WEK WEK

Posted: April 30, 2010 in drama, naskah drama, Uncategorized

WEKWEK

karya Iwan Simatupang

ADEGAN I

SEKELOMPOK BEBEK MEMASUKI PANGGUNG

Petruk:    Sejauh mata memandang, sawah luas terbentang, tapi tidak sebidang tanah pun milikku. Padi aku yang tanam, juga aku yang ketam. Tapi tidak segenggam milikku. Bebek tiga puluh ekor, semuanya tukang bertelor. Tapi tidak juga sebutir adalah milikku. Badan hanya sebatang, hampir-hampir telanjang. Hanya itu saja milikku.

ADEGAN II

BAGONG DAN PENGAWALNYA MEMASUKI PANGGUNG

Bagong:   Aku orang berada, apa-apa ada. Juga buah dada, itulah beta. Sawah berhektar-hektar, pohon berakar-akar, rumah berkamar-kamar, itulah nyatanya. Kambing berekor-ekor, bebek bertelor-telor, celana berkolor-kolor, film berteknik kolor. Perut buncit ada, mata melotot ada, pelayan ada, pokoknya serba ada.

ADEGAN III

GARENG DAN EMPAT KAWANNYA MEMASUKI PANGGUNG

Gareng:   Badannya langsing, matanya juling, otaknya bening. That’s me!

Tipu menipu, adu mengadu, ijazah palsu, that’s me!

Gugat menggugat, sikat menyikat, lidah bersilat, that’s me!

Profesiku pokrol bambu, siapa yang tidak tahu, that’s me!

ADEGAN IV

Semar:     Saya jadi lurah sejaak awal sejarah, sudaah lama kepingin berhenti tapi tak adaa yang mau mengganti. Sudah bosan, jemu, capek, lelah. Otot kendor, mata kabur, mau mundur dengan teratur, mau ngaso di atas kasur.

Saya kembung bukan karena busung, mata berair bukan karena banjir, tapi karena menjadi tong sampah. Serobotan tanah, pak lurah. Curi air sawah, pak lurah. Beras susah, pak lurah.

Semua masalah, pak lurah, tapi kalau rejeki melimpah, pak lurah…tak usah…payah.

ADEGAN V

BAGONG DAN PENGAWALNYA MEMASUKI PANGGUNG

Bagong:   Jaman ini jaman edan, tidak ikut edan tidak kebagian.

Di terminal calo berkuasa, dia tentukan penumpang naik apa.

Di dunia film broker merajalela, dia tentukan sutradara bikin apa.

Di sini, itu si Petruk sialan, datang merangkak meminta pekerjaan.

Aku suruh ngangon bebek tiga puluh ekor, tiap minggu harus antar lima puluh ekor.

Malah dia tentukan berapa harus setor. Sungguh-sungguh kurang telor.

Sekali aku datang mengontrol, bebeknya hilang dua ekor.

Waktu ditanya, dia menjawab “dimakan burung kondor”

Di sini tak ada burung kondor. Dia yang kondor.

Dia datang melolong minta tolong, sudah ditolong, ee…dia nyolong.

Orang seperti ini harus dipukuli, sayangnya aku tak berani.

Lagipula aku tidak mau mengotori tanganku, dengan menyentuh tubuhnya yang kotor dan bau. Aku tidak mau main hakim sendiri, apa gunanya pak lurah digaji.

ADEGAN VI

SEKELOMPOK BEBEK MEMASUKI PANGGUNG

Petruk     Orang sudah melarat ditimpa cialat, telor sudah dimakan masih juga digugat.

Padahal yang bertelor tidak peduli, apa mau dimakan atau dicuri.

Pokoknya aku tiap minggu sudah setor, sekitar lima puluh telor.

Waktu menyebrang jalan, datang motor, bebek kabur, satu ketubruk dan mati konyol.

Sekarang aku harus menghadap pak lurah mempertanggung jawabkan apa yang sudah aku lakukan. Menurut versi Bagong dongkolan, siapa menolongku, siapa membantuku?

Gareng    Apa masalahmu, menangis tersedu-sedu

Apa persoalan,merengek tersedan-sedan

Jangan takut, aku bukan polisi

Bukan maut, juga bukan polusi.

