nederlander Was (Seandainya Aku Seorang Belanda) dan Een voor Allen maar Ook Allen voor Een (Satu untuk Semua, tetapi Semua untuk Satu Juga). Tulisan Seandainya Aku Seorang Belanda yang dimuat dalam surat kabar de Expres milik dr. Douwes Dekker itu antara lain berbunyi:

“Sekiranya aku seorang Belanda, aku tidak akan menyelenggarakan pesta-pesta kemerdekaan di negeri yang kita sendiri telah merampas kemerdekaannya. Sejajar dengan jalan pikiran itu, bukan saja tidak adil, tetapi juga tidak pantas untuk menyuruh si inlander memberikan sumbangan untuk dana perayaan itu.

Pikiran untuk menyelenggarakan perayaan itu saja sudah menghina mereka dan sekarang kita garuk pula kantongnya. Ayo teruskan penghinaan lahir dan batin itu! Kalau aku seorang Belanda. Apa yang menyinggung perasaanku dan kawan-kawan sebangsaku terutama ialah kenyataan bahwa bangsa inlander diharuskan ikut mengongkosi suatu pekerjaan yang ia sendiri tidak ada kepentingannya sedikitpun”.

Akibat karangannya itu, pemerintah kolonial Belanda melalui Gubernur Jendral Idenburg menjatuhkan hukuman tanpa proses pengadilan, berupa hukuman internering (hukum buang) yaitu sebuah hukuman dengan menunjuk sebuah tempat tinggal yang boleh bagi seseorang untuk bertempat tinggal. Ia pun dihukum buang ke Pulau Bangka.Douwes Dekker dan Cipto Mangoenkoesoemo merasakan rekan seperjuangan diperlakukan tidak adil. Mereka pun menerbitkan tulisan yang bernada membela Soewardi. Tetapi pihak Belanda menganggap tulisan itu menghasut rakyat untuk memusuhi dan memberontak pada pemerinah kolonial. Akibatnya keduanya juga terkena hukuman internering. Douwes Dekker dibuang di Kupang dan Cipto Mangoenkoesoemo dibuang ke pulau Banda.Namun mereka menghendaki dibuang ke Negeri Belanda karena di sana mereka bisa memperlajari banyak hal dari pada didaerah terpencil. Akhirnya mereka diijinkan ke Negeri Belanda sejak Agustus 1913 sebagai bagian dari pelaksanaan hukuman.Kesempatan itu dipergunakan untuk mendalami masalah pendidikan dan pengajaran, sehingga Raden Mas Soewardi Soeryaningrat berhasil memperoleh Europeesche Akte.Kemudian ia kembali ke tanah air di tahun 1918. Di tanah air ia mencurahkan perhatian di bidang pendidikan sebagai bagian dari alat perjuangan meraih kemerdekaan.

Setelah pulang dari pengasingan, bersama rekan-rekan seperjuangannya, ia pun mendirikan sebuah perguruan yang bercorak nasional, Nationaal Onderwijs Instituut Tamansiswa (Perguruan Nasional Tamansiswa) pada 3 Juli 1922. Perguruan ini sangat menekankan pendidikan rasa kebangsaan kepada peserta didik agar mereka mencintai bangsa dan tanah air dan berjuang untuk memperoleh kemerdekaan.Tidak sedikit rintangan yang dihadapi dalam membina Taman Siswa. Pemerintah kolonial Belanda berupaya merintanginya dengan mengeluarkan Ordonansi Sekolah Liar pada 1 Oktober 1932. Tetapi dengan kegigihan memperjuangkan haknya, sehingga ordonansi itu kemudian dicabut.Di tengah keseriusannya mencurahkan perhatian dalam dunia pendidikan di Tamansiswa, ia juga tetap rajin menulis. Namun tema tulisannya beralih dari nuansa politik ke pendidikan dan kebudayaan berwawasan kebangsaan. Tulisannya berjumlah ratusan buah. Melalui tulisan-tulisan itulah dia berhasil meletakkan dasar-dasar pendidikan nasional bagi bangsa Indonesia.

Sementara itu, pada zaman Pendudukan Jepang, kegiatan di bidang politik dan pendidikan tetap dilanjutkan. Waktu Pemerintah Jepang membentuk Pusat Tenaga Rakyat (Putera) dalam tahun 1943, Ki Hajar duduk sebagai salah seorang pimpinan di samping Ir. Soekarno, Drs. Muhammad Hatta dan K.H. Mas Mansur.

Setelah zaman kemedekaan, Ki hajar Dewantara pernah menjabat sebagai Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan yang pertama. Nama Ki Hadjar Dewantara bukan saja diabadikan sebagai seorang tokoh dan pahlawan pendidikan (bapak Pendidikan Nasional) yang tanggal kelahirannya 2 Mei dijadikan hari Pendidikan Nasional, tetapi juga ditetapkan sebagai Pahlawan Pergerakan Nasional melalui surat keputusan Presiden RI No.305 Tahun 1959, tanggal 28 November 1959. Penghargaan lain yang diterimanya adalah gelar Doctor Honoris Causa dari Universitas Gajah Mada pada tahun 1957.

Dua tahun setelah mendapat gelar Doctor Honoris Causa itu, ia meninggal dunia pada tanggal 28 April 1959 di Yogyakarta dan dimakamkan di sana.

Kemudian oleh pihak penerus perguruan Taman Siswa, didirikan Museum Dewantara Kirti Griya, Yogyakarta, untuk melestarikan nilai-nilai semangat perjuangan Ki Hadjar Dewantara. Dalam museum ini terdapat benda-benda atau karya-karya Ki Hadjar sebagai pendiri Tamansiswa dan kiprahnya dalam kehidupan berbangsa. Koleksi museum yang berupa karya tulis atau konsep dan risalah-risalah penting serta data surat-menyurat semasa hidup Ki Hadjar sebagai jurnalis, pendidik, budayawan dan sebagai seorang seniman telah direkam dalam mikrofilm dan dilaminasi atas bantuan Badan Arsip Nasional.

Bangsa ini perlu mewarisi buah pemikirannya tentang tujuan pendidikan yaitu memajukan bangsa secara keseluruhan tanpa membeda-bedakan agama, etnis, suku, budaya, adat, kebiasaan, status ekonomi, status sosial, dan sebagainya, serta harus didasarkan kepada nilai-nilai kemerdekaan yang asasi.

