Archive for the ‘naskah drama’ Category

Naskah drama / teater

Judul :

LIT

Oleh :  Viddy AD Daery

Untuk pementasan 45 menit s-d  60 menit

SINOPSIS                  LIT         :

Di tengah kesemrawutan hukum Di REPUBLIK JOMBROT , Lit, pemimpin non-formal dari kaum terpelajar miskin, menantang kekuasaan semena-mena sistem pendidikan yang mahal dan mencekik rakyat, juga melawan polisi dan hamba-hamba hukum yang justru mempermainkan hukum.

Tapi, alam selalu mempunyai hukumnya sendiri.

Tokoh-tokoh :

Lit………………………………19  tahun.

Kepala sekolah………………….45 tahun.

Orang BP 3……………………..35 tahun.

Pemimpin Gelandangan………..30 tahun.

Pemimpin Satpol Tramtib………30 tahun

Komandan Polisi………………..35 tahun

LIT

Oleh : Viddy AD Daery

Setting : latar belakang bentuk sekolah dijepit gedung-gedung tinggi.

Foreground : kumuh, tumpukan sampah dimana-mana persis di Indonesia.

Tanah-tanah basah dan becek, tergenang air dan lumpur.

Banyak lalat beterbangan.

Kucing dan ayam mengais-ngais sampah.

Kejorokan sangat terasa di mana-mana.

Dinding sekolah dicoret-coret.

Genteng sekolah bocor, piannya ngelingkap, jendela pecah pokoknya nggak terurus, duitnya Cuma dikorupsi para penggede.

Lampu gelap remang-remang memperlihatkan bentuk setting.

Lampu menyorot fokus bidang-bidang kumuh yang harus diperhatikan penonton.

Musik gemrenggeng aneh, penuh suara kucing,lalat, ayam dan suara desah orang bermain sex. Juga bicara berebut rokok.

Lampu yang gelap tiba-tiba menyorot terfokus pada seorang remaja berseragam SMU yang belel dan ditulisi macam2 juga bertambal-tambal, pokoknya amburadul, rambutnya awut-awutan.

Dia berdiri dan menggugat :

LIT      :

Kenapa seluruh pelajaran budi pekerti yang diajarkan sejak SD sampai SLTA tidak berlaku di kehidupan nyata ?

( hening …3 menit )

Kenapa seluruh ajaran Kitab Suci dan teladan para nabi menjadi NOL dalam perjalanan hidup di REPUBLIK JOMBROT ini ?

( hening….lampu menyoroti tubuh2 yang teler…)

Tiba2 musik disko berdentam…

Kamera menyorot anak2 SMU yang mabok, mereka bangkit lalu berdansa rancak pakai koreografi yang bagus, mengikuti irama disko, bagai di videoklip MTV di TVG :

Syair :

Lit,Lit,Lit..kita kawula alit

Lit,Lit,Lit…kita orang kejepit

Jangan lagi menjerit

Jangan lagi mencicit

Mereka tak akan menggubris

Mereka tak akan perduli

Elit kita elit tulalit

Elit kita elit yang sakit

Telinganya congekan

Penuh cureg ambune badheg…baunya nggak ketulungaaaannnn….

Usai dansa….mereka kecapekan…

Tiba-tiba Kepsek dan BP 3 datang dan menegur mereka :

KS       : waaaah…waah….diamput tenan iki….

Ini dia biang rusuh sekolah kita ini

Wis sekolah bolos terus…

SPP nggak pernah mbayar

Iuran OSIS gak bayar

Iuran komputer gak bayar

Iuran renang gak bayar

Iuran BP 3 gak bayar

Iuran guru udunen gak bayar

Iuran bu guru hamil gak bayar

Iuran kucing pak guru ketabrak truk gak bayar

Iuran fotokopi rumus-rumus gak bayar

Iuran ulang tahun guru kesenian gak bayar

Iuran tetangga pak guru kawinan gak bayar

Iuran guru agama naik haji gak bayar

Iuran guru fisika pindah rumah gak bayar

Iuran guru baru pesta tumpengan gak bayar

Iuran kepala sekolah kawin lagi gak bayar…waaah..wahhh….

Kalian ini kalau MISKIN JANGAN SEKOLAAAH !!!!

Sekolah sekarang hanya untuk orang berduit tahu !

Sudah nggak jamannya lagi sekolah mbayar bolet !             (keterangan: bolet= ubi jalar ).

Lit membantah :

Tapi kenapa di Malaysia,Brunei,Singapura, Thailand, bahkan di Srilangka yang negara miskin aja SEKOLAH BISA GRATIS !!!! ?????

KS bingung lholak-lolok gak bisa jawab.

KS nanya ke BP 3 :

Pak BP 3…gimana jawabannya nih ?

Kamu kan yang paling bisa ngajarin aku praktek-praktek pemerasan terhadap orang tua siswa ?

BP 3 membisiki : wssswssswsss….

KS       : Opoooo ???????? Wswswsws…iku opo ????

BP 3    : Whalah bapak ini ah…itu lhooo…wswswswswsw…..

KS   : Oooo yayaya….pemerintah negara-negara asing itu kan memberi subsidi terhadap dunia pendidikan, goblok !

Pemerintah kita kan sudah mencabut subsidi pendidikan, dananya dikorupsi…weeeek….goblok !

BP 3    : Lho pak, yang goblok Bapak !

KS       : Heh, lha kok aku yang goblok ?

BP 3    : Ya sudah, yang goblok dan bajingan adalah pemerintah !

LIT      : ( bernada sangat marah dan berang )

Kenapa  ? Kenapa subsidi kepada anggota-anggota DPR, uang dinas jabatan menteri dan pejabat-penjabat tinggi justru dinaikkan kok malah subsidi pendidikan dicabut ????

KS       : Lha yo embuh….kok nanyak aku…

BP 3    : Lho pak, jawabannya wswswswswswsws….

KS       : Jawabannya wes hewes hewes bablas angine…..

BP 3    : Lho bukan gitu pak….ssst…wewswswswswsws

KS       : Oooo, ya supaya kalian bayar sekolah, gitu aja kok repot !

Lagian bukankah orangtua kalian selama ini adalah rakyat paling baik di dunia ?

Tapi sebenarnya berarti rakyat paling bodoh didunia hehehehe….

Lha ya toh….orang tua kalian bayar tarif listrik yang terus naik, nggak pernah protes.

Tarif telpon naik, gak penah protes.

Tarif air minum naik, gak pernah protes.

Iuran sampah naik, gak pernah protes.

Iuran RT RW…bayaaar aja.

Iuran 17 agustusan, bayaar aja.

Iuran lebaran, bayaar aja.

Iuran natalan, bayaar aja.

Iuran imlek, bayaar aja.

Iuran nyepi, bayaar aja.

( Ayo penonton, kalian kan rakyat yang baik…kalau aku habis omong kalian bilang : bayaaar aja….ayo mulai…)

Harga minyak naik,     ( penonton : bayaaar aja…dst )

Elpiji naik,

Daging naik,

Sayur mayur naik,

Tempe naik,

Onde-onde naik,

Gula nak,

Telur naik,

Susu naik,

Terigu naik,

Sabun naik,

Odol naik,

Baju naik,

Sepatu naik,

Minyak rambut naik,

TARIF NDOLLY naiiikkkk……

Lhoooo…………….

Pokoknya kami sampai heran, ortu kalian itu manusia apa mayat hidup ?

Naah, sudah ortu kalian kayak mayat hidup dan penurut kayak kerbau dongok…eeh,kalian anak-anaknya malah sok jadi PEMBERONTAK….

Lit        :

Karena kami tidak mau seperti orang tua kami yang bodoh dan jahiliyah !!!!!

BP 3                : waah,waah…Pak,anak-anak ini ngomongnya sudah keblinger ini pak, sudah bernada kiri !

Ini pasti sudah dihasut oleh LSM-LSM kiri itu pak.

Ini sudah masalah politik,pak !

Ini sudah subversib pak, berarti sudah masalah serius ini pak…

Kita harus lapor ke polisi ini pak….

Mudah-mudahan bisa ditindas lebih kejam dari yang di Makassar itu pak.

KS       : ya setelah ada kasus Makassar polisi jadi ngeper, reeek…

BP 3                : Kata siapa ? Wong polisi itu ya preman kok, bedanya Cuma pakai seragam yang dibeli dari uang rakyat.

KS       : Ya sudah ayo cepat telpon….

KS dan BP 3 nyari telpon

Ketemu Hp-nya, lalu saling nyuruh.

KS       : ini Hp-nya,kamu aja yang nelpon.

BP 3   : Lho ya Pak KS toh, orang Bapak adalah kepala sekolah, yang punya wewenang kok….

KS   : halaaahhhhhh….kamu juga nggak papa toh, soalnya kamu lebih pandai bicara….otakmu lebih kancil.

BP 3    : Bapak aja ah.

KS       : Kamu aja.

BP 3    : Bapak aja.

KS       :  Kamu aja.

BP 3    : Bapak aja.

KS       : Kamu aja.

BP 3    : Bapak.

KS       : Kamu.

BP 3    : Bapak.

KS       : Kamu.

BP 3    : Bapak kamu.

KS   : Bapakku ? Bapakku sudah almarhum jeee…lho ini yok opo sih, kok mbanyol kayak Srimulat aja….tak antemi lho koen…

BP 3                : lho kehidupan kita ini memang panggung komedi pak, apalagi di Republik Silit ini…malah lebih lucu dari Srilmulat lho, makanya Srimulat di THR itu bangkrut pak, kalah lucu dari kehidupan sehari-hari pakk…

KS   : Sudah-sudah….katamu ini masalah gawat, makanya jangan guyon ae…ayo cepat lapor polisi !!!

BP 3    : lha memangnya kenapa kalau bapak KS aja yang lapor ?

KS   : hmmm….aku takut dimintai bayaran eee…soalnya kata orang, kalau lapor polisi kehilangan anjing, kita malah dimintai ongkos sebasar kambing…lho lak rugi reek…

Lha ini bukan soal anjing, ini soal subversi, kita bisa dimintai ongkos berjuta-juta toh ??

Biayanya itu lebih subversif ketimbang subversinya….ya tooh ?

BP 3 : Lhaaaaa,bapak ini….kita ini orang kaya, lembaga kaya….wong kita korupsi gedhe-gedhean kok takut dipalak polisi sejuta dua juta….

KS       : Lhooooooooo….itu rahasia, Dul, jangan diomongkan didepan umum….

BP 3                : halaaah paak, jaman sekarang korupsi itu dilakukan dari presiden sampai tukang cat, jangan takuuut….lembaga komisi pemberantas korupsi aja nggak pernah ngapa-ngapain……malah kerjanya juga korupsi kok.

TIBA-TIBA terdengar suara gemuruh.

Muncul sekelompok gelandangan kumal, membawa poster-poster :

BERI KAMI PENDIDIKAN GRATIS SESUAI PASAL 31 UUD 45

MEGAWATI : PENDIDIKAN GRATIS ITU MENYESATKAN !  DASAR YANG NGOMONG GUOBLOK !

Dsbnya.

Yel-yel minta pendidikan gratis diteriakkan oleh para gelandangan, setelah itu pemimpinnya memberi isyarat agar diam.

Pimp.Gelandangan/PG : Apa benar ini kantor Dinas Pendidikan ?

KS dan BP 3 berpandangan bingung.

KS       : Kamu ini guuuooobbloogghk uhuk-uhuk ( sampai batuk ).

Ini SMU NOL BESAR !

Kantor Dinas Pendidikan itu disana lho, di bawah jembatan sana lho.

PG       : Ooooo…itu tadi…ituuu tutup pak, lha pagere dikunci e pak, digembok pak.

KS       : ya iya, tapi kan ada satpam yang jaga.

PG       : Nggak ada pak,digembok kok pak, …

KS       : Soalnya mereka tahu kalian akan datang berdemo…

PG       : tahu dari mana ? wong kami nggak ngomong apa-apa sama mereka kok…

KS       : Tapi kalian kan lapor polisi kan ?

PG   : Lha iya toh pak…kan peraturannya begitu, kalau mau demo, harus lapor polisi dulu….

KS   : Ya itu, kalian dibujuki polisi…ya polisinya sudah nelpon Kepala Dinas Pendidikan, Ndul.

PG   : Waah busuk sekali kelakuan orang pinter itu ya, ulahnya Cuma minteri rakyat, bukan membangun dan memakmurkan rakyat….

KS   : Lho, baru tahu toh ? Waaah….guuuoooblok, makanya kok dalam pemilu ini kalian pilih lagi partaipartai busuk…dasar rakyat guuuuooobbloookkkkk kelas berrraat !!!!

LIT      : Ini memang negeri busuk, bang.

Presiden busuk, menteri busuk, pejabat tinggi sampai rendah busuk.

Tentara busuk, kyai busuk, pengusaha busuk. Kepala sekolah juga busuk !!!!

KS       : Lho kok malah aku diseret-seret dalam kebusukan toh….

BP 3    : Nggak apa-apa pak, nggak apa-apa….

KS       : Lho kok nggak apa-apa…

BP 3    : Lebih baik busuk tapi duitnya banyak, ketimbang bersih tapi bodhoooooooo…

Musik menggema, disko dangdut.

Semua menari rancak dengan koregrafi yang asyik.

Semua menari dan menyanyi koor :

Suk-suk-suk-busssssssssssssssssssuuuuuuuuuuuuuuuuuuukkk….

Ini negeri busuk

Telurnya busuk-busuk

Tomatnya busuk-busuk

Katesnya busuk-busuk

Mangganya busuk-busuk

Dagingnya busuk-busuk

Rotinya busuk-busuk

Airnya busuk-busuk

Susunya busuk-busuk

Insert LIT menyela :   hanya SUSUMU yang tidak busuk….

Musik lagi, Koor lagi :

Suk-suk-suk bussssssssssssssssuuuuuuuuuuukkkkkkkkk

Presiden busuk-busuk

Menteri busuk-busuk

Dirjennya busuk-busuk

Irjennya busuk-busuk

Stafnya busuk-busuk

Satpamnya Busuk-busuk

Polisi busuk-busuk

Tentara Busuk-busuk

Kyai busuk-busuk

Gurunya busuk-busuk

Pedagang busuk-busuk

Pedaging busuk-busuk

Insert LIT : Hanya rakyat yang tidak busuk.

Koor : KARENA SUDAH  BOOOOSSSOOOKKKK!!!

Tiba-tiba datang rombongan tramtib dengan membawa pentungan, mereka petantang petenteng.

Kepala Tramtib ( Katib ) :

Ada apa ini ? Heh…ada apa ini ? Apaaa iniiii ada-ada…eh…adakah.. iniiii apa-apa… eeeh…. pokoknya kalian ini mengganggu ketertiban….ketertiban apa ketiban yooo ? Ketiban lak kejatuhan….

Wis jangan pringisan…lho kan aku sendiri ya yang pringisan….yaaakkk hush !!!.lhaaaa iniiii ( menunjuk-mengenali-Kelompok Gelandangan )

Ini…musuh besarku ini…kalian ini bisanya Cuma mengganggu kedamaian masyarakat saja too…bikin rusuh,bikin sampah….lha kalian ini sudah sering kuusir, tak garuk, tak giepuki…lha kok masih berani unjuk rasa !

Gak kapok-kapok ya kalian…. ????

LIT maju dan menjendul kepala Katib.

Lit   : Pak, dadi opooooooooooo koen iku, eta-ete…petentengan kayak wong penting aja.

Kamu itu preman bayaran tahu, kalian lebih sampah dari para gelandangan yang kalian anggap sampah itu.

Ya kalian-kalian itu pak yang namanya RAKYAT BUSUK.

Mencari makan kok dengan cara menggebugi sesama rakyat kecil.

Ingat pak,kalian juga orang miskin.

Rumah kalian,rumah petak di pingiran kota toooh,sewanya Cuma Rp 100.000,- sebulan toh ?

Lihat saat ini isteri kalian belum masak nasi toh…anak kalian kelaparan,tidak bisa sekolah, semua karena pemerasan yang dilakukan para pemimpin busuk, para elit tulalit.

Tapi kalian malah menjadi kaki tangan orang-orang busuk itu, dan malah memukuli sesama rakyat kecil yang tertindas. Kalian itu laksana ANJING, tahu !

Kok tega kalian memukuli sesama rakyat, merobohkan rumah-rumah gubug rakyat, apa kalian nggak bisa membayangkan kalau itu menimpa rumah dan keluarga kalian sendiri ?

Tiba-tiba Katib terharu dan menangis.

Anak buahnya ikut menangis.

Terdengar tangisan bersahut-sahutan.

Ada yang hoaaaaaaaaaa…..huuuuuu….haaaaaaaaaoooo…. dsbnya ramai sekali. Memang tangisan mereka harus berefek lucu tapi serius.

Lit        : He , he, he….sudah,sudah, berhenti menangis !

Tangisan tidak menyelesaikan masalah !