Petruk     Begitu mulutnya dibuka, mendadak hilanglah duka

Permisi, mohon bertanya, kok mau menyapa saya?

Gareng    Aku sedih melihat orang susah. Aku murka melihat orang marah.

Aku membantu orang kejepit, kena urusan berbelit-belit.

Petruk     Ikan dicita, ulampun tiba. Janda dicinta sebab kaya raya.

Bapak mau menolong saya yang lagi bingung kena perkara?

Gareng    Aku diturunkan ke bumi ini dengan suatu misi.

Membantu orang yang kena perkara, baik yang perdata maupun pidana

Pilih mana, bagi saya sama saja.

Petruk     Anu pak, ini urusan telor dan bebek.

Gareng    Ah, telor dan bebek. Bukan telor dan ayam?

Di sini telor, di sana telor, sama-sama telor

Di sini bebek, di sana ayam, bagiku sama saja.

Petruk     Ya, tapi saya melarat pak.

Gareng    Ya, saya juga melarat, karenanya harus bekerjasama yang erat.

Segala sesuatu dikerjakan dengan mufakat.

Misalnya saja tentang honorku, biar bagaimanapun aku ini pokrol bambu

Kamu harus hargai profesiku.

Petruk     Bapak harus sadari profesi saya, yang tidak menghasilkan apa-apa.

Harta karun tidak ada, yang ada cemeti dan celana.

Ambil saja cemeti, biar nanti saya cari lagi.

Jangan ambil celana, nanti saya celaka

Menambah lagi perkara, perkara pusaka dewata.

Gareng    Ini bukan perkara cemeti atau celana

Tapi urusan telor dan bebek. Jelas urusan telor dan bebek

Telor dan bebek, tor-tor, wek-wek.

Petruk     Tor-tor, wek-wek? Maksudnya ha?

Gareng    Ssst! Jangan keras-keras.

MEREKA SALING BERBISIK, KEMUDIAN TERTAWA TERBAHAK-BAHAK, RAHASIA, MENGANDUNG ARTI NAKAL

ADEGAN VII

SEMAR DAN BAGONG MENUJU PETRUK DAN GARENG

Semar     Sudah di pikir masak-masak?

Bagong    Sudah. Malah hampir busuk.

Semar     Kalau di pikir-pikir berapalah rugimu?

Bagong    Ini bagi saya memang bukanlah persoalan untung rugi. Ini soal kepercayaan saya yang di lukai. Muka saya di ludahi. Sudah di tolong masih mencuri. Saya kurang baik apa? Masih saja orang bilang saya pelit, medit, bakhil.

Semar     Penghisap, pemeras, penggencet, penyedot, pengepres.

Bagong    Ya, semua yang tidak beres.

Semar     Kalau dia mengakui, apa tindakan mu?

Bagong    Dia harus bayar kerugianku.

Semar     Kalau dia tidak dapat?

Bagong    Apa boleh buat, pecat.

Semar     Lantas apa nasibnya?

Bagong    Ini urusannya, urusan pak lurah.

Semar     Kalau ia tidak mengaku bersalah?

Bagong    Pak lurah atur supaya ia menyerah. Nanti saya atur agar padi pak lurah bertambah.

Semar     Saya sudah menjadi lurah sejak awal sejarah. Jangan omongamu membuat saya marah.

Bagong    Maaf pak lurah. Maksud saya sama sekali tidak mempengaruhi hanya si Entong anak bapak kemarin kepingin motor.

Semar     Kalau dia kepingian, tentu dia ngomong sama saya.

Bagong    Dia kemarin pesan motor apa saja.

Semar     Mau tutup mulut tidak? Mau aku depak?

Bagong    Maksud saya….

DATANG PETRUK DAN GARENG

Gareng    Eh, pak lurah. Selamat pagi, selamat ketemu lagi. Apa kabar pak cukong? Masih suka membagong.

Bagong    Pokrol busuk, awas. Jangan sembarangan ngomong.

Semar     Perkara apa yang kita hadapi, hina menghina atau curi mencuri?

Bagong    Maaf pak lurah. Dia yang mulai.

Semar     Gareng, apakau jadi pembela?

Gareng    Betul. Pembela dan kuasa penuh.

Bagong    Maksudnya, kalau kalah perkara saudara masuk penjara?