Konsep Pendidikan Tamansiswa :

Tamansiswa adalah badan perjuangan kebudayaan dan pembangunan masyarakat yang menggunakan pendidikan dalam arti luas untuk mencapai cita-citanya. Bagi Tamansiswa, pendidikan bukanlah tujuan tetapi media untuk mencapai tujuan perjuangan, yaitu mewujudkan manusia Indonesia yang merdeka lahir dan batinnya.  Merdeka lahiriah artinya tidak dijajah secara fisik, ekonomi, politik, dsb; sedangkan merdeka secara batiniah adalah mampu mengendalikan keadaan.

Tamansiswa anti intelektualisme; artinya siapa pun tidak boleh hanya mengagungkan kecerdasan dengan mengabaikan faktor-faktor lainnya. Tamansiswa mengajarkan azas keseimbangan (balancing), yaitu antara intelektualitas di satu sisi dan personalitas di sisi yang lain. Maksudnya agar setiap anak didik itu berkembang kecerdasan dan kepribadiannya secara seimbang.

Tujuan pendidikan Tamansiswa adalah membangun anak didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, merdeka lahir batin, luhur akal budinya, cerdas dan berketerampilan, serta sehat jasmani dan rohaninya untuk menjadi anggota masyarakat yang mandiri dan bertanggung jawab atas kesejahteraan bangsa, tanah air, serta manusia pada umumnya. Meskipun dengan susunan kalimat yang berbeda namun tujuan pendidikan Tamansiswa ini sejalan dengan tujuan pendidikan nasional.

Kalau di Barat ada “Teori Domein” yang diciptakan oleh Benjamin S. Bloom yang terdiri dari kognitif, afektif dan psikomotorik maka di Tamansiswa ada “Konsep Tringa” yang terdiri dari ngerti (mengeta-hui), ngrasa (memahami) dan nglakoni (melakukan). Maknanya ialah, tujuan belajar itu pada dasarnya ialah meningkatkan pengetahuan anak didik tentang apa yang dipelajarinya, mengasah rasa untuk meningkat-kan pemahaman tentang apa yang diketahuinya, serta meningkatkan kemampuan untuk melaksanakan apa yang dipelajarinya.

Pendidikan Tamansiswa dilaksanakan berdasar Sistem Among, yaitu suatu sistem pendidikan yang berjiwa kekeluargaan dan bersendikan kodrat alam dan kemerdekaan. Dalam sistem ini setiap pendidik harus meluangkan waktu sebanyak 24 jam setiap harinya untuk memberikan pelayanan kepada anak didik sebagaimana orang tua yang memberikan pelayanan kepada anaknya.

Sistem Among tersebut berdasarkan cara berlakunya disebut Sistem Tutwuri Handayani. Dalam sistem ini orientasi pendidikan adalah pada anak didik, yang dalam terminologi baru disebut student centered. Di dalam sistem ini pelaksanaan pendidikan lebih didasarkan pada minat dan potensi apa yang perlu dikembangkan pada anak didik, bukan pada minat dan kemampuan apa yang dimiliki oleh pendidik. Apabila minat anak didik ternyata akan ke luar “rel” atau pengembangan potensi anak didik di jalan yang salah maka pendidik berhak untuk meluruskannya.

Untuk mencapai tujuan pendidikannya, Tamansiswa menyelanggarakan kerja sama yang selaras antartiga pusat pendidikan yaitu lingkungan keluarga, lingkungan perguruan, dan lingkungan masyarakat. Pusat pendidikan yang satu dengan yang lain hendaknya saling berkoordinasi dan saling mengisi kekurangan yang ada. Penerapan sistem pendidikan seperti ini yang dinamakan Sistem Trisentra Pendidikan atau Sistem Tripusat Pendidikan.

Pendidikan Tamansiswa berciri khas Pancadarma, yaitu Kodrat Alam (memperhatikan sunatullah), Kebudayaan (menerapkan teori Trikon), Kemerdekaan (memperhatikan potensi dan minat maing-masing indi-vidu dan kelompok), Kebangsaan (berorientasi pada keutuhan bangsa dengan berbagai ragam suku), dan Kemanusiaan (menjunjung harkat dan martabat setiap orang).

Sejarah 1

Posted: Februari 28, 2010 in pelajaran

1. Budi Utomo (BU) 20 Mai 1908

Politik etis awal abad ke-20 membawa dampak munculnya “priyayi jawa baru” atau priyayi rendahan, mereka memiliki pandangan bahwa pendidikan adalah kunci kemajuan. Dilatar belakangi situasi ekonomi yang buruk di pulau Jawa karena eksploitasi penjajah Belanda, menyebabkan banyak anak priyayi rendahan yang pandai tapi tidak dapat meneruskan sekolah karena tidak ada biaya.
Sang priyayi baru, Dr Wahidin Sudirohusodo berusaha mencari dana untuk memberi bantuan kepada anak-anak yang tidak dapat sekolah. Propagandanya disambut antara lain oleh salah seorang mahasiswa kedokteran sekolah Dokter Jawa, School Taf Opleiding Van Indische Arsten (Stovia) yaitu Sutomo.

Tujuan Budi Utomo adalah melakukan pengajaran bagi orang Jawa dan berusaha untuk membangkitkan kembali budaya Jawa, Jadi pendidikan barat dipadukan dengan tradisi dan budaya Jawa. Tentu saja berdirinya Budi Utomo ini menimbulkan banyak reaksi baik dari orang Belanda maupun kaum priyayi Jawa. Pernah mendengar istilah kaum priyayi? Priyayi adalah sebutan untuk orangorang Jawa keturunan bangsawan. Lalu apa saja reaksinya?. Ada yang berpendapat bahwa kelahiran Budi Utomo merupakan renaissance atau kebangkitan budayan Jawa. Kaum priyayi menolak kehadiran Budi Utomo, Mengapa demikian? Karena kelahiran dan cita-cita Budi Utomo dianggap mengganggu kestrabilan kedudukan sosial mereka. Mereka merasa terancam posisinya oleh gerakan anak muda tersebut.