Para pemimpin busuk sudah kebal, tidak akan jatuh kasihan hanya dengan air mata dan darah rakyat.

Rakyat sendiri sih yang memang bodoh.

Pemilu itu kan sarana yang demokratis dan merupakan kesempatan untuk memilih pemimpin yang baik dan menendang pemimpin yang busuk.

Eee lha kok rakyat malah memenangkan partai-partai busuk, dan menelantarkan partai-partai yang ingin menyelamatkan rakyat.

Itu semua karena rakyat bodoh ! Bodoh terus karena tidak pernah dididik ! Karena sekolah bayarnya mahal ! Padahal seharusnya gratis !!!!

Coba baca UUD 45 !

( tiba-tiba semua mengeluarkan buku UUD 45 dari sakunya—ya sudah dipersiapkan toooh… )

Lit        : Ayo semua membaca Pasal 31….

Semua koor membaca :

1. Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan.

2. Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerntah wajib membiayainya.

3. Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta ahlak mulia dalam rangka mencerdasakan kehidupan bangsa…

4. Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20 % dari APBN dan APBD.

KS       : Lho,lho,lho…berarti selama ini pemerintah sendiri melanggar undang-undang ?

Koor   : Wis suwe rek, kok gek ngerti…

KS       : Lho. Berarti aku bodho yo kok gek ngerti ?

Siswa-siswa : Lho wis suwe Pak…

Kami sampek muak kok….Bapak aja yang kayak badak…..

KS   : Oooo jadi aku ini badak yooo….wis rek, gini aja, aku sekarang sadar, tobat, pokoknya seperti drama-drama itu lho, orang yang salah akhirnya tobat, sadar….minta maaf…dan sekarang saya putuskan kalian semua boleh sekolah gratis, anak-anak !

Lit        : Serius tah ?

KS       : Lho serius ,anak-anak….aku ini Kepala sekolah lho, berkuasa memutuskan…

Koor siswa : Horeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeee…………………Hidup Pak Kepsek….

BP 3    : Lho Pak! Kok gratis sih…lha kita makan apa ?

Siswa-siswa koor : Taek iku panganen !

KS marah kepada BP 3.

KS   : Memang kamu ini kok yang bikin masalah. Kamu ini lembaga ekstra ! Tidak resmi,tidak formal,kamu ini calo! Rente !

Siswa-siswa emosi : Ayo basmi ! Basmi ! Tunjeki ae !

Para gepeng terpengaruh : Betul, basmi ! Bakar !

Semua mengeroyok BP 3 dan memassa sampai hancur berdarah-darah, bajunya sobek parah.

Lit        : Sabar, sabar…jangan main hakim sendiri,teman-teman….

Tramtib : Gak isok…gak isok…ini dia biangnya sehingga rakyat kecil tidak bisa menikmati pendidikan ! Ayo bakar !

( semua membakar BP 3 dengan trik diganti boneka,sosok BP 3 dibakar ).

Api menjilat-jilat ke atas.

Semua menari kesurupan diiringi musik disko seram….suara mereka fals mirip hantu haus darah….

Lirik :

Kami rakyat bisa seperti zombie

Sabar dan sabar

Meski kalian sakiti

Dan terus kalian sakiti

Namun jika kesabaran habis

Kamipun berubah total

Seperti raksasa Tiwikrama

Kami bisa marah tak terkendali

Jangan salahkan rakyat yang marah

Karena marahnya akibat ditindas

Berjuta-juta kali

Kalau rakyat sudah mengamok

Yang ada adalah   REVOLUSI !

REVOLUSI !

REVOLUSI !

REVOLUSI !!!!!!!!!

Musik berhenti.

Rakyat teriak-teriak tak terkendali.

Lit        : Kita berRevolusi, tapi jangan anarki !

Tramtib : Yooo gak isoookkk….revolusi berarti cabut sampai akar-akarnya ! Ayoooo serbuuu !!!!

Semua massa menyerbu kota.

Lit meraung-raung menenangkan massa.

Massa tak perduli, bahkan ada yang memukuli dan menjongkrokkan Lit ke tanah.

Massa sudah kesetanan.

Mereka melempari kota. ( puluhan onde-onde berbungkus plastik dilemparkan ke arah penonton )

Mereka membakari kota.

( Setting gedung-gedung dari kertas dibakar massa ).

Lampu dimainkan menambah efek kebakaran kota.

Terdengar sirine meraung-raung.

Muncul petugas pemadam kebakaran menyemprotkan selang air kemana-mana tapi malah lebih banyak ke arah penonton, bukan ke arah gedung yang terbakar.

Para gepeng dihasut tramtib untuk memassa petugas kebakaran. Para petugas pemadam kebakaran malah digebuki dan dibunuh.

Lit        : Berhenti ! Berhenti ! Pakai akal sehat !

Jangan menuruti hawa nafsu !

Tapi perang terus berlangsung.

Maka datang rombongan polisi menembakkan bedil ke udara.

Semua terpengaruh, kerusuhan mereda.

Komandan polisi : Hentikan ! Hentikan !

Menyerahlah kalian !

Kalau tidak, akan kami tembak di tempat !

Semua angkat tangan.

Seorang polisi teler, malah menembak salah seorang : Dor !

Ternyata yang terkena KS, KS roboh, semua terkejut dan meradang.

Komandan marah dan membentak polisi teler.

Kopol : He…kamu ini menyalahi prosedur…waah, bisa dicopot aku nanti….diaamput kamu ini Dul !

Dul       : Sorry Pak !

Kopol : Enak aja sorry,sorry, ingat kasus Makassar….waaah aku dipecat nanti Dul gara-gara kamu.

Dul       : Sorrrrrrrrrrrrrrrrryyyyyyyyyyyyyyyyyyyy….pak.

Lit        : He, ini soal nyawa, jangan main-main !

Dul       : alaaaaaaa di Negeri Jombrot ini, nyawa sangat murah kok !

Lit        : Pernyataan  bapak  SANGAT MENYAKITKAN ! SANGAT MENYESATKAN !

Dul       : Lhoooooooooo…ada faktanya lho, Nyongg !

Karena pemerintah menelantarkan rakyat, lalu rakyat yang putus asa bunuh diri, setahun ada sekitar 30 orang…lhooooooo aku polisi kok ya taaaaaaaaaaahuuu

Lalu yang nekad menjadi copet, maling, garong, rampok, mereka sudah membunuh korban sekitar 170 orang setahun…lhooooooo aku polisi kok ya taaaaaaaahuuu

Lalu para garong yang digerebeg polisi lalu lari dan ditembak, jumlah yang mati sekitar 200 orang setahun…lhooo….aku polisi kok ya taaaaaaaaaaahuuuu

Menurut data CDC dan AGI, 2 juta nyawa bayi di Republik Jombrot ini  dibunuh per tahun di meja aborsi

Data yang dikutip koran MERDEKA baru-baru ini, setiap jam ada 2 ibu meninggal karena melahirkan lantaran kemiskinan dan buruknya fasilitas di Republik Gombal ini

Lalu data ELSAM mencatat 65 buruh TKI mati setiap tahun di Singapura, karena negeri ini nggak bisa ngasih makan, karena duit negara sudah digarong para pemimpin

Data dari Depkes RI mencatat 35 orang mati per tahun karena HIV AIDS

Waaaah….dataku lengkap nyong !

Belum lagi yang mati karena berbagai macam penyakit, kecelakaan lalu lintas, kapal laut dan udara, belum yang mati-mati karena 1001 macam bencana alam yang terjadi tiap hari karena alam lingkungan dirusak….wooooooo nggak karu-karuan jumlah orang mati di Negeri Gombal Mukiyo ini…Tapi kok ya jumlah penduduk tetap berjubeeeeel aja…Makanya aku tinggal melanjutkan upaya PENCIUTAN PENDUDUK hehehehe

Itu semua demi keseimbangan rasio kepadatan…hahahaha

Komandan Polisi : Sok tahu kamu Dul, daripada sok pinter dan lebih pinter dari aku, mendingan kamu tak tembak aja duluan !

Dor ! Polisi Dul mati.

Lit        : Ini apa-apaan ? Apa  tidak  ada  hukum di negeri ini ? Kok main bunuh semaunya ????

Komandan Polisi : hahahaha….hukum ? hukum di Republik Jombrot ini hanya berupa tulisan di buku-buku dan pidato para pejabat di televisi….pelaksanaannya Nol Besaaar !!!

Dor ! Komandan yang setres menembak satu gepeng.

Lit        : Tunggu ! Anda polisi!anda penegak hukum, jangan justru malah menghancurkan hukum !

Kom-pol : He ! Kamu tidak tahu atau pura-pura bodoh ? Pelanggar hukum di Republik ini justru polisi, presiden dan para pejabat !

Coba kamu baca lagi kitab UUD 45 ! Berapa pasal yang dilanggar mereka ?

Dor ! Satu siswa mati.

Lit          : Waaah…kalau begini caranya ya sudah, ayo perang…perang adalah satu-satunya pilihan karena terpaksa….hanya satu kata : Lawaaaan !!!!!!

Siswa sok pinter : Itu puisinya Wiji Thukul ya Lit ?

Siswa dan gepeng : Waaah, taek koen iki, sudah perang aja….serbuuuuu !!!!!!!!

Perang ramai.

Semua saling bunuh. Polisi lawan massa.

Semua mati, tinggal Lit yang hidup meski luka parah.

Dengan tertatih-tatih menahan luka, Lit menggugat negeri Gombal ini dengan puisi protes :

Dipimpin para pemimpin pengkhianat

Minyak berkhianat kepada rakyat

Air berkhianat kepada rakyat

Hutan berkhianat kepada rakyat

Gunung berkhianat kepada rakyat

Beras berkhianat kepada rakyat

Gula berkhianat kepada rakyat

Udara berkhianat kepada rakyat

Transportasi berkhianat kepada rakyat

Telekomunikasi berkhianat kepada rakyat

Rumah berkhianat kepada rakyat

Listrik berkhianat kepada rakyat

Batu berkhianat kepada rakyat

Pupuk berkhianat kepada rakyat

Sayur mayur berkhianat kepada rakyat

Buah-buahan berkhianat kepada rakyat

Daging Berkhianat kepada rakyat

Roti Berkhianat kepada rakyat

Sekolah berkhianat kepada rakyat

Buku-buku berkhianat kepada rakyat

Guru-guru mata duitan berkhianat kepada rakyat

Ulama-ulama gila hormat berkhianat kepada rakyat

Hakim-hakim bajingan berkhianat kepada rakyat

Polisi-polisi pemeras berkhianat kepada rakyat

Politisi-politisi badak berkhianat kepada rakyat

Cendekiawan-cendekiawan gila jabatan berkhianat kepada rakyat

Rakyat yang bodoh berkhianat kepada KEHORMATANNYA SENDIRI !

Lit berjalan terseok-seok menuju penonton

Sorot lampu mengiringi

Baunya menyebar harum

Lalu hilang di kerumunan penonton / lampu kian kabur

( Musik prihatin mendenging ngilu )

SELESAI

Penonton boleh tepuk tangan

1. aku vs ayahku

2. WEK WEK

3. tempat istirahat

4. takkan sampai disini

5. nimok, aku cinta kamu

6. srikandi edian

7. LIT

8. hitam putih

9. badai sepanjang malam

10. tumbang

11. berkumpul di hari ibu

12. SITI NURBAYA

13. lakon lawan catur

14. shymphoni anak jalanan

15. lakon wanita yang diselamatkan

16. mereka telah membakar meunasah kita

17. rumah di tubir jurang

18. sakit aneh sang baginda

19. tralala trilili

20. malin kundang new version

aku VS ayahku

Posted: April 30, 2010 in drama, naskah drama, Uncategorized



Budi Ros

PEMBUKA

GONG DUA BERBUNYI.

PARA PEMAIN MUNCUL DARI PINTU MASUK AUDITORIUM, MENUJU PANGGUNG. SEMUA MENYAPA PENONTON DENGAN RAMAH : “ SELAMAT MALAM SEMUA, SELAMAT DATANG … APA KABAR ?. ”

SESAMPAI DI PANGGUNG, PARA PEMAIN MENATA SET DAN PERALATAN LAINNYA. BAGUS, PEMIMPIN MEREKA, MEMBERI KOMANDO BAGAIMANA SET DAN PERALATAN HARUS DI TATA.

KEMUDIAN DARI SALAH SATU SISI PANGGUNG MUNCUL MENEJER PANGGUNG, YANG MEMBERI TAHU BAHWA KOMANDO BAGUS TERNYATA SALAH. SET DAN SEMUA PERALATAN KEMUDIAN DI TATA ULANG SEPERTI PETUNJUK MENEJER PANGGUNG.

SEMUA PEMAIN TURUT AKTIF MENYIAPKAN  PERALATAN.

MENEJER PANGGUNG DIBANTU BAGUS SESEKALI MENGECEK APAKAH SEMUA PERALATAN DITEMPATKAN PADA TEMPATNYA ATAU TIDAK.

MEREKA  MEMERIKSA DARI BEBERAPA SUDUT, KEMUDIAN BEBERAPA KALI MELIHAT ARLOJINYA, DAN KETIKA MENYADARI SUDAH WAKTUNYA PERTUNJUKAN DIMULAI, MENEJER PANGGUNG BERTANYA PADA PARA PEMAIN

MENEJER PANGGUNG :

Bagaimana, sudah siap ?

PARA PEMAIN :

Belummm …

MENEJER PANGGUNG :

Oke, cepat sedikit kalau begitu.

LALU MENEJER PANGGUNG BERUNDING DENGAN BAGUS. KEMUDIAN MEREKA SEPAKAT, BAGUS MEMULAI PERTUNJUKAN SEMENTARA PANGGUNG DISIAPKAN.

MENEJER PANGGUNG TURUN TANGAN LANGSUNG MEMBANTU PERSIAPAN, IKUT MENGANGKAT SET DAN PERALATAN, BAGUS MEMULAI PERTUNJUKAN.

BAGUS : ( BICARA PADA PENONTON )

Ternyata repot sekali membuat pementasan teater. Tapi jangan kuatir, apa pun yang terjadi pertunjukan akan tetap jalan. Selesai tidak selesai panggung ini ditata, kami akan tetap main. Sebab kami berlatih sudah sangat lama, sekitar 6 bulan. Kami sudah banyak kehilangan waktu, tenaga, dan tentu saja biaya. Sia-sia sekali kalau kami tidak jadi main gara-gara panggung belum beres. Kami pun merasa berdosa pada Anda semua. Jadi jangan kuatir, kami pasti main.

Malam ini kami akan membawakan lakon berjudul MARNI versus Ayah,  lakon yang sederhana tapi seru. Seru di sini bukan saja ramai, tapi punya arti lain, yaitu Sedikit Ruwet. Ini lakon tentang pertentangan anak muda dan orang tua, pertentangan pop dan klasik, tradisi dan modern. Pertentangan yang sebetulnya tidak perlu ada. Tapi begitulah, nyatanya pertentangan semacam ini selalu ada, dari waktu ke waktu. Dan gara-gara pertentangan ini, kita semua sering kehabisan waktu. Cinta, kata orang bisa menjadi jawaban semua masalah. Tapi dalam kasus ini, cinta mengakibatkan banyak masalah.

Lihat, apa yang terjadi dengan Marni, tokoh utama lakon ini. Marni !

MARNI : ( MENDEKAT )

Ya …

BAGUS :

Lho, kok cengegesan ? Kamu kan ceritanya lagi patah hati.

MARNI :

Kan belum mulai ?

BAGUS :

Oh, ya. Tapi ini sudah waktunya mulai. Siap dong, aktris harus siap sebelum mulai.

MARNI :

Tapi panggungnya juga belum siap.

BAGUS :

Lho, belum siap juga ? Ya ampun, lama betul. He, menejer panggung, masih lama ?

MENEJER PANGGUNG :

Sebentar lagi. Ngomong aja dulu.

BAGUS :

Eee .. sudah berbusa begini. Bisa keburu pulang nanti penontonnya.

MARNI :

Ya … jangan dong. Para penonton, mohon jangan pulang dulu ya ? Betul, ya ? Kan belum nonton Marni akting. Nanti ada door prize-nya lho.

BAGUS :

Ngawur. Door prize, memangnya infotainment. Sudah, sudah, sana  siap-siap.

( MARNI PERGI )

Maaf. Itu tadi pemeran Marni. Dia ceritanya patah hati melulu. Karena setiap kali Marni jatuh cinta, atau ada pemuda jatuh cinta padanya, babenya selalu melarang. Dan anehnya, sang babe selalu punya alasan yang sama: aku sayang sama kamu NAK, jadi aku harus menjagamu. Gile, memangnya cinta itu kejahatan. Atau jangan-jangan babe si Marni ngidam jadi sekuriti.

MARJUKI :

He, ngomongin gue lu ? Sompret kamu. Berani-beraninya.

BAGUS :

Siapa ngomongin ? Ini perkenalan tokoh, namanya.