Gareng    Saya kira, yang akan kalah itu saudara.

Semar     Baik, kita mulai. Orang mau bicara hanya dengan seijin saya.

Bagong    Setuju.

Gareng    Kalau maunya pak lurah begitu.

Petruk     Bb-bb

Semar     Bagaimana kau petruk?

Bagong    Penggugat, terdakwa, tertuduh, tersangka.

Semar     Kalau mau bicara harus seijin saya.

Bagong    Maaf, pak lurah. Bagaimana petruk?

PETRUK DIAM SAJA.

Semar              Jawab petruk.

Gareng             Maaf pak lurah.

Semar              Pembela?

Gareng             Boleh saya bicara?

Semar              Silahkan.

Gareng    Sebelum saya minta maaf bagi klien dan pasien saya. Klien, karena ia minta saya sebagai pembelanya dan kuasa usahanya. Pasien, karena ia minta saya menjadi dokternya. Keterangan dan penjelasannya; sewaktu ia datang kepada saya yaitu pada hari kamis legi yang lalu, tanggal 32 september 1999, getaran pada jam 10. 30 menit, 6 detik, 7 detik, 8 detik, 9 detik ricther. Udara 240 C, curah hujan 25 cm, naga di selatan, singa di utara, bintang venus berada di….

Bagong             Pak lurah saya protes.

Semar              Kenapa?

Bagong             Urusan apa itu si Venus? Sebentar lagi si Wati, si Inah, si anu…

Semar     Protes di terima, pembela….fakta yang langsung berhubungan dengan fenomena dan sebaiknya yang berkaitan dengan perkara.

Gareng    Walau hak saya di kurangi…. tak apalah. Saudara petruk ini datang pada saya, di kantor saya di kaki enam depan pasar, sebelah kiri toko sepeda, seblah kanan warung tegal, bersebrangan dengan pompa minyak goreng. Menceritakan kepada saya musibah yang menimpa dirinya yang di sebabkan oleh telor bebek dan bapak bagong. Dengan suara dingin bergetar kedinginan. Pak lurah ia datang berlari langsung sawah yang kehujanan lebat dingin sekali. Mengamankan bebek-bebek dan telor-telor yang menjadi tanggungannya, mendadak banjir dari kali, kilat menyambar dari langit. Dua bebek di bawa banjir….

Bagong             Astaga, telornya?

Gareng             Sepuluh butir disambar petir, hancur berantakan.

Bagong             Telor-telorku….

Semar              Benar ini semua terjadi?

Petruk              Ia…wek…wek…wek

Semar              Jawab yang benar.

Petruk              Wek…wek…wek…wek.

Semar              Jangan main-main.

Gareng    Wek…wek. Maaf pak lurah. Selesai dia menceritakan pengalamannya yang mengerikan itu, ia jatuh pingsan. Badannya mengigil, keringatnya mengalir, mukanya pucat, ia mengeluh. Wek…wek…waktu sadar, terlanjur suara yang bisa ia keluarkan hanya wek, selain wek tak ada wok…wok. Seperti pak lurah dengar tadi. Ia sedih sekali, saya ikut sedih dan berjanji padanya akan menyembuhkannya. Jadi kalau ia menjawab dengan wek…wek, maafkanlah ia.

Semar              Bagaimana Petruk?

Petruk              Wekwek….

Bagong    Pak lurah, ini saya kira satu permainan yang licik, akal-akalan si pokrol bambu, pokrol tipu, pokrol….

Gareng    Pak lurah, ini saya adukan cukong Bagong, karena telah menghina saya di depan umum. Pak lurah mendengar sendiri dari moncong Bagong….

Bagong    Pak lurah, saya adukan pokrol itu menghina saya menyebut mulut saya dengan moncong….

Semar     Saya catat, saya sudah catat. Gareng menghina Bagong, Bagong menghina Gareng. Skor, satu lawan satu. Draw, remis. Sama kuat, selesai. Saya peringatkan, jangan ada yang nyeleweng lagi. Kita lagi membicarakan perkara Petruk dengan bebek dan telornya Bagong.

Gareng             Saya tidak punya urusan dengan telornya bagong.

Bagong             Telor saya jangan dibawa-bawa.

Gareng             Memangnya kau taruh di rumah?