Untuk mencegah cita-cita Budi Utomo tersebut mereka mendirikan regent Bond Setia Mulya di Semarang, tapi ada pula kaum priyayi yang progresif seperti bupati Karang Anyar yang bernama Tirto Kusumo yang mendukung Budi Utomo. Lalu bagamana perkembangan Budi Utomo selanjutnya? Walaupun tujuan Budi Utomo masih samar-samar yaitu kemajuan bagi Hindia, tetapmenarik perhatian masyarakat, hanya dalam waktu enam bulan jumlah anggota Budi Utomo sudah mencapai ribuan orang dan cabang-cabangnya tersebar di kota-kota besar pulau Jawa tapi anggota Budi Utomo terbatas hanya dari suku Jawa dan Madura. Dalam waktu satu tahun Budi Utomo berhasil menarik 10.000 anggaran yang berasal dari 40 cabang, seperti Yogyakarta, Madura, Bandung, Surabaya, Jakarta, dll.

Untuk konsolidasi organisasi pada tanggal 3 – 5 Oktober 1908 Budi Utomo menyelenggarakan kongres yang pertama di Yogyakarta yang menghasilkan keputusan yaitu:
a. Memajukan pendidikan dan pengajaran
b. Mempertinggi cita-cita kemanusiaan
c. Menggali kembali kebudayaan bangsa dan ilmu pengetahuan

Dalam perkembangan selanjutnya anggoata Budi Utomo kebanyakan terdiri dari kaum priyayi dan pegawai negeri, apa akibatnya? Tujuan organisasi lebih diarahkan untuk kepentingan mereka dan mengabaikan kepentingan rakyat banyak. Ketua Umum BU yang juga sebagai bupati lebih memperhatikan reaksi pemerintah kolonial daripada reaksi anggota atau rakyat banyak. Dengan keanggotaan para priyayi Jawa, maka sulit untuk memobilisasi anggotanya. Lalu bagaimana reaksi golongan muda? Dengan perkembangan yang demikian akibat terbatasnya jaringan interaksi atau hubungan organisasi, golongan muda merasa kecewa dan memutuskan keluar dari Budi Utomo. Gerakan muda yang keluar diantaranya adalah Soetomo, Goenawan Mangunjusumo dan Cipto Mangunkusumo. Golongan pemuda di luar kultur Jawa membentuk organisasi pemuda diantaranya Jong Ambon Jong Celebes Jong Minahasa dan sebagainya. Di kalangan pemuda Jawa berdiri Sedyo Tomo dan Narpo Pendowo. Sementara itu Budi Utomo memperoleh status badan hukum dari pemerintah kolonial karena tidak memiliki tujuan politik dan dianggap tidak berbahaya.

Sesuai pekembangan jaman BU akhirnya juga terjun dalam kegiatan politik, hal ini terbukti ketika terjadi Perang dunia 1 pada tahun 1915, Budi Utomo turut memikirkan cara mempertahankan Indonesia dari serangan BU mengusulkan kepada pemerintah untuk membentuk Indiandsche Militie (Milisi untuk Bumiputera) untuk mempertahankan Indonesia dari serangan yang dikemukakan dalam rapat umum di Bandung pada tanggal 5-6 Agustus di Bandung. Menurut BU, untuk tujuan itu harus dibentuk dewan perwakilan rakyat terlebih dahulu. Atas usulan BU tersebut maka pada akhir Perang dunia 1 dibentuklah Volksraad. Ketika dibentuk Volksraad (Dewan Rakyat), wakil-wakil Budi Utomo duduk di dalamnya dalam jumlah yang cukup banyak. Tahun-tahun berikutnya usaha untuk memajukan organisasi ini tidak begitu berhasil karena mulai muncul organisasi-organisasi baru sebagai saingannya yang harus nasionalis dan lebih progres. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Budi Utomo merupakan organisasi. Pada tahun 1935 Budi Utomo berfusi atau bergabung dengan Partai Indonesia Raya (Parindra). Coba Anda tulis tiga organisasi yang progresif tersebut.

Walaupun kegiatan Budi Utomo lebih bersifat sosial kultural, tapi kelahiran Budi Utomo merupakan pelopor pergerakan nasional Indonesia pertama, sehingga tanggal berdirinya ditetapkan sebagai hari kebangkitan nasional Indonesia. Secara politik dapat dikatakan Budi Utomo kurang begitu pentingnya akan tetapi pergerakan inilah yang menyebar lebih semangat nasionalisme untuk pertama kalinya.

Bagaimana? sudah jelas? Apabila belum paham benar, bacalah sekali lagi. Kalau sudah jelas dan paham, mari kita lanjutkan pada organisasi berikutnya.

2. SAREKAT ISLAM (SI) 1911

Sebelum kita membahas organisasi ini, silahkan amati dulu gambar berikut, apa yang Anda ketahui dari tokoh tersebut?

Organisasi Serikat Islam pada awalnya merupakan perkumpulan pedagang-pedagang Islam. Organisasi ini dirintis oleh R.M. Tirtoadisuryo pada tahun 1909 dengan tujuan untuk melindungi hak-hak pedagang pribumi Muslim dari monopoli dagang yang dilakukan untuk pedagang-pedagang besar Tionghoa.

Kemudian tahun 1911 di kota Solo oleh Haji Samanhudi didirikan organisasi dengan nama Sarekat Dagang Islam (SDI). Tujuan perkumpulan ini adalah untuk menghimpun para pedagang Islam agar dapat bersaing dengan para pedagang asing seperti pedagang Tionghoa, India dan Arab. Mengapa demikian? Karena pada saat itu pedagang-pedagang tersebut lebih maju usahanya daripada pedagang Indonesia dan keadaan itu sengaja diciptakan oleh Belanda. Adanya perubahan sosial menimbulkan kesadaran kaum pribumi. Sebagai ikatan solidaritas dan lambang kelompok, perlu ada ideologi gerakan. Tentu Anda ingin tau kira-kira apa corak organisasi SDI ini?