MARJUKI :

Pakai diperkenalkan segala. Memangnya saya tidak bisa memperkenalkan sendiri tokoh yang saya mainkan ?

BAGUS :

Bisa, bisa. Justru  ini untuk membantu situ. Supaya penonton  lebih jelas, Marjuki itu tokoh macam apa. Soalnya akting situ pas-pasan.

MARJUKI :

Sembarangan !  Saya aktor. Main saya dijamin bagus. Dalam lakon ini Marjuki pun tokoh penting, jelas karakternya. Tidak perlu diperkenalkan.

BAGUS :

Tetap perlu diperkenalkan, kawan. Jangan kata Marjuki, capres juga perlu perkenalan, perlu kampanye. Kalau tidak, nggak akan dapat dukungan publik. Malah ada capres yang  bikin buku dulu sebelum mencalonkan diri. Mereka membangun imej yang hebat-hebat tentang dirinya. Padahal, begitu jadi presiden, sami mawon.

MARJUKI :

Sudah jangan ngelantur.

BAGUS :

Saya bukan ngelantur, saya bicara fakta. Eh, tahu tidak bedanya capres dengan aktor ?

MARJUKI :

Tahu. Mereka harus sama-sama jago akting.

BAGUS :

Pinter. Sekarang bedanya aktor dengan Presiden ?

MARJUKI :

Aktor menjalankan amanat lakon. Presiden menjalankan amanat rakyat.

BAGUS :

Betul. Terus ? Kenyataannya,  presiden menjalankan amanat rakyat tidak ?

MARJUKI :

Itu pertanyaan saya juga. Sudah ah, kamu ngelantur lagi.

BAGUS :

Ini juga bagian dari amanat. Kita semua masing-masing punya tugas, misi atau amanat. Marjuki, dalam lakon ini punya tugas sebagai tokoh antagonis atau si jahat. Dalam kehidupan nyata, orang tua seperti Marjuki, tidak boleh begitu. Orang tua harus ngemong anak. Harus mengerti kemauan anak. Bukan main larang. Apalagi dalam urusan cinta.

BAGUS : ( MENYANYI )

CINTA ADALAH ANUGERAH ALAM

ANUGERAH SANG PENCIPTA

JANGAN COBA DIKEKANG

APALAGI DILARANG

BIARKAN CINTA TUMBUH

MENGIKUTI ATURAN ALAM

BIARKAN ANAK MERDEKA

MEMILIH JALAN

( PARA PEMAIN SUDAH SELESAI MENATA PANGGUNG KEMUDIAN IKUT MENYANYI )

TAPI PARA ORANG TUA

SELALU PUNYA SENJATA

DAN KAMI TERKAPAR TAK BERDAYA

“ JANGAN INI JANGAN ITU ”, KATA MEREKA SELALU

( SEMUA PEMAIN UNDUR DIRI, KECUALI MARNI DAN AYAHNYA )

LAMPU BERUBAH

ADEGAN SATU

BERANDA DEPAN RUMAH MARJUKI. SIANG.

SETELAH MENGGAMBARI SELURUH TEMBOK RUMAH, MARNI MENGGAMBARI LANTAI. ITULAH UNGKAPAN PROTES MARNI KEPADA SANG AYAH, SEBAB SELALU DILARANG PACARAN.

SEBELUMNYA, MARNI PROTES DENGAN CARA MOGOK BICARA SEMINGGU. SEBELUMNYA LAGI, IA MOGOK MAKAN DAN TIDAK KELUAR KAMAR 3 HARI TIGA MALAM.

MARJUKI BARU DATANG DARI KELURAHAN, KAGET MELIHAT AKSI MARNI.

MARJUKI :

Ya, ampun. Protes  model  apa  lagi ini Marni ? Masa, seluruh rumah digambari begini ? Aduh … aduuhh … gambar apa pula ini ? ( MEMANDANG LEBIH SEKSAMA ) Ya ampun, Marni .. Marni … saya pikir protes kamu sudah cukup. Tujuh hari mogok bicara, 3 hari 3 malam mogok makan dan tidak keluar kamar, eh masih ada lagi. Seluruh rumah digambari begini. Lukisan abstrak lagi. Soal protes dengan cara yang lain-lain itu, okelah. Ayah  bisa terima. Tapi lukisan abstrak ini, saya keberatan. Melukis itu ada aturannya. Pertama orang harus melukis realisme, surealisme, kemudian yang lain-lainnya, baru abstrak.

MARNI :

Itu kuno.

MARJUKI :

Apa salahnya kuno kalau  baik ?

MARNI :

Apa salahnya modern kalau juga baik ?

MARJUKI :

Sudahlah Marni, jangan ajak ayah berdebat. Capek.

MARNI :

Marni juga capek, makanya kemaren seminggu diam.

MARJUKI :

Marni, sekali lagi ayah tegaskan. Ayah tidak melarang kamu pacaran. Ayah hanya tidak setuju dengan caramu. Kamu pacaran tidak kenal waktu. Pagi, siang, sore, malam. Itu satu. Kedua, ayah ingin kamu benar-benar memilih pemuda yang cocok.

MARNI :

Itu sama saja dengan melarang.

MARJUKI :

Lain, Marni. Beda.

MARNI :

Sama !

MARJUKI :

Mmm  … berdebat lagi.

MARNI :

Dulu, ayah melarang Marni dekat sama Ongky. “ Jangan yang beda agama ” kata ayah. Lalu Marni dekat sama Taufik, ayah juga melarang. “ Jangan dengan anak pejabat. Miskin tidak pantas, kaya disangka KKN ” begitu.

Sekarang, Marni dekat sama Anto, jelas dia anak baik,  se-iman, bukan anak pejabat. Apa lagi ? Apa ayah  tidak ada kata lain selain “ jangan ” ?

MARJUKI :

Siapa rela punya anak pacaran sama pengangguran ?

MARNI :

Siapa bilang dia pengangguran ? Dia sekolah ayah.

MARJUKI :

Kalau sekolah ngapain  tiap pagi mondar-mandir naik motor ?

MARNI :

Pagi dia  ngojek.

MARJUKI :

Kapan sekolahnya ?

MARNI :

Anto Masuk siang.

MARJUKI :

Kalau sekolah siang kenapa malam-malam sering datang ke sini ? Habis sekolah mustinya pulang ke rumah, bukan main ke sini.

MARNI :

Malam dia narik angkot ayah. Kalau lagi sepi, atau angkotnya dibawa orang lain baru main. Kan tidak tiap malam Anto ke sini ?

MARJUKI :

O, supir tembak ? Ampun Marni, apa yang bisa diharap dari tukang ojek dan sopir tembak ?

MARNI :

Jangan kuatir. Dia punya cita-cita tinggi, punya platform !

MARJUKI :

Syarat yang diperlukan sebagai calon suami adalah hidup mapan, punya pekerjaan tetap, penghasilan cukup, dan sayang sama kamu.

MARNI :

Itu pendapat kuno.

MARJUKI :

Biar kuno kalau baik apa salahnya ?

MARNI :

Biar modern kalau baik juga apa salahnya ?

MARJUKI :

Jangan mengajak berdebat Marni. Capek !

MARNI :

Saya juga capek dan tidak ada waktu. Masih banyak yang harus Marni kerjakan. Seluruh rumah harus saya lukis. Tapi catnya kurang. Permisi dulu. Saya mau beli cat.  ( PERGI )

MARJUKI :

Duh, aduh …                ( MENYANYI )

Ampun … ampun …

Sungguh-sungguh minta ampun

Punya anak gadis puber semata wayang

Repotnya bukan kepalang

Mau diKASIH keBebasan

Takut jadi salah jalan

Tapi kalau dilarang

Bikin gegeran siang malam

Ampun, ampun …!

LAMPU BERUBAH

ADEGAN DUA

AULA SEBUAH SMU. SIANG.

PARA SISWI / SISWA SEDANG ESKUL MENARI. MEREKA BERGERAK TANPA PENGHAYATAN. IBU WIWIK  MEMBERI PENGARAHAN.

IBU WIWIK :

Coba perhatikan semua. Irna, Audi, Lala, semua tenang dulu sebentar.

( SETELAH SEMUA TENANG )

Perhatikan ya. Menari itu bukan asal bergerak. Tapi bergeraklah dengan perasaan, dengan emosi atau greget. Tanpa dibarengi perasaan, tarian kalian tidak akan menarik. Hambar, kosong. Seperti robot ! Dan penonton akan cepat bosan, lalu pulang. Menyedihkan. Tontonan yang ditinggalkan penonton sebelum waktunya adalah tontonan yang sangat menyedihkan.

Sekarang coba lagi dari awal. Coba pakai musik. Ibu mau ke toilet. Irna, pimpin teman-teman, ya. ( PERGI )

IRNA :

Baik, bu. Yuk, teman-teman. Langsung ya ?

LALA :

Istirahat dulu dong.

AUDI :

Heeh, BT nih.

YANG LAIN :

Ya. Pegel juga ya ?

AUDI :

Neyesel juga milih tari tradisi. Mana gerakannya lambaaattt … jawa banget deh !

YANG LAIN :

Ember …

IRNA :

Siapa yang dulu ngotot milih tari tradisi ?

AUDI :

Eh, bukan gue lagi. Keputusan bersama kan ?

LALA :

Ya. Tapi provokatornya kamu. Lala bilang modern dance aja. eh, kamu ngotot.

AUDI :

Gara-gara ibuku juga sih. Tradisi, tradisi aja, supaya kamu kenal tradisi. Tahunya pegeeelll. Gerakannya lambaaatttt … pantes  Marni nggak mau ikut.

( MARNI MENDADAK MUNCUL )

MARNI :

Heh, latihan yang bener. Jangan mengeluh.

SEMUA :

Eh, nongol dia.

LALA :

Heh, katanya masih mogok sekolah. Kok nongol ?

MARNI :

Aku cuma mampir, habis beli cat.

AUDI :

Mau  ngecat rumah ? Wah, mau hajatan rupanya ? Orang tua Anto mau melamar ?

MARNI :

Gila ! Tapi betul teman-teman, aku punya hajatan. Kalian harus datang, ya ?

IRNA :

Acara apa dong, yang jelas ?

MARNI :

Datang saja, pokoknya seru. Ini acara kejutan, jadi sengaja tidak pakai penjelasan. Datang dan bawa makanan apa saja, kueh kek, rujak kek. Apa saja, soalnya aku nggak sempat masak. Kabarkan ke yang lain ya ?  Dah .. ( PERGI )

AUDI :

Acara apa sih ?

SEMUA :

Mana tahu.

LAMPU BERUBAH

ADEGAN TIGA

DI SEBUAH TEMPAT. MALAM.

ANTO SENDIRIAN, HATINYA GUNDAH.

ANTO : ( MENYANYI )

… DUDUDUDU … DUDU .. DUDUDU .. DU …

HUHU .. HUHU . HUHU … YEHE .. HEHE ……

SIAPA BILANG CINTA INDAH UNTUK DIKENANG

DUDUDU … DUDU .. DUDU .. DUDU …

YEYEYEYEY … YEY .. YEY .. YEYE ….

( CEPI, DATANG DIAM-DIAM. NIMBRUNG NYANYI )

UNTUK DIKENANG SIAPA BILANG CINTA INDAH

CINTA INDAH SIAPA BILANG UNTUK DIKENANG

DIKENANG  UNTUK SIAPA CINTA INDAH BILANG

CEPI : ( MENYANYI )

SIAPA SANGKA, CINTA MARNI BIKIN PATAH HATI

SIAPA SANGKA, CINTA MARNI DILARANG PAK MARJUKI

ANTO :

Setan kamu !

CEPI :

Tenang kawan, tenang. Harap tenang. Semua aman terkendali, karena ada Cepi. Kamu ingat kan ? Bayu, Agus, Edo, Tyas, Audi, Lala, Irna, semua pernah punya masalah dalam urusan cinta. Tapi begitu Cepi datang, semua masalah selesai. Jadi harap sabar, tenang.

ANTO :

Memang siapa yang ribut ?

CEPI :

Sekarang aku sedang berpikir, bagaimana supaya ayah Marni bisa menerima kamu. Tapi sebelumnya dengar kataku. Ini penting dan perlu diketahui semua orang. Ini ilmu kuno, tapi manjur. Sayang orang sering melupakan.

Begini, dalam hidup ini ada dua hal yang harus diingat: sukses atau gagal. Menang atau kalah. Untung atau buntung. Senang atau sedih. Bahagia atau sengsara. Dalam urusan cinta, juga hanya ada dua kemungkinan: diterima atau ditolak. Jadi tenanglah.

ANTO :

Memang siapa yang ribut ?

CEPI :

Kalau cinta diterima, kita memang bahagia. Tapi sebetulnya ada sejuta resiko menunggu. Kamu harus apel setiap malam Minggu, harus datang tepat waktu, harus berpikir baju dan parfum apa yang pantas dipakai, punya uang saku, dan hadiah apa yang pantas diberikan pada saat si dia merayakan ulang tahun.

ANTO :

Memang siapa yang bikin aturan begitu ?

CEPI :

Itu baru tahap-tahap awal. Tahap berikutnya, lebih repot. Kamu harus datang silaturahmi pada kakek-neneknya, pada para om dan tentenya waktu mereka hajatan, harus datang waktu sepupu-sepupu dia kawin, atau ultah dan semacamnya.

ANTO :

Siapa yang bikin aturan begitu ?

CEPI :

Pada tahap yang paling serius, waktu kamu sudah nikah dengan dia misalnya, kamu akan dibilang orang paling sombong dalam keluarga mereka, hanya gara-gara  tidak datang waktu mereka bikin acara arisan keluarga. Bayangkan, arisan keluarga, acara paling membosankan di dunia  pun kamu harus datang. Itulah resiko kalau cinta kita diterima seorang gadis. Jadi ditolak, sebetulnya lebih bagus.

( ANTO TERTAWA )

CEPI :

Kenapa tertawa ?

ANTO :

Kamu penyitir yang hebat.

CEPI :

Maksudnya ?

ANTO :

Kamu menyitir buku “ Enaknya Hidup Membujang ” kan ?

CEPI :

Kok tahu ?

ANTO :

Yang nulis buku itu pamanku. Aku sudah baca sebelum buku itu dicetak. Aku pikir cuma aku yang hafal luar kepala, ternyata kamu lebih hafal lagi. Kapan kamu baca buku itu, tadi siang ya ?

CEPI :

Bukan. Tadi sebelum ke sini.

ANTO :

Pantes, hafal sampai titik komanya.

Tapi maaf Cepi, aku tidak sepakat dengan buku itu. Ogah aku jomblo seumur hidup. Aku  betul-betul  sayang  sama  Marni,  dan  ingin  suatu  saat  hidup bersamanya. Bisa tidak  bisa, harus  bisa. Apa  pun  rintangan  yang  menghadang,  akan  kuterjang. ( PERGI )

CEPI :

Anto, tunggu. Anto ! Busyet, Romeo sekali.

( MENYUSUL ANTO )

LAMPU BERUBAH

ADEGAN EMPAT

RUMAH MARJUKI. SIANG

IRNA, AUDI, LALA DAN BEBERAPA TEMAN MARNI DATANG.

MEREKA SEMUA LANGSUNG MENGAGUMI LUKISAN MARNI.

MARJUKI MENEMUI MEREKA, MARNI TIDAK DI RUMAH.

MARJUKI :

Silahkan, silahkan masuk semua.

SEMUA :

Terimakasih …

AUDI :

Marni pergi jam berapa, om ?

MARJUKI :

Sekitar jam 8 mungkin. Buru-buru rupanya, malah tidak pamit. Kapan Marni menyampaikan undangan dan bilang ada hajatan ?

AUDI :

Kemarin. Marni mampir ke sekolah.

IRNA :

Marni bilang, acara kejutan. Jadi tidak pakai penjelasan acaranya apa.

LALA :

Ya. Keliatannya kemaren dia buru-buru sekali. Habis beli cat dan banyak pekerjaan di rumah. Dia juga pesan supaya kami bawa makanan. Marni tidak akan sempat masak katanya. Ini om, kami bawa jajan pasar.

MARJUKI :

O, begitu ya ?  Ya .. ya.. Terimakasih .. terimakasih. Mungkin yang Marni maksud acara kejutan ya ini, lukisan-lukisan yang memenuhi rumah ini. Sebab setahu saya tidak ada kejutan lain.  Kami pun tidak punya hajatan apa-apa. Jadi silahkan menikmati lukisan-lukisan ini.

( SEMUA LANGSUNG MENGAGUMI LUKISAN MARNI )

AUDI :

Ini semua Marni yang melukis om ?

MARJUKI :

Ya, Marni semua.

IRNA :

Luar biasa. Sangat berbakat.

LALA :

Fantastis !

IRNA :

Di mana Marni belajar melukis om ? Setahu saya, di sekolah Marni tidak pernah belajar.

MARJUKI :

Saya juga kurang tahu. Sejak kanak-kanak Marni lebih tertarik menari atau menyanyi.