Semar     Lama-lama hilang kesabaran saya. Tekanan darah saya naik. Kita lagi membicarakan soal wek-wek.

Bagong             Pak lurah, ini bukan perkara wekwek.

Gareng    Tak ada kaitannya dengan wek-wek? Lantas mengapa Petruk sekarang hanya bisa bilang wek-wek? Ya kenapa? Karena ia ingat ada bebek yang dibawa air bah, karena ia cinta sama bebek asuhannya, karena ia merasa sepenuhnya bertanggung jawab atas keselamatan bebek yang berbunyi wek-wek itu.

Karena ia saban hari saban malam mendengar hanya suara wek-wek, hingga suara wek-wek menjadi obsesi, otaknya penuh suara Wek-wek, syarafnya diganggu oleh wek-wek, pita suaranya tersetem pada nada wek-wek. Dia hanya akan bisa ber wek-wek sampai akhir hayatnya. Bahkan kuburnya nanti akan berbunyi wek-wek. Daan doa untuk arwahnya harus berbunyi wek-wek. Dan kita sekarang harus membicarakan ini dengan bahasa wek-wek.

Bagong    Saya protes, tidak bisa. Saya belum belajar bahasa wek-wek. Kenapa harus berwek-wek, wok-wok. Wek-wek apa wok-wok.

Semar     Itu terlalu ekstrem, kalau kita harus menyelesaikan perkara ini dengan bahasa wek-wek, maka terpaksa perkara ini harus ditunda untuk waktu yang tidak ditentukan. Sampai kita semua telah mahir ber wek-wek.

Petruk              Wek…wek..wek.

Semar              Apa maunya?

Gareng             Kasihanilah saya. Saya tidak bersalah.

Bagong             Bohong. Dia telah mencuri tiga belas telur dan tiga ekor bebek.

Petruk              Wek..wekwek….

Gareng             Tidak salah

Bagong             Salah

Petruk              Wek-wek

Gareng             Tidak

Bagong             Salah

Semar              Wekwek…

Gareng             Ya wekwek…

Bagong             Apa wek-wek?

Petruk              Wek…wek…wek…

Semar              Wek…wek.

Bagong             Wek…wek.

Gareng             Wek…wek.

Semar              Diam, wekwek. Sudah jadi bebek semuanya.

Petruk              Wek…wek.

Gareng             Kalau dulu ia tidak dipaksa harus hidup berhari-hari dengan bebek. Dia jadi begitu

karena Bagong.

Bagong    Dia datang kepada saya minta pekerjaan. Yang lowong hanya ngangon bebek. Dia terima pekerjaan itu, saya tidak paksa.

Semar     Apa keadaan yang harus dipersalahkan?Bagong, berapa ekor yang dia harus jaga? Dan berapa telor harus dia setor?

Bagong             Bebek tiga puluh ekor.

Gareng             Kelaminnya

Bagong             Kelamin? Jangan hina saya ya, jelas saya laki-laki.

Gareng             Saya tidak tanya kelaminmu. Kelamin bebek?

Bagong             Tiga puluh ekor betina semua.

Semar              Berapa telor yang harus dia setor?

Bagong    Lima puluh butir seminggu, bebek menelor tiga hari sekali, seminggu dia menelor dua kali. Tiga puluh bebek bertelor selama seminggu enam puluh, saya minta setorin lima puluh, yang sepuluh buat upah si Petruk. Kan cukup. Sepuluh kali seribu kan sepuluh ribu seminggu?.

Semar     Sepuluh ribu seminggu, bisa hidupkah dengan uang itu? Beras, bisakah dia penuhi setoran itu?

Bagong    Tidak pernah. Mula-mula Cuma empat puluh, makin lama makin berkurang.

Petruk     Wekwek…

Semar     Apa maksudnya?

Gareng    Tiga puluh ekor bebek, betina semua. Tidak ada jantannya. Bagaimana bisa bertelor pak lurah? Ini jelas contoh pemaksaan kemauan dan penghisapan di luar batas kemanusiaan dan kebinatangan,

Bagong    Nyatanya, mula-mula bebek itu bertelor.

Gareng    Itu karena kau beli dan serahkan. Lebih-lebih dia baru bergaul dengan bebek jantan. Kemudian….