SDI merupakan organisasi ekonomi yang berdasarkan pada agama Islam dan perekonomian rakyat sebagai dasar penggeraknya. Di bawah pimpinan H. Samanhudi perkumpulan ini berkembang pesat hingga menjadi perkumpulan yang berpengaruh dan akhirnya pada tahun 1912 oleh pimpinannya yang baru yaitu Haji Omar Said Cokroaminoto namanya diubah menjadi Sarekat Islam. Apa alasan pengubahan nama tersebut? Hal ini dilakukan agar organisasi ini tidak hanya bergerak dalam bidang ekonomi, tapi juga dalam bidang lain seperti politik. Walaupun dalam anggaran dasarnya tidak terlihat adanya unsur politik, tapi dalam kegiatannya SI menaruh perhatian besar terhadap unsur-unsur politik dan menentang ketidakadilan serta penindasan yang dilakukan oleh pemerintah kolonial. Artinya SI memiliki jumlah anggota yang banyak sehingga menimbulkan kekhawatiran pemerintah Belanda.

Tujuan SI mencapai kemajuan rakyat yang nyata dengan jalan persaudaraan, persahabatan dan tolong-menolong diantara muslim. Tujuan utama SI 1913 adalah engembangkan perekonomian. Keanggotaan SI terbuka untuk semua lapisan. SI berkembang pesat, pada waktu diajukan sebagai Badan Hukum, Gubernur Jendral Idenburg menolak. Badan Hukum hanya diberikan pada SI lokal. Dengan perubahan waktu akhirnya SI pusat diberi pengakuan sebagai Badan Hukum pada bulan Maret tahun 1916. Setelah pemerintah memperbolehkan berdirinya partai politik, SI berubah menjadi partai politik dan mengirimkan wakilnya ke Volksraad tahun 1917. SI akhirnya mengalami perkembangan yang lebih pesat dibandingkan Budi Utomo dan mulai disusupi aliran Revolusioner Sosialis, mengapa begitu? Karena SI tidak membatasi keanggotaannya hanya untuk masyarakat Jawa dan Madura saja.

SI sebagai organisasi besar akhirnya terpecah setelah disusupi oleh orang-orang yang telah dipengaruhi oleh paham sosialis. Paham sosialis ini disebarkan oleh Sneevlet yang mendirikan organisasi ISDV (Indische Sosialistische Democratische Vereeniging). Mereka menyebar luaskan ajaran sosialis dan terang-terangan menentang kebijakan-kebijakan pimpinan Sarekat Islam. Hal ini menyebabkan SI pecah menjadi SI putih yang dipimpin oleh HOS Cokroaminoto dan SI merah yang dipimpin Semaun. Si merah berlandaskan Sosialisme Komunisme.

Pecahnya SI terjadi setelah Semaun dan Darsono dikeluarkan dari organisasi. Hal ini ada kaitannya dengan kongres SI ke-6 tahun 1921 tentang perlunya disiplin partai, seorang harus memilih antara SI atau organisasi lain tujuannya agar Si bersih dari unsur-unsur komunis.

SI berubah nama menjadi Partai Sarekat Islam (PSI). Pada kongres PSI tahun 1927 menyatakan bahwa tujuan perjuangan adalah mencapai kemedekaan nasional. Karena tujuannya yang jelas itulah PSI ditambah namanya dengan Indonesia sehingga menjadi Partai Serikat Islam Indonesia (PSII). Pada tahun itu juga PSII menggabungkan diri dengan Permufakatan Perhimpunan-Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI).

Akibat keragaman cara pandang diantara anggota partai, PSII pecah menjadi beberapa partai politik, diantaranya Partai Islam Indonesia dipimpin Sukiman, PSSI Kartosuwiryo, PSSI Abikusno dan PSI sendiri. Perpecahan itu melemahkan PSII dalam perjuangannya.

Akibat sering terjadi pertentangan akhirnya PSII mengalami kemunduran. Bagaimana? Sudah paham? Mari kita lanjutkan pada organisasi selanjutnya.

3. INDISCHE PARTIJ (IP) 1912

Partai ini merupakan partai pertama yang menanamkan rasa kebangsaan dan pribumi Ernest Eugene Francois (EFE) Douwes Dekker mengambil prakarsa mendirikan partai politik untuk golongan Indo dan bercita-cita memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Ia mengajak Suwardi Suryaningrat dan Cipto Mangunkusumo untuk mendirikan Indische Partij pada tanggal 25 Desember 1912 di Bandung. Organisasi ini pada mulanya disebut juga Partai Hindia. Tuntutan utamanya adalah penghapusan kolonialisme yang mengeksploitasi rakyat dan Hindia Belanda. Indische Partij memiliki semboyan Hindia untuk Hindia, mengerti bukan maksudnya? Ya, jadi menurut semboyan tersebut adalah Hindia untuk orang Hindia bukan untuk orang Belanda. Dari tuntutannya kita tahu bahwa pergerakan ini bercorak organisasi politik. Hindia adalah sebutan untuk Indonesia pada masa penjajahan Belanda.

Coba amati gambar berikut, kemudian tunjukkan yang bernama EFE Dowes Dekker, Suwardi Suryaningrat dan Cipto Mangunkusumo.

Keanggotaan Indische Partij terbuka untuk semua golongan. Dengan cita-cita mencapai Indonesia merdeka, Indische Partij merupakan organisasi politik pertama di Indonesia. Perkembangan yang sangat cepat dan pernyataan-pernyataannya yang mengkritik Belanda menyebabkan tokoh-tokoh Indischer Partij mulai diawasi dan dicurigai oleh Belanda sehingga pemerintah menolak ketika pengurusnya mengajukan permohonan untuk memperoleh badan hukum. Salah satu pernyataan yang mengkritik Belanda adalah tulisan Suwardi Suryaningrat yang berjudul Als Ik eens Nederlander Was (Seandainya saya seorang Belanda), tulisan yang dimuat dalam surat kabar de Express itu berisi kritikan terhadap Belanda ketika bermaksud mencari dana untuk merayakan peringatan 100 tahun kemerdekaan negeri Belanda lepas dari penjajahan Perancis tahun 1814. Akibat tulisan itu ketiga pemimpin Indische Partij ditangkap dan dihukum dan dibuang ke negeri Belanda.

Tahun 1913 IP dinyatakan sebagai partai terlarang. Douwes Dekker tetap berjuang dijalur politik, Suwardi Suryaninggrat lebih dikenal sebagai Ki Hajar Dewantoro bergerak di lapangan pendidikan dan Tjipto Mangunkusumo tetap dengan perjuangan radikalnya.