AUDI :

Apa ini yang dikerjakan Marni selama seminggu lebih tidak masuk sekolah ?

MARJUKI :

Marni mengerjakan ini hanya sehari semalam.

SEMUA :

Oh … luar biasa.

IRNA :

Sangat luar biasa ! ( BEBERAPA SAAT DIAM )

Om, ada apa sebetulnya dengan Marni ?

LALA :

Apa dia sedang jatuh cinta  dan …

AUDI :

.. .dan om melarangnya ?

MARJUKI :

Saya tidak pernah melarang. Saya hanya meminta Marni memilih pemuda yang tepat dan jangan pacaran sembarang waktu. Jangan sampai pacaran mengganggu jam belajar. Itu kan tuntutan umum setiap orang tua ?

IRNA :

Mungkin cara om meminta pada Marni terlalu keras, dan …

LALA :

.. dan Marni terluka hatinya.

IRNA :

Ya, terluka hatinya. Lihat om, lihat semua lukisan itu. Saya bisa menangkap, luka hati yang sangat, sangat  …

AUDI :

… sangat dalam ….

IRNA :

Maaf om, sebagai orang tua om tentu lebih tahu bagaimana menyayangi anak.

Tapi sebagai anak, kami-kamilah yang lebih tahu apa yang kami butuhkan dari orang tua. ( PADA AUDI ) Bukan begitu ?

MARJUKI :

Mungkin begitu …

AUDI :

Lihat om, lihat lukisan yang sebelah sini.

MARJUKI :

Ya, saya lihat.

AUDI :

Om lihat warna putih yang menggumpal seperti awan ?

MARJUKI :

Ya.

AUDI :

Apa yang om rasakan waktu melihat gumpalan warna putih itu ?

MARJUKI : ( BINGUNG )

Ee … e ..

AUDI :

Saya merasakan hati pelukisnya yang tengah kosong, hilang harapan, hampa.

LALA :

Mungkin, waktu Marni melukis itu, darahnya tengah berhenti mengalir, karena kepedihan yang sangat.

IRNA :

Bisa jadi hati Marni serasa terbang ke awan, sebab bumi tempatnya berpijak tidak memberi harapan apa-apa.

AUDI :

Om lihat, warna hitam di lantai sebelah sini ?

MARJUKI :

Yang mirip gua karang bolong ?

AUDI :

Ya. Apa yang timbul dalam imajinasi om memandang lukisan ini ?

MARJUKI : ( BINGUNG )

Ya ..  ada semacam ..

IRNA :

Saya merasakan masa depan yang suram, gelap ..

LALA :

Seperti masuk  sumur tanpa dasar.

AUDI :

Persis !

IRNA :

Mungkin sebaiknya om bicara dengan Marni, tanyakan apa yang terjadi. Semua lukisan ini adalah isyarat yang sangat jelas, hati Marni sedang kacau. Mungkin ada keinginan terpendam yang tidak kesampaian. Kalau saya jadi om, saya akan kabulkan apa pun keinginan Marni.

LALA :

Ya, om harus bicara dan mengabulkan keinginannya.

IRNA & AUDI :

Harus.

MARJUKI : ( RAGU-RAGU )

Ya, ya, soal bicara dengan Marni saya rasa itu usulan yang baik. Dan saya sudah sering mencoba. Tapi kalau soal mengabulkan keinginan Marni, harus saya timbang-timbang dulu. Dan, maaf ya, anu, saya ada rapat RT di kelurahan. Saya sudah terlambat. Saya kan ketua RT paling senior di kampung ini, jadi malu kalau terlambat. Apa kalian mau menunggu Marni pulang, atau bagaimana ?

AUDI : ( BINGUNG )

Mungkin …

IRNA : ( BINGUNG JUGA )

Mungkin sebaiknya kami pulang.

LALA :

Ya. Nanti kami datang lagi kapan-kapan.

YANG LAIN :

Salam buat Marni ya om.

IRNA :

Sampaikan pada Marni, kami gembira sekaligus sedih atas acara kejutan ini.

MARJUKI :

Ya, ya … saya sampikan nanti.

( TEMAN-TEMAN MARNI PERGI )

MARJUKI :

Kurang ajar. Berani-beraninya kasih nasehat sama saya. Apa  hak mereka menyuruh saya menuruti apa saja kemauan anak saya ? Sok pintar. Aku susah payah membiayai anakku, aku punya hak atas masa depan anakku. Ini pasti akal-akalannya si Marni sama si Anto.

MARNI : ( MUNCUL DARI DALAM )

Jangan menuduh sembarangan, ayah. Aku tidak tahu apa-apa. Apa lagi Anto. Semua yang mereka lakukan tadi, adalah isnisiatif mereka sendiri. Aku sudah mencegah tapi mereka ngotot. Itu sebabnya aku pergi.

MARJUKI :

Mereka datang atas undanganmu kan ?

MARNI :

Aku memang mengundang mereka, tapi sekedar untuk ngobrol dan pamitan. Aku mau jadi TKI ke luar negeri. Itu protesku selanjutnya pada ayah. Dan aku akan terus protes sampai ayah mengijinkan aku pacaran sama Anto.

MARJUKI :

O, begitu ? Jadi kamu pikir dengan protes keras ayah akan mengijinkan ?

MARNI :

Tentu ada syarat lain. Aku harus mandiri. Dengan bekerja aku punya uang. Dengan uang aku bisa menentukan masa depanku sendiri. Selamanya anak akan kalah suara, kalau anak masih tergantung sama uang orang tua.

MARJUKI :

Stop Marni ! Itu pikiran yang dangkal.

MARNI :

Kita tidak perlu berdebat ayah. Aku pergi dulu, banyak urusan. ( PERGI )

MARJUKI :

Marni …  ( mengejar marni )

LAMPU PADAM

ADEGAN LIMA

SEBUAH TEMPAT. MALAM.

ANTO SEDANG DIBUJUK CEPI UNTUK SEGERA MENEMUI MARNI

CEPI :

Aku serius Anto. Kamu harus ke rumah Marni. Kamu akan menyesal kalau Marni keburu pergi.

ANTO :

Kalau memang mau pergi masa dia tidak kasih tahu aku ?

CEPI :

Mungkin belum sempat kasih tahu.

ANTO :

Dari mana kamu dapat berita itu ?

CEPI :

Irna, Audi, Lala, semua sudah tahu.

ANTO :

Kalau dia sempat kasih tahu semua orang masa saya tidak dikasih tahu ?

CEPI :

Mungkin  belum sempat, makanya datang supaya tahu. Cari berita, jangan pasif.

ANTO :

Barangkali memang sengaja tidak mau kasih tahu. Sudah tidak peduli sama aku.

CEPI :

Aku tahu sifat  Marni. Tidak mungkin dia begitu.

ANTO :

Nyatanya dia begitu.

CEPI :

Tidak mungkin Anto. Aku yakin ini soal waktu. Mungkin dia menunggu waktu yang  tepat untuk bicara sama kamu. Kalian kan lama tidak saling ketemu. Biasanya kamu datang ke rumah Marni, sekarang tidak. Biasanya kalian jalan bareng, sekarang tidak. Marni juga lama tidak masuk sekolah.

ANTO :

Memang tidak bisa telpon ?

CEPI :

Telpon ke mana ? Kamu HP tidak ada, di rumah jarang.

ANTO :

Jelas, dia sudah berubah. Tidak sayang aku lagi.

CEPI :

Dari pada mengambil kesimpulan buru-buru dan salah, lebih baik kamu buru-buru ke rumah Marni dan semuanya jadi jelas. Tidak ada yang salah terima, tidak ada yang sakit hati. Ayo, kita ke sana. Aku siap menemani.

ANTO :

Kalau ayahnya mengusir kita bagimana ? Aku trauma pernah diusir.

CEPI :

Diusir kita pergi. Dimarahi kita diam. Disuguhi kita makan.

ANTO :

Kamu bisa bilang begitu, coba kamu jadi aku.

CEPI :

Kalau aku jadi kamu, tidak akan pernah diusir. Malah ayah Marni yang akan kubikin mencari-cari aku.

ANTO :

Bagaimana caranya ?

CEPI :

Anak gadisnya kita buntingin !

ANTO :

Ngaco !

CEPI :

Ayo berangkat. Ambil motormu dong.

ANTO :

Jalan kaki saja. Knalpotnya tambah bocor, berisik sekali. Ayah Marni paling benci mendengar bunyi motorku.

CEPI :

Ya sudah. Ayo !

ANTO :

Kamu jalan di depan, aku di belakang.

CEPI :

Aduh. Begitu amat. Seberapa trauma sih ?

( CEPI JALAN, ANTO MENGIKUTI DI BELAKANGNYA )

ANTO : ( BERHENTI )

Tunggu Cepi. Bagaimana kalau Marni tidak mau menemui kita ?

CEPI :

Gampang, ingat saja nasehat buku “ Enaknya Hidup Membujang ”. Oke ?

ANTO :

Tidak. Lebih baik aku pulang. ( PERGI )

CEPI :

Ampun  …  Anto, Anto ! Kenapa kamu jadi pengecut begitu sih ? Anto ! Ampuuunn.

( ANTO TERUS JALAN, CEPI MENGIKUTI )

LAMPU BERUBAH

ADEGAN ENAM

TAMAN DEKAT SEKOLAH.  SORE.

MARNI DIBUJUK TEMAN-TEMANNYA SUPAYA JANGAN PERGI.

INTRO MUSIK

AUDI :

Jangan Marni, jangan pergi. Pergi tidak akan menyelesaikan masalah.

IRNA :

Justru kamu akan bikin masalah baru.

LALA :

Jadi TKI itu tidak gampang Marni. Kamu akan banyak kesulitan.

IRNA :

Sebaiknya kamu segera masuk sekolah. Sebentar lagi kita ujian, tahun depan kita harus kuliah. Lupakan keinginan konyol itu.

SEMUA :

Lupakan … Marni !

MARNI : ( MENYANYI )

AKU HARUS PERGI

RUMAH TAK LAGI MEMBERIKU KEDAMAIAN

SEBAB AKU DAN AYAH TAK PERNAH SEPAHAM

CINTA PEMUDA YANG KUDAMBAKAN

SELALU LEPAS DARI GENGGAMAN

AUDI :

Bersabarlah, Marni. Kita masih banyak kesempatan. Waktu berjalan, sikap ayahmu pasti berubah.

IRNA :

Orang seusia kita selalu diangap masih kanak-kanak. Dianggap belum waktunya pacaran.

LALA :

Memang menjengkelkan, tapi di mana-mana selalu begitu.

MARNI : ( MENYANYI )

AKU TAK MAU BEGITU

MASA DEPANKU ADALAH MILIKKU

URUSAN CINTA HARUS KITA YANG MENENTUKAN

IRNA :

Tapi ayahmu bilang tidak melarangmu pacaran. Dia hanya minta kamu memilih pemuda yang tepat, dan jangan sampai pacaran mengganggu belajar.

MARNI : ( MENYANYI )

ITU SAMA DENGAN MELARANG

Ayahku bahkan pernah mengusir Anto. Gara-garanya sangat sepele. Suara berisik knalpot motor Anto yang bocor. Padahal ada banyak suara knalpot motor yang lebih berisik lewat  di depan rumah. Itu tidak adil.

AUDI :

Tapi semua pacar-pacar kita pernah ada masalah dengan orang tua kita. Semua pernah diperlakukan tidak adil.  Hubungan kalian pasti akan membaik.

MARNI :

Ketidakadilan harus diperjuangkan, kawan. Sebab ia tidak datang dari langit. Hubungan bisa saja membaik, tapi pasti ada prinsip dan hak-hak yang dilanggar. Ada yang menindas dan tertindas. Dan itu tidak baik.

LALA :

Tapi kami tetap tidak rela kamu pergi Marni. Apa lagi pergi ke luar negeri untuk jadi TKI.

IRNA :

Ya. Omonganmu yang pintar tadi membuktikan kamu tidak pantas jadi TKI. Kamu harus lulus SMU dan kuliah.

MARNI :

Soal ke luar negeri dan jadi TKI, bisa jadi aku memang asal bicara. Yang  jelas aku harus pergi dari rumah. Mungkin itu protes yang mempan buat ayahku.

AUDI :

Itu lebih baik Marni. Kamu bisa tinggal di rumahku. Soal biaya sekolah, jangan kuatir. Ayahku pasti mau bantu.

LALA :

Ayahku juga pasti mau bantu. Tapi kamu harus tinggal bergiliran di rumah kami bertiga dong, supaya adil.

IRNA :

Ya. Aku setuju.

AUDI :

Kalau kamu tidak ke luar negeri, pacaran sama Anto tetap berjalan lancar. Hidup backstreet !

MARNI :

Tunggu. Kalian jangan salah ngerti. Aku pergi dari rumah bukan semata-mata protes.

Tapi juga bermaksud mandiri. Supaya aku tidak tergantung siapa-siapa. Supaya aku merdeka menentukan masa depan.  Tinggal di rumah kalian jelas bukan pilihan yang tepat. Aku tetap jadi tanggungan orang.

AUDI :

Itu tidak masalah Marni. Kami ikhlas membantumu. Itulah gunanya sahabat.

LALA :

Yang penting kamu tetap bisa sekolah.

MARNI :

Prioritas utamaku sekarang cari kerja supaya bisa membiayai hidupku sendiri.

Sekolah aku pikirkan belakangan. Soal pacaran dengan Anto, aku sendiri tidak yakin tetap bisa jalan. Sejak diusir ayahku, dia tidak pernah muncul lagi. Dia ternyata pengecut. Tapi terimakasih  atas iktikad baik kalian. Selamat sore, aku pergi dulu. Ada perlu. ( PERGI )

IRNA :

Marni, tunggu. Marni !

LALA & AUDI :

Marniii …

AUDI :

Bagaimana sih dia ?

IRNA :

Kok kepala batu banget ?

LALA :

Memang kepala batu dari sononya.

( CEPI MUNCUL BERGEGAS )

CEPI :

He, lihat Marni ?

AUDI :

Baru pergi.

CEPI :

Anto ?

AUDI :

Nggak. Sudah lama nggak lihat Anto. Bukannya dia jarang masuk sekarang ?

CEPI :

Memang.

IRNA :

Ada apa ?

CEPI :

Mungkin cuma Anto yang bisa membujuk Marni tidak kabur ke luar negeri.

Kemaren aku bicara sama Anto supaya dia datang menemui Marni, tapi gagal. Malah Anto ngambek. Merasa tidak dipamiti. Memang  Marni belum pamit sama Anto, ya ?.

IRNA :

Kelihatannya begitu. Marni juga ngambek karena Anto tidak pernah datang lagi sejak dimarahi ayahnya.

CEPI :

Begitu ? Wah, tambah ruwet dong. Terus bagimana ini ?

IRNA :

Bagaimana, bagaimana ? Kita juga tidak tahu bagaimana.

( MENDADAK TERFIKIR ) Cepi, bagaimana kalau kita bagi tugas ?

Begini, coba temui Marni …

CEPI :

Saya tadi ke rumah dia, tapi tidak ada …

LALA :

Tadi dia di sini …

IRNA :

Temui Marni, bujuk supaya ketemuan sama Anto. Saya, kami bertiga ini, membujuk Anto supaya ketemuan sama Marni. Bagaimana ?

CEPI :

Tapi Anto sudah dibilangin juga bandel.

IRNA :

Kamu jangan ikutan bandel. Kita berbagi tugas, setuju ? Oke ?

CEPI :

Oke.

LAMPU BERUBAH.

ADEGAN TUJUH

TAMAN YANG SAMA, BEBERAPA HARI KEMUDIAN. SORE.

MARNI BERTEMU ANTO.

MARNI SUDAH LAMA MENUNGGU, DUDUK DIAM-DIAM.

ANTO DATANG KEMUDIAN,  JUGA DIAM-DIAM.

MARNI :

Aku  kira  tidak datang …

ANTO :

Aku kira kamu juga tidak datang …

( BEBERAPA SAAT ANTO SALAH TINGKAH. MAU DUDUK DI SEBELAH MARNI TAPI RAGU. AKHIRNYA IA DUDUK JUGA, TAPI AGAK JAUH. SUASANANYA SUNGGUH KAKU )

ANTO :

Kamu mau pergi untuk menghindari aku kan ?

MARNI :

Kamu tidak pernah datang ke rumah lagi, kenapa ?

ANTO :

Supaya ayahmu tenang, karena tidak ada suara knalpot motor yang berisik.

MARNI :

Bijaksana sekali …

ANTO :

Aku harus tahu diri. Aku kan cuma tukang ojek dan sopir tembak. Jangan kata pacaran sama kamu, datang ke  rumahmu pun aku tidak pantas.