Bagong    Nyatanya dia masih bertelor.

Gareng    itu jasanya si Petruk.

Semar     Hei, kau boleh menipu kami, tapi tipuan ini tidak berlaku. Masa Petruk berhubungan dengan bebek?

Bagong    Biarkan saja, asal bebek yang bertelor.

Gareng    Kenapa kau tidak gauli saja sendiri bebek-bebek itu? Pak lurah, maksud saya tidak seperti yang pak lurah bayangkan. Karena Petruk diam-diam pinjam bebek jantan dari tukang angon lainnya. Dan mebiarkan si jantan itu menggauli bebek betina maka masih ada telor yang bisa dipungut. Biar nafsu kebinatangan pejantan itu luar biasa, tetapi ia tidak menggauli seluruh bebek betina itu.

Semar     Kalau begitu si Petruk berjasa besar. Berjasa terhadap bebek betina itu dan berjasa terhadapmu Bagong.

Petruk     Wekwekwek…

Semar     Apa katanya?

Gareng    Dasar orang tidak tahu terima kasih. Tidak tahu menghargai jasa orang.

Semar     bagaimana bagong?

Bagong    Ya… bebek yang dua dimana?

Gareng    Ya dibawa banjir.

Bagong    Bukan itu, sebelumnya? Pasti dijual.

Gareng    Menurut Petruk, yang satu disambar alap-alap. Yang lain dimakan anjing.

Bagong    Bohong. Percuma punya bebek. Hilang melulu, beri telor tidak. Percuma punya tukang angon.

Petruk     Wekwek…

Bagong    Apa lagi?

Gareng    Tiap kali pinjam penjantan, dia harus bayar dua telor.

Bagong    Pemeras

Gareng    Siapa?

Bagong    Itu yang pinjamkan pejantan.

Gareng    kau bisa bilang irang itu pemeras!? Lantas kau maunya pinjam gratis gitu?

Semar     Nah, perkaranya sudah jelas, Bagong nampaknya kau yang kalah. Betul Petruk kurang dapat menepati janjinya tetapi itu karena keadaan yang kau ciptakan sendiri. Kau tidak bisa memecat ia, dan kalau kau mau bebekmu bertelor, belilah barang tiga pejantan. Dan kau mesti bayar dukun yang mengobati si Petruk.

Bagong    Saya tidak mau mengatakan pak lurah berat sebelah. Tapi…ongkos dukunnya berapa?

Gareng    Lima puluh  ribu rupiah

BAGONG BAYAR SELEMBAR LIMA PULUH RIBUAN

Bagong    Rugi-rugi…(pergi)

Semar     Gareng, cari dukun yang baik, biar Petruk lekas sembuh.

Gareng    Tentu saya akan usahakan.

Petruk     Wekwek…

Semar     Ya, wekwek…

ADEGAN VIII

GARENG DAN PETRUK

Gareng    (tertawa)hahahaha…..

Petruk     (tertawa) wekwekwekwek….

Gareng    Bagi uangnya. Nah kau selembar, aku selembar

Petruk     Wekwek…

Gareng    Nah, sekarang mana dua bebek yang dibawa banjir?

Petruk     Wekwekwekwek….

Gareng    Ayo, jangan main-main lagi. Sandiwaranya sudah selesai

Petruk     (menunjukan tenggorokannya) wekwek….

Gareng    Janjimu bagaimana? Mana imbalanku?

Petruk     (menunjuk uang di tangan Gareng) wekwek… (pergi)

Gareng    Wah si Petruk bodoh tapi lihay, lihay tapi bodoh. Aku pokrol bambu kena tipu.

ADEGAN IX

SEMAR DAN PETRUK

Semar     (tertawa) Saya jadi lurah sejak awal sejarah…

Petruk     Hehehehe….pak lurah, amaf sudah berbohong.

Semar     Bebek yang dibawa banjir dan telor yang sambar petir.

Petruk     (tertawa) benar pak lurah. Saya lupa…wekwek….

Semar     (mengggelengkan kepala) saya jadi lurah….

TAMAT

Sumber: http://kertascoratcoret.blogspot.com

Komentar
  1. […] « menyikapi susah,senang sahabat bbrapa contoh naskah drama Mei 4, 2010 -0.218938 […]

Tinggalkan komentar