5. PERHIMPUNAN INDONESIA (PI) 1925

Berdirinya PI berawal dari didirikannya Indische Vereniging tahun 1908 di Belanda.Organisasi ini bersifat moderat (selalu menghindarkan perilaku atau pengungkapan yang ekstrem) sebagai perkumpulan sosial mahasiswa Indonesia di Belanda untuk memperbincangkan masalah dan persoalan tanah air. Pada awalnya Perhimpunan Indonesia merupakan organisasi sosial. Memasuki tahun 1913, dengan dibuangnya tokoh Indische Partij ke Belanda maka dibuatlah pokok pemikiran pergerakan yaitu Hindia untuk Hindia yang menjadi nafas baru. Iwa Kusumasumantri diangkat sebagai ketua menyatakan 3 azaz pokok Indische Vereeniging yaitu:
1. Indonesia menentukan nasibnya sendiri
2. Kemampuan dan kekuatan sendiri
3. Persatuan dalam menghadapi Belanda

Tahun 1925 Indische Vereeniging berubah menjadi Perhimpunan Indonesia dengan tujuannya Indonesia merdeka. Banyak kegiatan yang dilakukan oleh aktivis PI di Belanda maupun di luar negeri, diantaranya ikut serta dalam kongres Liaga Demokrasi Perdamaian Internasional tahun 1926 di Paris, dalam kongres itu Mohammad Hatta dengan tegas menyatakan tuntutan akan kemerdekaan Indonesia. demikian pula pendapat-pendapat mereka banyak disampaikan ke tanah air. Aksi-aksi yang dilakukan menyebabkan Hatta dkk. dituduh melakukan pemberontakan terhadap Belanda. Karena dituduh menghasut untuk pemberontakan terhadap Belanda maka tahun 1927 tokoh-tokoh PI diantaranya M. Hatta, Nasir Pamuncak, Abdul Majid Djojonegoro dan Ali Sastroamijoyo ditangkap dan diadili. Tindakan-tindakan PI dapat dikatakan radikal, apakah radikal itu? Radikal adalah suatu paham atau aliran yang menginginkan perubahan atau pembaruan secara keras sampai ke akarnya, mengapa mereka bertindak radikal? Nah, sekarang coba lihatlah gambar tokoh-tokoh ini, apa pendapat Anda terhadap tindakan mereka yang radikal?

Karena status anggota PI sebagai mahasiswa membawa posisi mereka tanpa ikatan sosial politik tertentu dan tidak memiliki kepentingan untuk mempertahankan kedudukan, sehingga mereka tidak khawatir dalam bertindak, terang-terangan melawan pemerintah Bealnda Organisasi ini juga membuat lambang untuk Indonesia diantaranya merah putih sebagai bendera.

Semenjak berakhirnya PD I perasaan anti kolonialis dan imperialis di kalangan pimpinan dan anggota PI semakin menonjol, apalagi setelah ada seruan dari Presiden AS, Woodrow Wilson mengenai hak untuk menetukan nasib bangsa sendiri. Tahun 1925 PI semakin tegas memasuki kancah politik, yang juga didorong kebangkitan nasionalisme di Asia-Afrika. Disamping itu, mengusahakan suatu pemerintahan untuk Indonesia, yang bertanggung jawab kepada rakyat Indonesia semata-mata, dan hal yang demikian itu hanya bisa 22 dicapai oleh rakyat Indonesia sendiri tanpa mengharapkan bantuan siapapun dan pada prinsipnya menghindarkan perpecahan demi tercapainya tujuan. Dengan pemikiran yang demikian tegas, wajarlah apabila PI menjadi satu ancaman terhadap kredibilitas pemerintah Belanda dalam menjalankan kolonialismenya di Indonesia.

Bagaimana? Sudah lelah? Tentu belum ya, mari kita lanjutkan.
Sekarang marilah kita membahas pergerakan Nasional antara tahun 1926-1939 dimulai dengan Partai Nasional Indonesia (PNI).

6. Partai Nasional Indonesia

Bermula dari Mahasiswa Algemenee Studie Club di Bandung tahun 1926, Ir. Sukarno dkk seperti Mr. Suaryo, Ali Sastroamijoyo, & Mr. Sartono bermaksud menggalang perjuangan melalui organisasi yang bertujuan untuk kemerdekaan Indonesia.

Sesudah PKI dinyatakan sebagai partai terlarang oleh pemerintah Hindia Belanda akibat pemberontakannya tahun 1926-1927, maka dirasakan perlunya wadah untuk menyalurkan hasrat dan aspirasi rakyat yang tidak mungkin lagi ditampung oleh organisasi-organisasi politik yang ada pada waktu itu. Sejalan dengan hal tersebut muncul organisasi kebangsaan dengan corak politik nasionalis murni yaitu PNI yang didirikan tanggal 4 Juli 1927.

Dalam Azasnya PNI berkeyakinan, bahwa syarat yang amat penting untuk perbaikan kembali semua susunan pergaulan hidup Indonesia itu ialah kemerdekaan nasional. Oleh karena itu, maka semua kekuatan haruslah ditujukan ke arah kemerdekaan nasional. Dengan kemerdekaan nasional rakyat akan dapat memperbaiki rumah tangganya dengan tanpa gangguan.

PNI ingin sekali melihat rakyat Indonesia bisa mencapai kemerdekaan politik untuk mencapai pemerintahan nasional, mencapai hak untuk mengadakan Undang-undang sendiri dan mengadakan aturan-aturan sendiri dalam mengadakan pemerintahan.

Kehadiran PNI benar-benar jadi tantangan pemerintah Hindia Belanda karena organisasi ini benar-benar menunjukkan perlawanannya. Dari azaz maupun tujuannya, terlihat bahwa PNI merupakan organisasi politik yang ekstrim dan radikal yang tentu saja berlawanan dengan keinginan pemerintah Belanda. Oleh karena itu berkali-kali tokoh-tokohnya diperingatkan agar tidak melakukan kegiatan, terutama yang berhubungan dengan massa, seperti rapat-rapat umum. Mengapa rapat umum dilarang, karena biasanya rapat umum menarik ribuan massa untuk berkumpul. Walaupun demikian, semangat pantang menyerah tokoh PNI tetap berkobar, bahkan pada tanggal 17-18 Desember 1927, PNI berhasil memelopori terbentuknya organisasi sosial politik se Indonesia dalam bentuk Permufakatan perhimpunan-perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia, (PPPKI). Kegiatan-kegaitan yang dilakukan oleh tokoh PNI menyebabkan pemerintah Hindia Belanda kehilangan kesabaran sehingga melakukan 23 penangkapan terhadap tokoh-tokoh PNI, seperti Ir. Soekarno, Maskun, Supriadinata dan Gatot Mangkupradja. Mereka kemudian diadili dan dimasukkan penjara suka miskin Bandung. Nah demikianlah kira-kira gambaran pergerakan nasional Indonesia melalui organisasi-organisasi, lalu bagaimana dengan pemuda?