MARNI :

Oo … jadi begitu cara berpikirmu ? Kalau begitu kamu lebih cocok jadi anak ayahku, dan memang tidak pantas jadi pacarku. Maaf … selamat tinggal ! ( PERGI )

ANTO : ( KAGET )

Marni .. Marni …

( MARNI BALIK LAGI )

MARNI :

Maaf, saya tidak ada urusan sama tukang ojek. ( MAU PERGI LAGI TAPI ANTO MENAHANNYA )

ANTO :

Maaf Marni, aku tidak bermaksud membuat kamu marah.

MARNI :

Kamu sudah membuat aku marah.

ANTO :

Maaf. Aku tidak akan membuat kamu marah lagi. Maaf.

MARNI :

Katakan dengan jujur, kenapa lama tidak datang ? ( LAMA TIDAK MENJAWAB ) Katakan ! Kamu takut sama ayahku ? Aku benci orang yang pengecut Anto. Aku yakin kamu juga benci orang semacam itu. Jadi salahkan dirimu sendiri, jangan  menyalahkan aku. Aku mau pergi dari rumah, tujuanku jelas. Aku protes keras pada ayahku karena dia berlaku tidak adil pada kita. Jelas ?

ANTO :

Kamu betul, aku pengecut..

MARNI :

Bagus kalau kamu sadar. Tapi kenapa harus berlaku pengecut ? Kamu tidak salah apa-apa sama ayahku. Pacaran juga bukan kejahatan. Yang penting kita tahu batas.

ANTO :

Ya. Tapi mungkin ayahmu betul. Kamu harus memilih pemuda yang tepat. Dan itu bukan aku.

MARNI :

Stop ! Jangan mulai lagi Anto. Selain benci pengecut, aku juga benci orang rendah diri. Dulu kamu begitu percaya diri dengan semua yang kamu kerjakan. Kamu punya cita-cita dan berjuang keras untuk meraihnya. Itu kelebihan kamu. Itu juga yamg membuat aku … sayang  … sama kamu. Jadi tolong jangan berubah.

ANTO :

Kamu  .. betul-betul sayang sama aku ?

MARNI : ( MALU )

Ah, pakai nanya lagi.

ANTO :

Tapi nilaiku jeblok. Aku banyak narik dan bolos sekolah. Aku kuatir tidak lulus.

MARNI :

Belum terlambat untuk mengejar ketinggalan.

ANTO :

Biaya kuliah makin mahal, apa aku sanggup ?

MARNI :

Pasti sanggup. Kamu pekerja keras. Kalau perlu kamu bisa kerja yang lain, yang penghasilannya lebih banyak.

ANTO :

Tapi ngojek pekerjaan bersejarah, Marni. Itu kan yang mempertemukan kita ?

MARNI :

Ya. Suara knalpot motormu yang berisik membuat aku selalu menengok setiap kamu lewat di depan rumah.

ANTO :

Ya. Dan kamu bilang pada teman-temanmu, aku tukang ojek paling keren.

MARNI :

Yang jelas kamu berbeda. Tukang ojek lain kalau nunggu penumpang main gaple, kamu bikin PR. Tukang ojek lain selalu siap dengan uang kembalian, kamu tidak. Tukang ojek lain siap menerima uang tip, kamu malu-malu.

ANTO :

Sekarang aku tidak malu, supaya cicilan motor cepat lunas.

MARNI :

Eh, berapa utangku ?

ANTO :

Utang apa ?

MARNI :

Langganan ngojek sama kamu.

ANTO :

Simpan saja uangmu. Aku lagi tidak butuh.

MARNI :

Yang kamu butuh apa dong ?

ANTO :

Pakai tanya lagi. Kita kan lama nggak ketemu ?

Marni. ( MEMEGANG TANGAN MARNI )

MARNI : ( MALU )

Apa sih ?

ANTO :

Soal pergi ke luar negeri, kamu tidak sungguh-sungguh kan ?

MARNI :

Tidak tahu. Yang jelas, aku harus pergi dari rumah. Aku tidak tahan, ayahku betul-betul kelewatan. Tidak adil. ( MENANGIS ) Aku harus protes. Harus ! Sampai ..

ANTO :

Setuju, boleh saja protes. Tapi kan bisa dengan cara lain. Pergi dari rumah, bukan cara yang tepat. Nanti semuanya jadi kacau.

( MARNI TERUS MENANGIS. ANTO MENENANGKAN )

Tunggu, tenang dulu. Tenang Marni. Dengar. ( MARNI DIAM )

Bagaimanapun, rumah adalah tempat terbaik untuk memulai segala rencana, segala cita-cita. Dan orang tua, segalak apa pun, tetap sayang sama anak.

MARNI :

Sok tahu, ah !

ANTO :

Aku tidak sok tahu, Marni. Tapi memang tahu.

Kamu juga tahu ayahmu sayang sama kamu. Kamu hanya sedang emosi.

MARNI :

Terus aku harus bagaimana ? Apa usulmu ?

ANTO :

Kamu janji tidak akan pergi ?

MARNI :

Ya. Asal kamu tetap ke rumah seperti biasa.

ANTO :

Janji kembali masuk sekolah ?

MARNI :

Ya. Janji.

ANTO :

Oke. Aku punya usul untuk kamu. Ayo, kita bicara di tempat lain.

( MEREKA PERGI )

LAMPU BERUBAH

ADEGAN DELAPAN

RUMAH MARJUKI. MALAM.

CEPI DATANG KE RUMAH MARJUKI UNTUK MENYAMPAIKAN PESAN MARNI.

MARJUKI :

Ya ampun, jadi Marni betul-betul mau pergi ke luar negeri ? Aku pikir cuma gertak.

CEPI :

Rupanya begitu, om. Saya juga tidak menyangka Marni sungguh-sungguh.

MARJUKI :

Terus di mana Marni sekarang ? Kapan berangkatnya ?

CEPI :

Saya juga tidak tahu. Dia cuma bilang sekarang ada di tempat penampungan. Saya tanya bolak-balik di mana alamatnya, dia tetap tidak mau menjawab.

MARJUKI :

Tapi apa secepat itu prosesnya ? Diterima jadi TKI bukannya prosesnya panjang ?

CEPI :

Itu juga pernah saya tanya. Dia bilang, “ semua bisa diatur ” asal ada uang.

MARJUKI :

Dari mana Marni dapat uang ?

CEPI :

Ya  dari  uang  gaji Marni yang dipotong tiap bulan nanti. “ Semua dibiayai sama agen ”, begitu Marni bilang.

MARJUKI :

Apa nama agennya ? Di mana alamatnya ?

CEPI :

Marni tidak sebut-sebut om. Dia hanya minta tolong saya supaya mengambil beberapa  baju yang ketinggalan.

MARJUKI :

Ya ampun, Marni .. Marni. Apa sebegitu besar marahmu sama ayah, sampai-sampai harus  pergi keluar negeri jadi TKI ? Tidak pamit lagi. Coba nak Cepi pikir, apa pantas ?

CEPI :

Kalau ditanya pantas atau tidak, jelas tidak pantas. Tapi kelihatannya, Marni memang sangat marah sama om. Tapi terus-terang, sebagai teman, saya tidak setuju Marni pergi. Marni sebentar lagi ujian dan tahun depan harus kuliah. Setelah lulus kuliah, terserah mau ke mana dan jadi apa. Jadi TKI ke luar negeri pun tidak masalah. Itu bukan hal yang jelek. Menyelesaikan kuliah, lebih aman buat masa depan Marni.

MARJUKI :

Ah, itu baru pikiran sehat. Terus, teruskan nak …

CEPI :

Maaf om, saya tidak bisa lama. Marni memerlukan baju yang saya ambil.

MARJUKI :

Kapan Marni mau ambil baju-baju itu ? Di mana kalian janjian ketemu ?

CEPI :

Maaf om, saya tidak boleh bilang. Itu pesan Marni.

MARJUKI :

Tolonglah nak Cepi, sebutkan. Saya harus ketemu Marni sebelum dia pergi. Tolong, saya mohon sekali. Please …

CEPI :

Sekali lagi, maaf om. Saya tidak bisa melanggar janji.

MARJUKI :

Please …

CEPI :

Maaf  ommm …. Saya tidak bisa. ( MENATAP MARJUKI BEBERAPA SAAT )

Tapi, kalau om bersedia kerjasama dengan saya, kita sebetulnya bisa membatalkan Marni pergi. Seperti saya bilang tadi, saya tidak setuju Marni pergi.

MARJUKI :

Membatalkan Marni pergi ? Bagaimana caranya ? Jelas saya setuju.

CEPI :

Tapi jangan sampai dia tahu. Ini rahasia antara kita. Om Setuju ?

MARJUKI :

Setuju. Saya bisa pegang janji. Bagaimana caranya ?

CEPI :

Tunggu dulu. Saya mau tanya, tolong jawab dengan jujur Apa sebetulnya yang membuat Marni marah sama om ?

MARJUKI :

Saya melarang Marni pacaran sama Anto.

CEPI :

Kenapa ?

MARJUKI :

Saya tidak tahu persis. Saya merasa, si Anto sebetulnya anak baik. Jadi, saya tidak sungguh-sungguh melarang. Tapi Marni keburu protes keras.

Merasa tidak didengar omongannya, saya jadi tambah jengkel.

CEPI :

Saya lihat Marni begitu juga. Makin dilarang, makin menentang. Intinya sama: ingin didengar suaranya.

MARJUKI :

Begitu ?

CEPI :

Begitu.

MARJUKI :

Jadi bagaimana caranya supaya Marni tidak jadi pergi ?

CEPI :

Turuti saja kemauannya. Toh om sudah yakin Anto anak baik.

MARJUKI :

Nak Cepi bisa jamin 100% Marni batal pergi ?

CEPI :

Saya harus ketemu Marni dulu.

MARJUKI :

Kalau begitu temui Marni, segera. Katakan, saya akan ijinkan Marni pacaran sama Anto. Sesudah itu, ajak mereka berdua ke sini supaya mendengar langsung dari  saya.

CEPI :

Om Marjuki bisa pegang janji ?

MARJUKI :

Bisa. Saya jamin !

CEPI :

Baik. Kalau begitu saya jamin 100% Marni batal pergi. Permisi dulu om, saya harus cari Marni dan Anto sekarang juga. Saya akan kabarkan berita gembira ini.

( IRNA, AUDI, LALA DAN BEBERAPA TEMAN MARNI YANG LAIN MENDADAK MUNCUL )

IRNA :

Tunggu Cepi !  Maaf om Marjuki, kami mendengar semua pembicaraan ini. Kami ikut gembira. Tapi itu tidak cukup. Harus ada jaminan tertulis bahwa om Marjuki akan menepati janji.

CEPI :

Tidak Irna, aku percaya orang tua bijaksana ini.

AUDI & LALA :

Perlu dong !

( ANTO MUNCUL )

ANTO :

Tidak, tidak perlu. Cepi betul. Saya juga percaya om Marjuki akan menepati janji. Ini kan bukan urusan jual beli tanah atau semacamnya. Tapi urusan anak dan orang tua. Jangan repot-repot. Janji secara lisan sudah cukup.

IRNA :

Tapi …

MARJUKI :

Nak Anto betul, jangan repot-repot. Makin kita repot, makin lama Marni di penampungan TKI. Kasihan dia. Lebih baik kita cari Marni sekarang. Apa kalian ada yang tahu alamatnya ?

( MARNI MUNCUL DARI ARAH DALAM )

MARNI :

Marni sudah di sini ayah. Tidak usah dicari.

MARJUKI : ( KAGET )

Marni ?  Ah, kemarilah kamu nak. Ayah sangat kuatir ada apa-apa dengan kamu.

MARNI :

Jangan kuatir ayah, Anto menjaga aku. Kalau bukan karena dia, aku pasti jadi TKI sungguhan.

MARJUKI :

Syukur .. syukur kalau begitu. Terima kasih nak Anto.

ANTO :

Marni melebih-lebihkan om.

MARNI :

Anto meyakinkan aku begitu rupa, segalak apa pun, ayah tetap sayang aku. Dan rumah adalah tempat terbaik menyusun rencana dan cita-cita.

MARJUKI :

Bagus. Kamu menemukan pemuda yang tepat anakku.

Dan kamu tidak tinggal di tempat penampungan bukan ?

MARNI :

Tidak.

IRNA, AUDI & LALA :

Di rumah kami om. Kami bertiga.

MARJUKI :

Jadi  siapa  yang  mengatur nak Cepi datang ke mari dan main sandiwara di depan saya ?

ANTO :

Saya om. Sayalah komadan semua sandiwara malam ini. Sebagai komandan saya tidak akan lari. Saya siap diadili.

MARJUKI :

Bagus. Itu komandan yang baik. Anda siap saya tuntut di depan penghulu menikahi anak saya ?

ANTO :

Sekarang ?

IRNA & YANG LAIN :

Huuuu  …

MARJUKI :

Nanti, setelah lulus kuliah dong.

ANTO :

Marni, siap jadi anggota Dharma Wanita ?

MARNI : ( MALU )

Idih, masa harus dibahas sekarang ? Sudah malem lagi. Kayaknya durasinya sudah lewat deh. Stage manager mana sih ? Stage manager !

YANG LAIN :

Stage manager !

CEPI :

Dia nggak tahu stage manager. Tahunya menejer panggung. Menejer panggung !

MENEJER PANGGUNG :

Ya, ya …

MARNI :

Durasinya sudah lewat belum ?

MENEJER PANGGUNG :

Sudah lewat dari tadi.

MARJUKI :

Bukannya ngingetin.

MENEJER PANGGUNG :

Habis situ ngomong melulu …

MARJUKI :

Ee, malah marah sama saya. Saya tokoh lho, tokoh ini !

MENEJER PANGGUNG :

Biar tokoh kalau ngaco dimarahin.

ANTO : ( TERTAWA ) ( BICARA PADA PENONTON )

Baiklah penonton sekalian, kelihatannya sudah waktunya bagi kita untuk berpisah. Lakon sudah tamat,  “ pesan sponsor ” mudah-mudahan tidak salah alamat. Dan marilah kita sama-sama beristirahat.

PENUTUP

( ANTO MENGGANDENG MARNI DAN MENYANYI BERSAMA )

ANTO : ( MENYANYI )

CINTA ADALAH ANUGERAH ALAM

ANUGERAH SANG PENCIPTA

JANGAN COBA DIKEKANG

APALAGI DILARANG

MARNI : ( MENYANYI )

BIARKAN CINTA TUMBUH

MENGIKUTI ATURAN ALAM

BIARKAN ANAK MERDEKA

MEMILIH JALAN

SEMUA : ( MENYANYI )

TUGAS ORANG TUA

HANYA PENGGEMBALA

PENUNJUK JALAN YANG BIJAKSANA

MEMAKSAKAN KEHENDAK

BUKAN SIKAP BIJAK

LAMPU PADAM PERLAHAN

LAKON SELESAI

Depok, Mei 2004

Teriimakasih banyak,

jika sebelum mementaskan naskah ini memberitahukan pada penulis.

Selamat berkarya !

WEK WEK

Posted: April 30, 2010 in drama, naskah drama, Uncategorized

WEKWEK

karya Iwan Simatupang

ADEGAN I

SEKELOMPOK BEBEK MEMASUKI PANGGUNG

Petruk:    Sejauh mata memandang, sawah luas terbentang, tapi tidak sebidang tanah pun milikku. Padi aku yang tanam, juga aku yang ketam. Tapi tidak segenggam milikku. Bebek tiga puluh ekor, semuanya tukang bertelor. Tapi tidak juga sebutir adalah milikku. Badan hanya sebatang, hampir-hampir telanjang. Hanya itu saja milikku.

ADEGAN II

BAGONG DAN PENGAWALNYA MEMASUKI PANGGUNG

Bagong:   Aku orang berada, apa-apa ada. Juga buah dada, itulah beta. Sawah berhektar-hektar, pohon berakar-akar, rumah berkamar-kamar, itulah nyatanya. Kambing berekor-ekor, bebek bertelor-telor, celana berkolor-kolor, film berteknik kolor. Perut buncit ada, mata melotot ada, pelayan ada, pokoknya serba ada.

ADEGAN III

GARENG DAN EMPAT KAWANNYA MEMASUKI PANGGUNG

Gareng:   Badannya langsing, matanya juling, otaknya bening. That’s me!

Tipu menipu, adu mengadu, ijazah palsu, that’s me!

Gugat menggugat, sikat menyikat, lidah bersilat, that’s me!

Profesiku pokrol bambu, siapa yang tidak tahu, that’s me!

ADEGAN IV

Semar:     Saya jadi lurah sejaak awal sejarah, sudaah lama kepingin berhenti tapi tak adaa yang mau mengganti. Sudah bosan, jemu, capek, lelah. Otot kendor, mata kabur, mau mundur dengan teratur, mau ngaso di atas kasur.

Saya kembung bukan karena busung, mata berair bukan karena banjir, tapi karena menjadi tong sampah. Serobotan tanah, pak lurah. Curi air sawah, pak lurah. Beras susah, pak lurah.

Semua masalah, pak lurah, tapi kalau rejeki melimpah, pak lurah…tak usah…payah.