Apakah pemuda ikut berperan dalam perjuangan memperoleh kemerdekaan? Tentu Anda masih ingat beberapa organisasi pemuda yang didirikan pada saat kita membahas organisasi Budi Utomo, bukan? Coba Anda sebutkan 3 diantaranya.

Organisasi pemuda yang pertama berdiri adalah Trikoro Darmo yang kemudian berubah nama menjadi Jong Java. Setelah munculnya Jong Java, berdiri organisasi pemuda yang serupa dengan nama suku atau daerahnya masingmasing, seperti Jong Sumatranen Bod, Jong Celebes, Jong ambon, dll. Semua organisasi kedaerahan ini punya tujuan yang sama untuk memajukan Indonesia dan mencapai kemerdekaan. Para pemuda tersebut secara langsung tidak berkiprah dalam gerakan yang bercorak politik, namun lebih mengarah pada usaha untuk memajukan kebudayaan daerah masing-masing.

Silakan Anda amati gambar di bawah ini, Apa nama gedung ini sekarang?

Tentu Anda tahu hasil dari Kongres Pemuda II ini, bukan?
Dalam kongres tercapai suatu kesepakatan adanya satu nusa, satu bangsa dan satu bahasa yang merupakan cermin persatuan dan kesatuan yang dikenal dengan sebutan Sumpah Pemuda.

Pada waktu Kongres Pemuda II berlangsung, dimunculkan suasana merah putih dengan iringan lagu Indonesia Raya karya W.R. Supratman.

Sumpah Pemuda ini merupakan sebuah momentum yang sangat penting karena sejak saat itu telah timbul suatu perasaan kebangsaan dan perjuangan untuk memperoleh kemerdekaan semakin nyata. 24 Untuk lebih jelasnya berikut ini dicantumkan hasil Kongres Pemuda Indonesia II yang disetujui pada tanggal 28 Oktober 1928.

Kongres Pemuda II menghasilkan Sumpah Pemuda mendorong organisasi pergerakan nasional yang bersifat politik untuk bersatu melawan pemerintah Hindia Belanda.

Dengan keyakinan bahwa perjuangan yang dilakukan bersama akan lebih mudah untuk mencapai tujuan kemerdekaan Indonesia. Maka pada tanggal 17-18 Desember 1927 dibentuklah suatu permufakatan Perhimpunan-perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI), yang dipelopori oleh Ir. Sukarno dari PNI. Perhimpunan ini terdiri dari beberapa organisasi pergerakan nasional seperti PSII, BU, PNI, Pasundan, Jong Sumatranen Bond, Kaum Betawi dan Kelompok Studi Indonesia.

PPPKI diharapkan mampu mempersatukan dan menjadikan gerakan politik nasional berada dalam satu koordinasi yang baik. Dalam perkembangan selanjutnya, PPPKI tidak mampu mewujudkan cita-citanya, hal ini disebabkan adanya pertentangan antara tokoh-tokoh partai yang tergabung di dalamnya.

Tekanan dari pemerintah Hindia Belanda juga menjadi salah satu sebab semakin menurunnya peran perhimpunan ini dalam pergerakan nasional Indonesia.

Upaya untuk meraih kemerdekaan terus dilakukan, baik melalui perjuangan kooperatif maupun non kooperatif. Coba Anda pikirkan mengapa hal ini terjadi?

Ya benar, Belanda selalu menutup jalan dan melakukan penekanan terhadap gerakan non kooperatif sementara terhadap gerakan yang kooperatifpun diwajibkan selalu minta izin apabila akan mengadakan kegiatan.

Hal tersebut membuat kesal para tokoh pergerakan, sehingga melalui Volksraad (dewan rakyat), partai-partai yang tergabung dalam PPPKI mengeluarkan petisi tanggal 15 Juli 1936.

Petisi yang dikenal sebagai Petisi Sutardjo itu ditanda tangani oleh Sutarjo, IJ. Kasimo, Sam Ratulangi, Datuk tumenggung dan Kwo Kwat Tiong, berisi usulan kepada pemerintah Belanda untuk membahas status politik Hindia Belanda 10 tahun mendatang.

Coba Anda pikirkan dan diskusikan apa reaksi Pemerintah Belanda terhadap petisi ini? Benar, sudah dapat dipastikan bahwa Belanda menolak petisi tersebut.

Hal ini tentu membuat para tokoh pergerakan kecewa. Gagalnya petisi Sutarjo merupakan tantangan bagi para tokoh pergerakan nasional. Untuk mengatasi kekecewaan tersebut di atas maka para tokoh pergerakan nasional mendirikan organisasi baru, yaitu Gabungan Politik Indonesia (GAPI) pada tanggal 21 Mei 1939. Gapi merupakan gabungan dari Parindra (Partai Indonesia raya), Gerakan Indonesia (Gerindo), Persatuan Minahasa, Partai Islam Indonesia (PII), Partai Katolik Indonesia, Pasundan dan (PSII) Partai Serikat Islam Indonesia.

Langkah yang ditempuh GAPI adalah mengadakan Kongres Rakyat Indonesia (KRI). Adapun tujuan dari kongres ini adalah “Indonesia Berparlemen” Anda tentu tahu maksudnya bukan? Ya, GAPI menuntut agar rakyat Indonesia diberikan hak-hak dalam urusan pemerintahannya sendiri.

Keputusan penting lain setelah “Indonesia berparlemen adalah penetapan merah putih sebagai bendera Indonesia, lagu Indonesia Raya sebagai lagu kebangsaan dan penggunaan bahasa Indonesia bagi seluruh rakyat di Hindia Belanda.

Lalu bagaimana reaksi pemerintah Hindia Belanda?
Tuntutan GAPI ditanggapi oleh pemerintah Belanda dengan Komisi Visman. Komisi ini bertujuan untuk menyelidiki keinginan bangsa Indonesia.

Ternyata komisi ini bekerja tidak jujur dan lebih memihak kepada Belanda. Pemerintah Hindia Belanda” hanya berjanji akan memberikan status dominion kepada Indonesia dikemudian hari”.

Nah, demikianlah peranan organisasi-organisasi pergerakan nasional Indonesia dalam perjuangan memperoleh kemerdekaan. Apakah ada hal lain yang turut perperan dalam perjuangan tersebut? Tentu pergerakan Nasional Indonesia tidak terlepas dari peranan pers dan peranan wanita.

Pada tahun 1909, E.F.E Douwes Dekker (Danudirja Setya budi) memberikan sebuah uraian awal tentang pers di Indonesia, bahwa kedudukan pers berbahasa Melayu lebih penting daripada pers Belanda. Karena dengan berbahasa Melayu simpati dari kalangan pembaca pribumi lebih besar. Perkembangan pers bumiputera yang berbahasa melayu menimbulkan pemikiran di kalangan pemerintah kolonial untuk menerbitkan sendiri suratkabar berbahasa Melayu yang cukup besar dengan sumber-sumber pemberitaan yang baik.

Menurut Douwess Dekker secara kronologis suratkabar berbahasa Melayu yang tertua adalah Bintang Soerabaja (1861) dengan pokok pemberitaan mengenai usaha menentang pemerintah dan pengaruhnya terhadap orang-orang Cina di Jawa Timur. Kemudian berikutnya adalah Pewarta Soerabaja (1902) dengan pembacanya terbanyak dari masyarakat Cina. Salah satu surat kabar yang terpenting adalah Kabar Perniagaan (1902), ada pula mingguan oposisi Ho-Po.

Pelopor Pers Nasional adalah Medan Prijaji yang dipimpin oleh R.M. Tirtoadisuryo, terbit tahun 1907 sebagai mingguan, dan sejak 1910 menjadi surat kabar harian. Sementara surat kabar yang membawa suara pemerintah dalam bahasa melayu adalah Pancaran Warta (1901) dan Bentara Hindia (1901).

Peranan Pers dalam usaha membantu menumbuhkembangkan kesadaran nasional cukup besar artinya bagi langkah perjuangan rakyat Indonesia menuju kemerdekaan. Ada keterkaitan yang erat antara pers nasional dengan pergerakanpergerakan kebangsaan sebagai penerus ide-ide nasionalisme.

Sejalan dengan pergerakan pemuda dalam pergerakan nasional, timbul pula pergerakan yang dipelopori oleh kaum wanita. Pelopor gerakan kaum wanita adalah RA Kartini yang menyerukan agar wanita Indonesia diberi pendidikan karena wanita juga memikul tugas suci. Pendidikan untuk wanita Indonesia adalah untuk mengangkat derajat sosialnya karena selama ini wanita dianggap rendah oleh bangsa Indonesia.

Setelah sebagian wanita Indonesia mendapatkan pendidikan barat dan bergaul dengan tokoh-tokoh emansipasi Barat bermunculanlah perkumpulan atau organisasi wanita, diantaranya Putri Mardika, kemudian sekolah Kautamaan Istri yang didirikan oleh Raden Dewi Sartika di Bandung pada tahun 1904. Selanjutnya pada tahun 1920 muncul perkumpulan wanita yang bergerak di bidang sosial dan kemasyarakatan, seperti De Gorontalo Mohammedaanshe Vrowen Vereeniging di Minahasa dan wanito Utomo di Yogyakarta.

Dalam perkembangan selanjutnya, wanita mulai mendirikan perkumpulan sendiri untuk memperjuangkan cita-citanya. Organisasi yang terkenal antara lain Perserikatan Perempuan Indonesia, Istri Sedar, dan Istri Indonesia. Organisasiorganisasi ini kemudian mengadakan kongres perempuan Indonesia yang menanamkan semangat kebangsaan.

Demikianlah pembahasan tentang pertumbuhan dan perkembangan organisasi pergerakan nasional Indonesia, bagaimana? Sudah paham? apabila Anda sudah paham dan mengerti, marilah kita melihat bagan di bawah ini

Bagan ini sekaligus berfungsi sebagai rangkuman dari materi yang sudah Anda pelajari.

Bagaimana? semakin paham dan jelas bukan? Kalau Anda sudah paham maka kerjakanlah latihan-latihan soal berikut ini. Selamat mengerjakan.

+an. Partai Nasional Indonesia (PNI)
Berdiri pada tanggal 4 Juli 1927 di Bandung dengan nama awal Perserikatan Nasional Indonesia. Pada tahun 1928 nama organisasi diubah menjadi Partai Nasional Indonesia. Pendiri PNI adalah kaum intelektual yang tergabung dalam Aglemene Studie Club, yaitu Ir. Soekarno, dr. Tjipto Mangoenkoesoemo, Ir. Anwari, Mr. Sartono, Mr. Boediarto. dr. Sanoesi, Mr. Iskaq Tjokrohadisoerjo, dan Mr. Soenarjo.
PNI mempunyai 3 (Tiga) asas, yaitu :

  1. Self Help (Menolong diri sendiri)
  2. Non Kooperasi (Tidak mengadakan kerjasama dengan Pemerintah Kolonial Belanda)
  3. Marhaenisme (Pengerahan massa rakyat tertindas yang hidup dalam kemiskinan di tanah yang kaya raya)