ADEGAN V

BAGONG DAN PENGAWALNYA MEMASUKI PANGGUNG

Bagong:   Jaman ini jaman edan, tidak ikut edan tidak kebagian.

Di terminal calo berkuasa, dia tentukan penumpang naik apa.

Di dunia film broker merajalela, dia tentukan sutradara bikin apa.

Di sini, itu si Petruk sialan, datang merangkak meminta pekerjaan.

Aku suruh ngangon bebek tiga puluh ekor, tiap minggu harus antar lima puluh ekor.

Malah dia tentukan berapa harus setor. Sungguh-sungguh kurang telor.

Sekali aku datang mengontrol, bebeknya hilang dua ekor.

Waktu ditanya, dia menjawab “dimakan burung kondor”

Di sini tak ada burung kondor. Dia yang kondor.

Dia datang melolong minta tolong, sudah ditolong, ee…dia nyolong.

Orang seperti ini harus dipukuli, sayangnya aku tak berani.

Lagipula aku tidak mau mengotori tanganku, dengan menyentuh tubuhnya yang kotor dan bau. Aku tidak mau main hakim sendiri, apa gunanya pak lurah digaji.

ADEGAN VI

SEKELOMPOK BEBEK MEMASUKI PANGGUNG

Petruk     Orang sudah melarat ditimpa cialat, telor sudah dimakan masih juga digugat.

Padahal yang bertelor tidak peduli, apa mau dimakan atau dicuri.

Pokoknya aku tiap minggu sudah setor, sekitar lima puluh telor.

Waktu menyebrang jalan, datang motor, bebek kabur, satu ketubruk dan mati konyol.

Sekarang aku harus menghadap pak lurah mempertanggung jawabkan apa yang sudah aku lakukan. Menurut versi Bagong dongkolan, siapa menolongku, siapa membantuku?

Gareng    Apa masalahmu, menangis tersedu-sedu

Apa persoalan,merengek tersedan-sedan

Jangan takut, aku bukan polisi

Bukan maut, juga bukan polusi.

Petruk     Begitu mulutnya dibuka, mendadak hilanglah duka

Permisi, mohon bertanya, kok mau menyapa saya?

Gareng    Aku sedih melihat orang susah. Aku murka melihat orang marah.

Aku membantu orang kejepit, kena urusan berbelit-belit.

Petruk     Ikan dicita, ulampun tiba. Janda dicinta sebab kaya raya.

Bapak mau menolong saya yang lagi bingung kena perkara?

Gareng    Aku diturunkan ke bumi ini dengan suatu misi.

Membantu orang yang kena perkara, baik yang perdata maupun pidana

Pilih mana, bagi saya sama saja.

Petruk     Anu pak, ini urusan telor dan bebek.

Gareng    Ah, telor dan bebek. Bukan telor dan ayam?

Di sini telor, di sana telor, sama-sama telor

Di sini bebek, di sana ayam, bagiku sama saja.

Petruk     Ya, tapi saya melarat pak.

Gareng    Ya, saya juga melarat, karenanya harus bekerjasama yang erat.

Segala sesuatu dikerjakan dengan mufakat.

Misalnya saja tentang honorku, biar bagaimanapun aku ini pokrol bambu

Kamu harus hargai profesiku.

Petruk     Bapak harus sadari profesi saya, yang tidak menghasilkan apa-apa.

Harta karun tidak ada, yang ada cemeti dan celana.

Ambil saja cemeti, biar nanti saya cari lagi.

Jangan ambil celana, nanti saya celaka

Menambah lagi perkara, perkara pusaka dewata.

Gareng    Ini bukan perkara cemeti atau celana

Tapi urusan telor dan bebek. Jelas urusan telor dan bebek

Telor dan bebek, tor-tor, wek-wek.

Petruk     Tor-tor, wek-wek? Maksudnya ha?

Gareng    Ssst! Jangan keras-keras.

MEREKA SALING BERBISIK, KEMUDIAN TERTAWA TERBAHAK-BAHAK, RAHASIA, MENGANDUNG ARTI NAKAL

ADEGAN VII

SEMAR DAN BAGONG MENUJU PETRUK DAN GARENG

Semar     Sudah di pikir masak-masak?

Bagong    Sudah. Malah hampir busuk.

Semar     Kalau di pikir-pikir berapalah rugimu?

Bagong    Ini bagi saya memang bukanlah persoalan untung rugi. Ini soal kepercayaan saya yang di lukai. Muka saya di ludahi. Sudah di tolong masih mencuri. Saya kurang baik apa? Masih saja orang bilang saya pelit, medit, bakhil.

Semar     Penghisap, pemeras, penggencet, penyedot, pengepres.

Bagong    Ya, semua yang tidak beres.

Semar     Kalau dia mengakui, apa tindakan mu?

Bagong    Dia harus bayar kerugianku.

Semar     Kalau dia tidak dapat?

Bagong    Apa boleh buat, pecat.

Semar     Lantas apa nasibnya?

Bagong    Ini urusannya, urusan pak lurah.

Semar     Kalau ia tidak mengaku bersalah?

Bagong    Pak lurah atur supaya ia menyerah. Nanti saya atur agar padi pak lurah bertambah.

Semar     Saya sudah menjadi lurah sejak awal sejarah. Jangan omongamu membuat saya marah.

Bagong    Maaf pak lurah. Maksud saya sama sekali tidak mempengaruhi hanya si Entong anak bapak kemarin kepingin motor.

Semar     Kalau dia kepingian, tentu dia ngomong sama saya.

Bagong    Dia kemarin pesan motor apa saja.

Semar     Mau tutup mulut tidak? Mau aku depak?

Bagong    Maksud saya….

DATANG PETRUK DAN GARENG

Gareng    Eh, pak lurah. Selamat pagi, selamat ketemu lagi. Apa kabar pak cukong? Masih suka membagong.

Bagong    Pokrol busuk, awas. Jangan sembarangan ngomong.

Semar     Perkara apa yang kita hadapi, hina menghina atau curi mencuri?

Bagong    Maaf pak lurah. Dia yang mulai.

Semar     Gareng, apakau jadi pembela?

Gareng    Betul. Pembela dan kuasa penuh.

Bagong    Maksudnya, kalau kalah perkara saudara masuk penjara?

Gareng    Saya kira, yang akan kalah itu saudara.

Semar     Baik, kita mulai. Orang mau bicara hanya dengan seijin saya.

Bagong    Setuju.

Gareng    Kalau maunya pak lurah begitu.

Petruk     Bb-bb

Semar     Bagaimana kau petruk?

Bagong    Penggugat, terdakwa, tertuduh, tersangka.

Semar     Kalau mau bicara harus seijin saya.

Bagong    Maaf, pak lurah. Bagaimana petruk?

PETRUK DIAM SAJA.

Semar              Jawab petruk.

Gareng             Maaf pak lurah.

Semar              Pembela?

Gareng             Boleh saya bicara?

Semar              Silahkan.

Gareng    Sebelum saya minta maaf bagi klien dan pasien saya. Klien, karena ia minta saya sebagai pembelanya dan kuasa usahanya. Pasien, karena ia minta saya menjadi dokternya. Keterangan dan penjelasannya; sewaktu ia datang kepada saya yaitu pada hari kamis legi yang lalu, tanggal 32 september 1999, getaran pada jam 10. 30 menit, 6 detik, 7 detik, 8 detik, 9 detik ricther. Udara 240 C, curah hujan 25 cm, naga di selatan, singa di utara, bintang venus berada di….

Bagong             Pak lurah saya protes.

Semar              Kenapa?

Bagong             Urusan apa itu si Venus? Sebentar lagi si Wati, si Inah, si anu…

Semar     Protes di terima, pembela….fakta yang langsung berhubungan dengan fenomena dan sebaiknya yang berkaitan dengan perkara.

Gareng    Walau hak saya di kurangi…. tak apalah. Saudara petruk ini datang pada saya, di kantor saya di kaki enam depan pasar, sebelah kiri toko sepeda, seblah kanan warung tegal, bersebrangan dengan pompa minyak goreng. Menceritakan kepada saya musibah yang menimpa dirinya yang di sebabkan oleh telor bebek dan bapak bagong. Dengan suara dingin bergetar kedinginan. Pak lurah ia datang berlari langsung sawah yang kehujanan lebat dingin sekali. Mengamankan bebek-bebek dan telor-telor yang menjadi tanggungannya, mendadak banjir dari kali, kilat menyambar dari langit. Dua bebek di bawa banjir….

Bagong             Astaga, telornya?

Gareng             Sepuluh butir disambar petir, hancur berantakan.

Bagong             Telor-telorku….

Semar              Benar ini semua terjadi?

Petruk              Ia…wek…wek…wek

Semar              Jawab yang benar.

Petruk              Wek…wek…wek…wek.

Semar              Jangan main-main.

Gareng    Wek…wek. Maaf pak lurah. Selesai dia menceritakan pengalamannya yang mengerikan itu, ia jatuh pingsan. Badannya mengigil, keringatnya mengalir, mukanya pucat, ia mengeluh. Wek…wek…waktu sadar, terlanjur suara yang bisa ia keluarkan hanya wek, selain wek tak ada wok…wok. Seperti pak lurah dengar tadi. Ia sedih sekali, saya ikut sedih dan berjanji padanya akan menyembuhkannya. Jadi kalau ia menjawab dengan wek…wek, maafkanlah ia.

Semar              Bagaimana Petruk?

Petruk              Wekwek….

Bagong    Pak lurah, ini saya kira satu permainan yang licik, akal-akalan si pokrol bambu, pokrol tipu, pokrol….

Gareng    Pak lurah, ini saya adukan cukong Bagong, karena telah menghina saya di depan umum. Pak lurah mendengar sendiri dari moncong Bagong….

Bagong    Pak lurah, saya adukan pokrol itu menghina saya menyebut mulut saya dengan moncong….

Semar     Saya catat, saya sudah catat. Gareng menghina Bagong, Bagong menghina Gareng. Skor, satu lawan satu. Draw, remis. Sama kuat, selesai. Saya peringatkan, jangan ada yang nyeleweng lagi. Kita lagi membicarakan perkara Petruk dengan bebek dan telornya Bagong.

Gareng             Saya tidak punya urusan dengan telornya bagong.

Bagong             Telor saya jangan dibawa-bawa.

Gareng             Memangnya kau taruh di rumah?

Semar     Lama-lama hilang kesabaran saya. Tekanan darah saya naik. Kita lagi membicarakan soal wek-wek.

Bagong             Pak lurah, ini bukan perkara wekwek.

Gareng    Tak ada kaitannya dengan wek-wek? Lantas mengapa Petruk sekarang hanya bisa bilang wek-wek? Ya kenapa? Karena ia ingat ada bebek yang dibawa air bah, karena ia cinta sama bebek asuhannya, karena ia merasa sepenuhnya bertanggung jawab atas keselamatan bebek yang berbunyi wek-wek itu.

Karena ia saban hari saban malam mendengar hanya suara wek-wek, hingga suara wek-wek menjadi obsesi, otaknya penuh suara Wek-wek, syarafnya diganggu oleh wek-wek, pita suaranya tersetem pada nada wek-wek. Dia hanya akan bisa ber wek-wek sampai akhir hayatnya. Bahkan kuburnya nanti akan berbunyi wek-wek. Daan doa untuk arwahnya harus berbunyi wek-wek. Dan kita sekarang harus membicarakan ini dengan bahasa wek-wek.

Bagong    Saya protes, tidak bisa. Saya belum belajar bahasa wek-wek. Kenapa harus berwek-wek, wok-wok. Wek-wek apa wok-wok.

Semar     Itu terlalu ekstrem, kalau kita harus menyelesaikan perkara ini dengan bahasa wek-wek, maka terpaksa perkara ini harus ditunda untuk waktu yang tidak ditentukan. Sampai kita semua telah mahir ber wek-wek.

Petruk              Wek…wek..wek.

Semar              Apa maunya?

Gareng             Kasihanilah saya. Saya tidak bersalah.

Bagong             Bohong. Dia telah mencuri tiga belas telur dan tiga ekor bebek.

Petruk              Wek..wekwek….

Gareng             Tidak salah

Bagong             Salah

Petruk              Wek-wek

Gareng             Tidak

Bagong             Salah

Semar              Wekwek…

Gareng             Ya wekwek…

Bagong             Apa wek-wek?

Petruk              Wek…wek…wek…

Semar              Wek…wek.

Bagong             Wek…wek.

Gareng             Wek…wek.

Semar              Diam, wekwek. Sudah jadi bebek semuanya.

Petruk              Wek…wek.

Gareng             Kalau dulu ia tidak dipaksa harus hidup berhari-hari dengan bebek. Dia jadi begitu

karena Bagong.

Bagong    Dia datang kepada saya minta pekerjaan. Yang lowong hanya ngangon bebek. Dia terima pekerjaan itu, saya tidak paksa.

Semar     Apa keadaan yang harus dipersalahkan?Bagong, berapa ekor yang dia harus jaga? Dan berapa telor harus dia setor?

Bagong             Bebek tiga puluh ekor.

Gareng             Kelaminnya

Bagong             Kelamin? Jangan hina saya ya, jelas saya laki-laki.

Gareng             Saya tidak tanya kelaminmu. Kelamin bebek?

Bagong             Tiga puluh ekor betina semua.

Semar              Berapa telor yang harus dia setor?

Bagong    Lima puluh butir seminggu, bebek menelor tiga hari sekali, seminggu dia menelor dua kali. Tiga puluh bebek bertelor selama seminggu enam puluh, saya minta setorin lima puluh, yang sepuluh buat upah si Petruk. Kan cukup. Sepuluh kali seribu kan sepuluh ribu seminggu?.

Semar     Sepuluh ribu seminggu, bisa hidupkah dengan uang itu? Beras, bisakah dia penuhi setoran itu?

Bagong    Tidak pernah. Mula-mula Cuma empat puluh, makin lama makin berkurang.

Petruk     Wekwek…

Semar     Apa maksudnya?

Gareng    Tiga puluh ekor bebek, betina semua. Tidak ada jantannya. Bagaimana bisa bertelor pak lurah? Ini jelas contoh pemaksaan kemauan dan penghisapan di luar batas kemanusiaan dan kebinatangan,

Bagong    Nyatanya, mula-mula bebek itu bertelor.

Gareng    Itu karena kau beli dan serahkan. Lebih-lebih dia baru bergaul dengan bebek jantan. Kemudian….

Bagong    Nyatanya dia masih bertelor.

Gareng    itu jasanya si Petruk.

Semar     Hei, kau boleh menipu kami, tapi tipuan ini tidak berlaku. Masa Petruk berhubungan dengan bebek?

Bagong    Biarkan saja, asal bebek yang bertelor.

Gareng    Kenapa kau tidak gauli saja sendiri bebek-bebek itu? Pak lurah, maksud saya tidak seperti yang pak lurah bayangkan. Karena Petruk diam-diam pinjam bebek jantan dari tukang angon lainnya. Dan mebiarkan si jantan itu menggauli bebek betina maka masih ada telor yang bisa dipungut. Biar nafsu kebinatangan pejantan itu luar biasa, tetapi ia tidak menggauli seluruh bebek betina itu.

Semar     Kalau begitu si Petruk berjasa besar. Berjasa terhadap bebek betina itu dan berjasa terhadapmu Bagong.

Petruk     Wekwekwek…

Semar     Apa katanya?

Gareng    Dasar orang tidak tahu terima kasih. Tidak tahu menghargai jasa orang.

Semar     bagaimana bagong?

Bagong    Ya… bebek yang dua dimana?

Gareng    Ya dibawa banjir.

Bagong    Bukan itu, sebelumnya? Pasti dijual.

Gareng    Menurut Petruk, yang satu disambar alap-alap. Yang lain dimakan anjing.

Bagong    Bohong. Percuma punya bebek. Hilang melulu, beri telor tidak. Percuma punya tukang angon.

Petruk     Wekwek…

Bagong    Apa lagi?

Gareng    Tiap kali pinjam penjantan, dia harus bayar dua telor.

Bagong    Pemeras

Gareng    Siapa?

Bagong    Itu yang pinjamkan pejantan.

Gareng    kau bisa bilang irang itu pemeras!? Lantas kau maunya pinjam gratis gitu?

Semar     Nah, perkaranya sudah jelas, Bagong nampaknya kau yang kalah. Betul Petruk kurang dapat menepati janjinya tetapi itu karena keadaan yang kau ciptakan sendiri. Kau tidak bisa memecat ia, dan kalau kau mau bebekmu bertelor, belilah barang tiga pejantan. Dan kau mesti bayar dukun yang mengobati si Petruk.

Bagong    Saya tidak mau mengatakan pak lurah berat sebelah. Tapi…ongkos dukunnya berapa?

Gareng    Lima puluh  ribu rupiah

BAGONG BAYAR SELEMBAR LIMA PULUH RIBUAN

Bagong    Rugi-rugi…(pergi)

Semar     Gareng, cari dukun yang baik, biar Petruk lekas sembuh.