Tujuan PNI adalah mencapai Indonesia merdeka dengan kekuatan sendiri. PNI bersifat terbuka sehingga keanggotaannya cepat berkembang. Cabang-cabang PNI terdapat di seluruh Hindia-Belanda. Kelompok nasionalis revolusioner dapat ditampung di dalam PNI. Pada tahun 1927, PNI memprakarsai berdirinya PPPKI (Permufakatan Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia). Badan ini merupakan sebuah badan koordinasi dari bermacam aliran untuk menggalang kesatuan aksi melawan imperialisme atau penjajahan. Kemajuan yang dicapai PNI dalam menyadarkan rakyat Indonesia akan pentingnya kemerdekaan dan sikapnya yang non kooperasi menimbulkan kecemasan pihak Belanda. Pemerintah Kolonial Belanda memberikan ancaman terhadap PNI untuk menghentikan kegiatannya serta mengawasi dengan ketat gerak-gerik para pemimpin PNI terutama terhadap Ir. Soekarno. Ir. Soekarno bahkan dilarang untuk pergi ke luar Jawa. Karena desas-desus bahwa PNI akan melakukan pemberontakan maka pada tahun 1929 dilakukan penangkapan atas tokoh-tokoh PNI, yaitu Ir. Soekarno, Maskoen Soemodiredjo, Gatot Mangkoeprodjo, dan Soepriadinata. Mereka disalahkan melanggar pasal 153 bis dan 169 KUHP, dianggap mengganggu ketertiban umum, dan menentang kekuasaan Pemerintah Kolonial Belanda. dalam persidangan para tokoh PNI di Bandung, Ir. Soekarno membacakan pembelaannya yang terkenal, yaitu “Indonesia Menggugat”. Pembelaan tersebut menelanjangi Pemerintah Kolonial Belanda dengan berbagai kebijaksanaannya yang merugikan rakyat Indonesia. Walaupun pembelaannya hebat tetapi Ir. Soekarno tetap ditahan oleh Pemerintah Kolonial Belanda di Penjara Soekamiskin, Bandung. PNI kemudian dinyatakan sebagai partai/organisasi terlarang oleh Pemerintah Kolonial Belanda pada tanggal 17 April 1931. Sejak ditahannya tokoh-tokoh PNI maka timbul perbedaan pandangan dalam melanjutkan kegiatan PNI. Tanggal 25 April 1931 dalam konggres luar biasa PNI di Jakarta, Mr. Sartono mengambil keputusan untuk membubarkan PNI. Pembubaran PNI tersebut menimbulkan perpecahan di kalangan internal PNI sendiri sehingga berdirilah :

  1. Partindo (Partai Indonesia), yang didirikan oleh Mr. Sartono dan menekankan aksi massa dalam gerakan partai.
  2. PNI Baru (Pendidikan Nasional Baru), yang didirikan oleh Drs. Moehammad Hatta, Mr. Soetan Syahrir, dan kawan-kawan dan menekankan pendidikan politik dalam gerakan partai.

7. PKI ( Partai Komunis Indonesia )
Berdiri pada tanggal 23 Mei 1920 yang merupakan gabungan organisasi Syarikat Islam Merah pimpinan Semaun dan ISDV (Indische Social Demokratische Vereeniging, berdiri tahun 1914 di Semarang) pimpinan Hendrick Sneevliet (Pegawai Belanda yang berhaluan komunis serta aktif menyebarkan komunis di Indonesia bekerjasama dengan Semaun) dengan nama PKH (Partai Komunis Hindia). PKH dipimpin oleh :

  1. Ketua : Semaoen
  2. Wakil Ketua : Darsono
  3. Sekretaris : Bergsma
  4. Bendahara : Dekker
  5. Anggota : Baars dan Soegono

Asas perjuangan PKH adalah Sama Rata Sama Rasa dengan prinsip anti kolonialis dan kapitalis serta bersikap Revolusioner / radikal terhadap Pemerintah Kolonial Belanda. Beberapa tokoh belanda yang tidak menyetujui pendirian PKH lalu memisahkan diri dan membentuk ISDP (Indische Social Demokratische Party) yang dipimpin oleh F. Bahler. Pada tahun 1924, Partai Komunis Hindia (PKH) diubah namanya menjadi Partai Komunis Indonesia (PKI). Sebelumnya pada tahun 1921, PKH menjadi anggota Komintern (Komunis Internasional) yang berpusat di Moskow, Rusia. Puncak kegiatan PKI pada periode pergerakan nasional adalah pemberontakan terhadap pemerintah Kolonial Belanda yang terkenal dengan nama “pemberontakan November 1926” di Jakarta yang disusul kemudian dengan Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Sementara pemberontakan di Sumatera Barat terjadi pada tahun 1927. pemberontakan PKI atau sebenarnya lebih tepat pemberontakan rakyat Indonesia tersebut gagal total sehingga pada tahun 1927 PKI diinyatakan sebagai organisasi terlarang sedangkan para pengikutnya ditangkap dan kemudian di penjarakan / dibuang sebagai pekerja paksa di daerah-daerah terpencil seperti Digul, Papua. Akibat kegagalan pemberontakan PKI maka Pemerintah Kolonial Belanda kemudian memperketat pengawasan dan mempersempit ruang gerak organisasi-organisasi pergerakan nasional yang sudah ada maupun yang baru lahir.

photoshop lesson 2

Posted: Februari 26, 2010 in pelajaran
LESSON 2
Mengganti background latar, efek bayangan dan
pemberian bingkai

Langgkah 1
Bukalah gambar yang akan di edit (tukul1.jpg dan tukul2.jpg)
Jangan lupa buatkan background copy untuk setiap gambar
Langkah 2
Pada gambar tukul1.jpg terlebih dahulu kita hidenkan background aslinya agar
memperjelas dalam proses penghapusan background
Langkah 3
Kemudian hapus background dari gambar background copy dengan
menggunakan magic
sma n 2 payakumbuh
Langkah 4
Setelah itu pindahkan gambar tukul1 ke gambar tukul2 seperti gambar di bawah
ini
Langkah 5
Sesuaikan ukuran dan atur posisi gambar dengan free transform (Ctr +D)
sma n 2 payakumbuh
Langkah 6
Berikan efek bayangan dengan mengklik icon add a layer style dan pilih option
drop shadow
Atur letak dan jenis bayangan sesuai selera anda
sma n 2 payakumbuh
Langkah 7
Tambahkan keterangan tulisan dengan menggunakan pilihan type toll pada
tollbox
sma n 2 payakumbuh
Langkah 8
Untuk memperindah tampilan maka berikan bingkai untuk gambar di atas
Kali ini kita akan menggunakan binggkai dari pilihan custom shape di toolbox
Hasilnya seperti di bawah ini (silahkan gunakan menu styles untuk melihat
variasi efek bingkai/frame tersebut.
1
2
3
sma n 2 payakumbuh
Untuk tahap finishing silahkan simpan hasil kerja anda dalam format .jpg
Good luck *  *