Gareng    Tentu saya akan usahakan.

Petruk     Wekwek…

Semar     Ya, wekwek…

ADEGAN VIII

GARENG DAN PETRUK

Gareng    (tertawa)hahahaha…..

Petruk     (tertawa) wekwekwekwek….

Gareng    Bagi uangnya. Nah kau selembar, aku selembar

Petruk     Wekwek…

Gareng    Nah, sekarang mana dua bebek yang dibawa banjir?

Petruk     Wekwekwekwek….

Gareng    Ayo, jangan main-main lagi. Sandiwaranya sudah selesai

Petruk     (menunjukan tenggorokannya) wekwek….

Gareng    Janjimu bagaimana? Mana imbalanku?

Petruk     (menunjuk uang di tangan Gareng) wekwek… (pergi)

Gareng    Wah si Petruk bodoh tapi lihay, lihay tapi bodoh. Aku pokrol bambu kena tipu.

ADEGAN IX

SEMAR DAN PETRUK

Semar     (tertawa) Saya jadi lurah sejak awal sejarah…

Petruk     Hehehehe….pak lurah, amaf sudah berbohong.

Semar     Bebek yang dibawa banjir dan telor yang sambar petir.

Petruk     (tertawa) benar pak lurah. Saya lupa…wekwek….

Semar     (mengggelengkan kepala) saya jadi lurah….

TAMAT

Sumber: http://kertascoratcoret.blogspot.com

tempat istirahat

Posted: April 30, 2010 in drama, naskah drama, Uncategorized

(DI PEKUBURAN UMUM, TERDENGAR SUARA-SUARA BURUNG. DERU RIBUT KENDARAAN DI KEJAUHAN. SEPASANG ORANG TUA SEDANG DUDUK DI BANGKU. HARI SUDAH SORE).

Nenek           :  Jadi jauh.

Kakek           :  Jadi lebih jauh.

Nenek           : Aku gembira bisa duduk di sini. Bagaimanapun, kebaikan merekalah menempatkan bangku di sini, dimana kita bisa bebas melihat bunga.

Kakek           :  Apa yang akan kita makan nanti malam?

Nenek           :  Sudah bertahun-tahun.

Kakek           :  Kukira aku mulai lapar.

Nenek           :  Maret, Juli, September. Sudah September lagi. Tak banyak di kota besar, dimana kau bisa bebas melihat bunga, kecuali di pasar bunga atau di toko-toko. Tapi kau tak dapat duduk-duduk di sana. Aku gembira kita bisa ke sini pulang belanja. Di sini bisa duduk-duduk sambil memandangi bunga-bunga, di pekuburan ini.

Kakek           :  Tak dapat lama-lama.

Nenek           :  Kita beruntung mendapatkan pekuburan di tengah perjalanan pulang.

Kakek           :  Beruntung?

Nenek           :  Sungguh tenteram di sini.

Kakek           :  Tak lama bedug akan berbunyi dan adzan akan berkumandang. Hari sudah maghrib. Kita akan pulang. (HENING, MAU PERGI) Kita harus pulang kalau sudah maghrib. (HENING) Hari akan jadi gelap. Kita harus di rumah (HENING) Makan malam.

Nenek           :  Tak ada tempat yang lebih tenteram daripada dalam kuburan.

Kakek           :  Tak dapat lagi menaiki pagar, seperti biasanya dulu.

Nenek           :  Nisan-nisan dari batu marmer.

Kakek           :  Kau dengan nisan-nisanmu.

Nenek           :  Sebuah nisan dipahat dengan ayat-ayat suci.

Kakek           :  (MELIHAT PADA KERANJANG BELANJAAN) Apa di keranjang itu?

Nenek           :  Pahatan yang halus, pada batu marmer putih.

Kakek           :  Ada sesuatu dalam keranjang itu yang tak kuketahui apa.

Nenek           :  Di atasnya diberi atap dari seng. Tiang-tiangnya dari besi. Sungguh aman berada di bawah atap yang kokoh.

Kakek           :  Kulihat kau memungut sesuatu tadi. Aku melihatnya dengan sudut pandangku ketika di muka penjual, kau selipkan sesuatu ke dalam keranjang.

Nenek           :  Nisan yang indah. Satu dua jambangan porselin dengan  bunga-bunga dahlia. Tetapi ada sesuatu yang khusus dengan badan kuburan yang terbuat dari marmer putih itu. Ukiran halus seorang ahli. (IA MEMUKUL TANGAN SI KAKEK DARI KERANJANG) Jangan menggerayangi keranjangku!

Kakek           :  Dendeng?

Nenek           :  Bukan.

Kakek           : Atau pindang?

Nenek           : Matanya kayak mata elang saja.

Kakek           : Pindang tongkol?

Nenek           :  Jika mau tahu, sepotong pindang bandeng.

Kakek           :  Pindang bandeng ya?

Nenek           :  Sudah lama kita tak makan bandeng.

Kakek           :  Aku suka bandeng.

Nenek           :  Itulah sebabnya kuambil itu. Kukatakan pada diriku sendiri: sore Sabtu ini kita akan makan dengan lauk yang layak. Kita akan makan sambel petai dan sayur lodeh.

Kakek           :  Dan pindang bandeng.

Nenek           :  Ya, ada sesuatu yang istimewa dengan kubuan itu. Marmer putih yang memantulkan cahaya matahari.

Kakek           :  Sebentar lagi akan terbenam.

Nenek           :  Tenteram. Kau tak dapat temukan yang lebih menyenangkan. Dimana-mana tempat teratur. Lihatlah sekelompok bunga-bunga di sana. Anggrek.

Kakek           :  Anggrek pada kuburan? Tentu nantinya mereka akan meletakkan setampir nasi tumpeng.

Nenek           :  Anggrek!

Kakek           :  Nah, kini kau tahu, kuburan siapa itu, kan?

Nenek           :  Aku tak menyangka kalau ada orang yang memasang bunga anggrek.

Kakek           : Itu kuburan Mas Parto, Kasir Pegadaian.

Nenek           :  Mas Parto? Apa ia mati?

Kakek           : Mereka baru saja menguburnya.

Nenek           : Mas Parto, Yah. Buat lelaki tak jadi soal benar umur itu. Baru saja ia melewati usia sembilan puluh.

Kakek           :  Selama hidupnya, ia telah mengenyam madu kehidupan. Segala bentuk kesenangan; dari arak, perempuan, dan perjudian, segala. Ia punya cara yang jelas.

Nenek           :  Uang mengalir seperti air. Anggrek. Dikubur bersama dengan kuburan isterinya.

Kakek           :  Setelah limapuluh tahun bersama, baru di situlah mereka bersanding tanpa bertengkar lagi.

Nenek           :  Aku tak tahu, ketika hendak memesan nisan, apakah mereka akan mencantumkan huruf-huruf yang berbunyi: Mas Parto dan Isteri. Dalam mautpun mereka tak terpisahkan.

Kakek           :  Sudahlah…

Nenek           :  “Dalam maut”…

Kakek           : Jangan mulai lagi.

Nenek           : Aku tahu, apa-apa saja yang akan dikatakan orang tentang dia.

Kakek           :  Harusnya kita tak berhenti di sini. Setiap kali kau akan selalu terpaku.

Nenek           :  Di mana mereka akan mengubur kita, heh?

Kakek           :  Hari begini sudah terlambat untuk berfikir begitu. Sudah hampir waktunya buat makan malam.

Nenek           :  Di mana mereka akan mengubur kita? Dalam sebuah lubang yang hina dan terasing.

Kakek           :  Cobalah berfikir tentang yang lain. Berfikirlah tentang pindang bandeng.

Nenek           :  Tak heran kalau di pinggir jalan kereta api. Di suatu tempat dimana tak pernah dikunjungi seorangpun. Dan mereka akan mengubur kau di dalam sebuah lubang buruk lainnya. Pada lubangmu sendiri. Kita akan terpisah.

Kakek           : Jika kita berdua sudah mati, apalagi yang hendak dipikirkan?

Nenek           :  Dikubur bersama orang-orang asing. Sungguh tak pantas. Aku bahkan tak sempat berfikir akan mendapatkan hiasan yang layak. Tak banyak yang kumaui. Sebuah batu nisan yang sederhana, untuk memberitahu siapa yang terkubur di dalamnya.

Kakek           :  Kita tak mampu membiayai penguburan kita sendiri. Bahkan buat membiayai menggali lubangnya, kita tidak mampu.

Nenek           :  Aku suka kuburan marmer yang megah.

Kakek           :  Biayanya begitu banyak.

Nenek           :  Sebuah nisan yang besar diukir begitu indahnya.

Kakek           :  Beratus-ratus ribu. Kita tidak punya beratus-ratus ribu.

Nenek           :  Dan pada nisan itu ditulis : Pamujo dan Norma, dalam maut mereka tak terpisahkan. Tapi mereka akan memisahkan kita. (HENING) Jika kita punya uang, kita bisa bersama-sama selalu, selama-lamanya, sampai akhir zaman.

Kakek           : Kita tidak mempunyai uang. Kita tak pernah mempunyainya. (HENING)

Nenek           :  Salah siapa itu?

Kakek           : Itu cerita lama, sayang. Biarlah berlalu.

Nenek           :  Jika kau seorang milioner, kau bisa membeli kuburan sendiri yang terbuat dari batu marmer putih. Kau dapat membeli pemakaman keluarga sendiri. Jika kau seorang milioner.

Kakek           : Aku tidak pernah ditakdirkan jadi milioner.

Nenek           :  Mas Parto menumpuk uang. Otaknya tidak seperempat cerdas otakmu, tapi ia menumpuk uang. Tanpa pertolongan isterinya. Ekonomi? Ia tak mengerti arti kata itu. Tapi di sana mereka terbaring bersama ditutupi bunga anggrek, tinggal menunggu batu nisannya saja.

Kakek           :  Aku tak dapat mencari uang.

Nenek           :  Sudah kukatakan. Berkali-kali sudah kukatakan bagaimana. Kau tak mau mencari uang. Itulah kesukarannya.

Kakek           :  Aku bekas seorang pembuat sepatu, kubikin sepatu.

Nenek           :  Seharusnya kau mudah mencari uang.

Kakek           :  Dalam bertahun-tahun kita nikah, tak pernah kakimu beralas.

Nenek           :  Seharusnya kau jadi tukang daging. Jual daging banyak dapat uang. Berapa harganya sepotong limpa, dan yang bagaimana yang bisa mengalirkan uang. Kita bisa menghemat, hari demi hari. Aku sudah bisa jadi seorang milioner, jika sekiranya kau menjadi seorang penjual daging.

Kakek           :  Aku tak bisa membayangkan jadi sesuatu selain jadi tukang sepatu.

Nenek           :  Jika dulu kau mau menurut saranku, kau sekarang sudah jadi milioner.

Kakek           :  Aku tak tahu kau ingin jadi milioner. Kukira kau hanya menggoda.

Nenek           :  Menggoda! (HENING)

Kakek           :  Kau telah mengawini lelaki yang salah.

Nenek           :  Aku melakukan kewajibanku mendorong kau, kau katakan itu menggoda.

Kakek           :  Kau harus mengawini lelaki yang pintar cari uang. Seperti Mas Parto. Aku tak punya bakat untuk berbuat begitu, maka akan sia-sia saja meski kucoba. Tapi aku menjalaninya bersama kau. Tiap lebaran kubelikan kau pakaian, dan segala macam yang bisa kucapai dengan uangku. Jika kau menghendaki orang yang pandai memberi uang, seharusnya kau kawin dengan orang lain.

Nenek           :  Jika kau tak mau aku mendorongmu, mengapa dulu kau minta aku jadi isterimu?

Kakek           : Semua yang kau pikirkan, adalah batu nisan, itulah.

Nenek           :  Apalagi yang bisa kita pikirkan?

Kakek           :  Aku.

Nenek           :  Kau bahkan tak punya batu nisan sendiri.

Kakek           : Aku tidak mau bicara tentang batu nisan.

Nenek           :  Lalu apa yang sedang kau pikirkan?

Kakek           :  Aku.

Nenek           :  Kau.

Kakek           :  Kau katakan aku telah menyia-nyiakan seluruh waktuku.

Nenek           :  Apa lagi yang telah kau lakukan dengan waktumu? (TERDENGAR SUARA BEDUG DIPUKUL DI KEJAUHAN. OBROLAN MEREKA TERHENTI)

Nenek           :  Senja telah datang.

Kakek           : Selalu datang setiap hari. (HENING) Tak bisakah kau melupakannya?

Nenek           : Semakin dingin.

Kakek           : Pegang tanganku. (KAKEK MEMEGANG TANGAN NENEK)

Nenek           :  Suara bedug itu.

Kakek           : Nanti jangan lewat ke sini lagi. (TERDENGAR SUARA ADZAN)

Nenek           :  Adzan.

Kakek           :  Waktunya sembahyang.

Nenek           :  Kita pergi. (HENING) Mari.

Kakek           :  Kukira sudah terlambat menghendaki jadi milioner sekarang. (HENING)

Nenek           :  Ada pindang bandeng buat malam.

Kakek           : Bandeng, eh?

Nenek           :  Dan sambel petai dan sayur lodeh.

(MEREKA MENGGOTONG KERANJANG BELANJAAN MEREKA DAN PERGI. NENEK MENGHENTIKAN LANGKAHNYA, MEMANDANG KE ARAH TUMPUKAN BUNGA-BUNGA)

Nenek           :  Anggrek!

Kakek           :  Kau tak dapat makan bandeng kalau nasinya dingin. (PERLAHAN KAKEK MENDORONGNYA LAGI)

Nenek           :  Tidak. Tak ada yang dapat melebihi pindang bandeng dan sepiring nasi hangat.

MEREKA PERGI. FADE BLACK OUT.

– S E L E S A I –

Tik Ulang

Bandung , 4 Mei 2001

Ocky Sn

Karya : David Campton

TAKKAN SAMPAI DISINI !!!

TOKOH :

  1. Isabella
  2. Ningrum
  3. Ajeng
  4. Vander Capello
  5. Sri Ayu Diningrat
  6. Margaretta
  7. Van Owen

27 Desember 1932        pasukan Belanda menduduki Indonesia yang dengan kekuasaannya membuat rakyat Indonesia sangat menderita akibat perlakuan Bangsa Belanda yang tidak berprikemanusiaan. Pada saat itu kaum laki-laki dan kaum wanita dibedakan, kaum wanita yang lemah didiskriminasi oleh Bangsa Belanda menjadi wanita yang tidak punya masa depan.

Di masa itu juga system pendidikan di Indonesia dilarang, tidak ada satupun orang Indonesia yang diperbolehkan bersekolah, jika ada itupun sangat sedikit yaitu dari kalangan Ningrat. April 1935 berdirilah sebuah sekolah pertama Belanda “Indische of federation School” yang dimiliki oleh Vander Capello ketua pasukan militer Belanda. Sekolah itu hanya diperuntukkan bagi anak-anak company Belanda yang tinggal di Indonesia dan dari kalangan Ningrat bangsa Indonesia. Sedangkan rakyat Indonesia kalangan bawah hanya dipaksa menjadi budak Belanda yang bekerja tanpa upah di sebuah organisasi perbudakan milik Belanda yang mana seluruh gerak-gerik organisasi diawasi langsung oleh Ny. Isabella (istri Vander Capello) yang sangat kejam.

Ajeng dan Ningrum merupakan salah satu korban organisasi perbudakan milik Belanda, tetapi Ajeng memiliki semangat yang tinggi untuk belajar, sampai-sampai ia belajar secara sembunyi-sembunyi di belakang Belanda, dia berharap dengan belajar, semoga ada secercah harapan untuk kebebasan rakyat Indonesia dari bangsa Belanda, terutama dari segi pendidikannya.

16 januari 1940, pagi hari di tempat Organisasi perbudakan milik Belanda.

Ajeng                  : (melihat keluar jendela kea rah gedung sekolah milik  Belanda sambil  memperhatikan orang-orang yang sedang belajar)

Ningrum               : (dengan suara pelan) Sst..sstt..Ajeng! Janganlah kamu melihat keluar jendela terus memandangi kaum terhormat sedang belajar, kita sebagai budak tidak pantas melakukannya, nanti jika Ny. Isabella tahu, habislah kamu! Ayo cepat kerjakan tugasmu Ajeng!

Ajeng                  : E..e..e..iya..iya.., aku lupa Ningrum. Maafkan aku. Mm.. seandainya saja kita bisa bersekolah seperti mereka. (dengan nada yang menggambarkan kebencian kepada Belanda)

Ningrum               : Hmm..tapi itu tidak akan pernah terjadi Ajeng, kita dan generasi selanjutnya akan tetap menjadi budak bagi kaum Belanda. (dengan nada sedih)

Tiba-tiba percakapan mereka diketahui oleh Ny. Isabella, kemudian…

Ny. Isabella         : (sambil memukul meja dengan kipas) hei yei berdua! Dasar pemalas! Bisanya yei hanya bicara-bicara saja saat kerja hah? Yei orang tidak tahu terima kasih, sudah bagus yei berdua I izinkan untuk bekerja di tempat my husband punya organisasi. Dasar budak bodoh..

Ajeng & Ningrum  : ( berlutut) Ampuni kami nyonya besar!

Ningrum               : (berlutut) tolong maafkan kami nyonya! Kami tidak akan melakukannya lagi!

Ajeng                  : (berlutut) iya nyonya, kami tidak akan mengulanginya lagi.

Ningrum               : Apapun yang nyonya inginkan akan kami turuti.

Ny. Isabella         : Good..!(kemudian menampar Ajeng & Ningrum) hah, itu yang I inginkan. HHAHAHHA.

Tanpa disadari ketika Ny. Isabella mau pergi, tiba-tiba sebuah buku jatuh dari dalam laci meja Ajeng dan Ningrum, kemudian…….

Ny. Isabella         : Apa itu? (sambil melihat isi buku tersebut) siapa punya ini buku? Yei berdua? Jawab I punya pertanyaan! Cepat!

Ajeng dan Ningrum hanya diam dan ketakutan.

Ny. Isabella         : Oo.. jadi yei orang tidak mau jawab hah? Ternyata yei orang mau coba-coba belajar sembunyi-sembunyi di belakang I punya company ? mau jadi budak pintar rupanya! Ok, tidak mau answer juga, van Owen ke sini!

Van Owen            : Ada apa nyonya Isabella?

Ny. Isabella         : Pukul kaki ni orang sampai mereka jujur dengan I punya pertanyaan!cepat!

Van Owen            : Baik Nyonya.

Ketika Owen akan memukul kaki mereka dengan tongkat besi, kemudian…….

Ningrum               : it..ituu buku saya Nyonya!(dengan posisi berlutut) ampun nyonya, maafkan saya, saya berjanji tidak akan melakukannya lagi. Ampun nyonya.

Ny. Isabella         : Haha..(menampar/menganiaya) jadi ini buku yei? Dasar liar, Van Owen bawa ni orang ke penjara bawah tanah dan siksa dia disana. Berani rupanya dia dengan Belanda.

Van Owen            : baik Nyonya. Ayo! You orang ikut I! (memperlakukan dengan kasar)

Ajeng                  : (hanya bisa terdiam dan menahan tangis)

Ny. Isabella         : Ny. Isabella    : ei disini dengar semua! Yei semua tidak pantas belajar, yei hanya pantas jadi budak I, jika my husband tahu ini kejadian, you orang bisa dibunuh! Mengerti!HAHHAHa.

Sebenarnya buku itu adalah buku milik Ajeng, akan tetapi entah kenapa Ningrum mengatakan bahwa itu adalah bukunya, di saat itulah Ajeng mengira kalau Ningrum telah membelanya, yang membuat Ajeng merasa bertambah semangat lagi untuk belajar dan membalas dendam kepada Belanda juga untuk tidak menyia-nyiakan pengorbanan Ningrum kepadanya.

Sore harinya karena tergesa-gesa dengan perasaan takut, tanpa disengaja Ajeng menabrak Ibu Sri, Sri adalah seorang guru pembantu yang mengajar di sekolah milik Belanda dikarenakan Sri berasal dari keluarga Ningrat Indonesia. Sebetulnya memperbolehkan Sri mengajar di sekolah milik Belanda adalah salah satu politik Belanda untuk mengambil hati rakyat Indonesia terutama keluarga ningrat.

Ajeng                  : Hh..ehhee..(terengah-engah) dan (brukk)(ketakutan)maafkan saya bu! (sambil membantu merapikan buku yang terjatuh)

Sri                      : Ah..tidak apa-apa nak! Lain kali jalannya hati-hati ya! Mm.. wajah kamu kenapa? Memar seperti dipukuli orang.

Ajeng                  : Ah? Memar? Oh..tidak apa-apa, saya hanya terjatuh saja tadi pagi (langsung berlari)

Sri                      : hei..! siapa namamu nak? Heh..kenapa dia kelihatan tergesa-gesa sekali? Kasihan anak itu, wajahnya begitu pucat.

Di saat yang sama di rumah Vander Capello …

Vander Capello    : van Owen! Come here! (sambil duduk di kursi kebesarannya)

Van Owen            : Siap jendral. Ada apa Jendral panggil I?

Vander capello     : you orang adalah prajurit I yang I percaya, right?

Van Owen            : thank You jendral

Vander capello     : tadi I dengar ada keadaan rebut-ribut di tempat I punya organisasi, ada apa itu?

Van owen             : tadi ada budak Indonesia punya, dia coba-coba belajar sembunyi-sembunyi di belakang kita jendral, dia bawa buku bacaan ke tempat dia working tetapi dia orang ketahuan oleh Nyonya Isabella, sekarang dia orang dikurung dan disiksa di penjara bawah tanah jendral.

Vander Capello    : Apa? Kenapa you bisa ceroboh Owen? Biarkan budak bisa belajar dan bawa buku di tempat I punya organisasi, ini memalukan. Bedebah..

Van Owen            : I am sorry jendral, I janji tidak akan ulangi lagi.

Vander Capello    : Ok, I pegang you punya janji Owen. O ya, satu lagi, I mau beritahu you bahwa beberapa hari lagi keponakan I AKAN TIBA DI Indonesia namanya Margaretta. Jadi, you I tugaskan untuk menjaga dia selama di Indonesia, mengerti!

Van Owen            : Mengerti Jendral.

Beberapa hari kemudian…

Ajeng                  : (sedang mempelajari sebuah buku dengan cara sembunyi-sembunyi agar tidak diketahui Belanda)

Tiba-tiba….

Van owen             : Hei kamu wanita! Apa itu?

Ajeng                  : (sambil menyembunyikan buku tersebut)heh.. bukan apa-apa tuan!

Van Owen            : I tahu you orang baca buku sembunyi-sembunyi hah? Kenapa you baca buku di tempat my jendral punya kekuasaan? Dasar tak punya brain! Tak bermartabat, jika I punya jendral tahu, yei akan dikurung di penjara dan disiksa.

Ajeng                  : jangan tuan, ampuni saya

Van Owen            : hahaha.. baik, I piker you orang punya tampang I suka, jadi you orang harus ikut I punya tampang handsome, kalau tidak I kurung you dipenjara.

Ajeng                  : Jangan tuan..

Van owen             : baik(menampar)jadi yei tidak mau ikut I punya perintah?

Ajeng                  : (lari) tolong..tolong saya..

Van owen             : jangan lari yei.

Tiba-tiba di tengah jalan Ajeng bertemu Sri.

Ajeng                  : Tolong saya bu, saya dikejar company Belanda! Dia mau menangkap saya bu! Saya tidak mau ditangkap olehnya. Tolong saya bu!(berlutut)

Sri                      : Apa? Baik nak. Cepat sembunyi di belakang saya.

Van Owen            : Hei yei! Oo.. you orang guru Indonesia itu bukan? Cepat berikan dia orang pada I!

Sri                      : Tidak! Saya tahu anda akan berbuat sesuatu yang buruk kepadanya kan?

Van Owen            : Siapa bilang? I Cuma mau bicara-bicara saja sama dia orang.

Sri                      ; Apa itu betul nak?

Ajeng                  : tidak bu, dia mau berbuat jahat terhadap saya.

Van Owen            : Kemarikan dia! Dia sudah lancang coba-coba baca buku di tanah my jendral punya kuasa, dia harus ditangkap.

Sri                      : Baik, saya akan serahkan anak ini kepada anda, tetapi jangan salahkan saya kalau perbuatan anda saya adukan kepada Vander Capello karena anda sudah berkhianat kepada company anda dengan tidak sengaja melindungi anak ini kalau dia mau menuruti perintah anda, nah sekarang siapa yang rugi?

Van Owen            : Bedebah..!Dasar wanita ! Kali ini I lepaskan ni orang tapi lain kali (krekkhh)

(sambil meninggalkan Ajeng dan Sri)

Ajeng                  : terima kasih bu, ibu telah mau menyelamatkan saya (berlutut)

Sri                      : (sambil mengangkat Ajeng untuk berdiri) itu bukan apa-apa nak, siapa yang mau melihat kaumnya dijajah oleh kaum lain di depan matanya sendiri, itu menyakitkan sekali bagi saya jika saya tidak mampu berbuat apa-apa. Oya siapa namamu nak?

Ajeng                  : Nama saya Ajeng bu. Saya hanya seorang budak yang bekerja pada Belanda

Sri                      : Ajeng panggil saya Bu sri. Hmm..selama Belanda disini, kehidupan rakyat Indonesia semakin susah, apalagi bagi kaum yang tidak berkepunyaan, saya merasa berkhianat terhadap bangsa saya sendiri, membiarkan saya mengajar di sekolah milik Belanda dan membiarkan rakyat saya sendiri bodoh dan hanya menjadi budak bagi kaum tamu di negeri saya sendiri.

Ajeng                  : Bu Sri jangan bicara seperti itu! Sebetulnya kalau kita sadari, jika kita bersatu membangun sebuah kekuatan yang kuat, kita pasti bisa mengalahkan pasukan Belanda. Saya yakin rakyat kita jika diperbolehkan bersekolah pasti akan lebih pintar daripada mereka. Tetapi entah kenapa perasaan untuk saling bekerjasama diantara kita itu sangat kurang.

Sri                      : Ya Allah! Berkatilah anak ini, Ajeng ibu bangga sekali denganmu nak! Ibu berjanji, ibu akan berusaha juga!Nah, ambillah buku ini, bacalah secara sembunyi-sembunyi di belakang Belanda, jangan sampai kamu ketahuan lagi ya! Kalau sudah selesai kembalikan buku itu kepada ibu, nanti ibu akan meminjamkan yang lainnya lagi.(sambil melihat kiri kanan)

Tiba-tiba tidak disadari percakapan mereka didengar oleh seorang company Belanda. Bagi Sri dan Ajeng, orang itu begitu asing seperti belum pernah mereka lihat sebelumnya. Seorang wanita dengan bukunya yang hanya memandangi mereka tanpa sepatahpun lalu wanita itu pergi menuju arah rumah Vander capello. Ajeng dan Sri sangat takut.

Ajeng                  : Ibu…aku harus pergi sekarang! Belanda sudah melihat kita. Mungkin saya akan ditangkap bu.

Sri                      : Tunggu dulu Ajeng, ibu rasa ibu baru pertama kali melihatnya, siapakah dia?

Kenapa dia hanya diam menyaksikan kita?

Ajeng                  : saya tidak tahu bu, yang jelas sesuatu yang besar akan datang.

Sri                      : Ibu harap itu tidak akan terjadi

Vander Capello sedang duduk di kursi kebesarannya sambil melihat-lihat berkas surat-surat yang akan ditandatanganinya. Kemudian masuklah istrinya Isabella.

Ny. Isabella         : hello my dear ! (menuju tempat Vander duduk)

Vander Capello    : Hello darling

Ny. Isabella         : I dengar hari ini Margaretta akan tiba di Indonesia, apa you tahu?

Vander Capello    : Ya, I know ini hari Margaretta akan tiba di Indonesia, tapi you jangan kuatir, I sudah perintahkan Owen menjemputnya.

Ny. Isabella         : Bagus my dear, I know you akan lakukan itu, karna I tahu you sangat sayang dia (sambil menuju pintu keluar)

Beberapa saat kemudian……..

Vander Capello    : Isabella..! come here honey!

Ny. Isabella         : ada apa you panggil I?

Vander Capello    : You sudah lihat Owen dan Margaretta tiba di sini?

Ny. Isabella         : No, I belum lihat

I ke dapur dulu, I mau lihat I punya pelayan apakah masakan untuk sambut Margaretta sudah siap?

Tiba-tiba….

Van Owen            : Jenderal!

Vander capello     : Ah.. you sudah datang rupanya, kenapa you lama sekali jemput I punya keponakan? Mana dia Margaretta?

Van Owen            : Sorry jendral I sudah cari nona margaretta tapi I tidak bertemu dengan dia

Vander Capello    : dasar yei bodoh, lalu itu siapa?

Oh.. margaretta! Welcome in Indonesia. I lihat you semakin cantik saja.

Margaretta          : Thank you uncle. Lama I tidak jumpa dengan you. I rindu sekali dengan you punya senyuman. Mm..mana bibi Isabella, uncle?

Isabella pun masuk …

Ny. Isabella         : Hei..you sudah disini hah? I rindu sekali sam you margaretta! Yei tahu you punya uncle tidak sbar untuk meet dengan you

Vander capello     : hahaha..I jadi malu

Margaretta          : Uncle, I sekarang sudah disini, apa tidak ada kejutan untuk I?

Vander Capello    : Oh .. I lupa, I punya kejutan untuk you. Nanti I lihatkan pada you.

Ny. Isabella         : Ayo Margaretta! Sekarang kita makan, bibi sudah buatkan you punya makanan favorite.

Margaretta          : Ok. Bibi Isabella. Nanti I kesana.

Vander Capello    : Uncle tunggu di meja makan ya!

Vander Capello dan Isabella menuju ruang makan, sementara itu…….

Van Owen            : Mm..bagaimana bisa Nona margaretta tiba di sini? Padahal I tidak ketemu dengan nona(gugup)

Margaretta          : Jadi you yang uncle suruh jemput I? hahaha..I dengar you orang kepercayaan my uncle,right?

Van Owen            : iya nona

Margaretta          : I mau Tanya you, apakah yei tadi memang betul-betul cari I hah?

Van Owen            : betul nona Margaretta, I sudah mencari nona kemana-mana, tapi I tidak ketemu with nona Margaretta.(menjelaskan dengan gugup)

Margaretta          : Van Owen, I tahu you liar, you tahu kenapa you tak bisa temukan I? I tahu apa yang you lakukan tadi with wanita-wanita itu. Nampaknya, ada hal yang mencurigakan yang disembunyikan my uncle dari I. Remember tadi I sudah Bantu you! Sekarang I mau you Bantu I. kalau tidak I akan laporkan ke uncle. Bgaimana?

Van Owen            : hhee.. baik nona

Lalu van Owen menceritakan semua kejadian yang terjadi di Indonesia sebelum Margaretta datang. Mulai dari dilarangnya system pendidikan bagi rakyat Indonesia dan system perbudakan yang diharuskan, yang pada awalnya membuat Margaretta mendukung pamannya.

Setelah makan bersama, sore harinya Vander Capello menemui Ningrum di penjara bawah tanah.

Vander capello     : hei budak! Berlutut! (mencambuk)

Ningrum               : Ampuni saya tuan! ( sambil menahan sakit)

Vander capello     : jadi yei mau menantang Belanda hah? Mau coba-coba jadi hero? Tapi you stupid people, I sudah selidiki kalau sebenarnya..,you bukan punya itu buku! Karena beberapa hari yang lalu I punya prajurit tes you membaca dan ternyata semua bacaan you salah! Jadi intinya you buta huruf

Ningrum               : hah? Tapi saya bisa membaca tuan!(membela diri)

Vander capello     : You tahu ini apa? (sambil mengeluarkan pistol), I paling tidak suka jika seseorang liar ke I, baik dalam hitungan 3 I akan tembak you. One, two..

Ningrum               : ahahahha.. tunggu dulu tuan! Semua yang tuan katakan itu benar, saya buta huruf, tetapi..seharusnya anda berterima kasih kepada saya tuan.

Vander capello     : berterima kasih?

Ningrum               : Ya, saya berpura-pura membela seseorang yang punya buku itu supaya saya dapat ditangkap dan bertemu dengan anda tuan, karna saya tahu bertemu dengan anda itu sangat sulit sekali.

Vander capello     : bertemu dengan I? ada urusan apa you bertemu dengan I?

Ningrum               : ternyata tuan tidak sepintar yang say pikirkan, saya akan memberitahu tuan tentang rahasia besar, tapi ada syaratnya.

Vander Capello    : Apa syaratnya?

Ningrum               : Saya akan bekerja sama dengan tuan untuk menghancurkan rakyat saya. Tetapi tuan harus bayar saya 4 kali lipat.

Vander Capello    : hhhaa, yei pikir I percaya begitu saja pada you?

Ningrum               : Anda tahu, sebetulnya saya benci terlahir sebagai orang Indonesia yang bodoh dan miskin. Karna itu saya mau bergabung dengan anda. Dan anda tahu? Sekarang ini ada yang merencanakan pemberontakan di belakang anda.

Vander Capello    : Apa? Pemberontakan? Siapa?

Ningrum               : Namanya Ajeng, dia ingin sekali bersekolah, dan tanpa anda sadari dia membuka sekolah untuk rakyat Indonesia secara sembunyi-sembunyi di belakang anda.

Vander capello     : Bedebah!Okay, I akan kirim orang untuk membunuhnya.

Ningrum               : jangan tuan, makanya saya tadi menyuruh anda melepaskan saya, nanti saya akan menjadi mata-mata untuk anda, karna Ajeng mengganggap saya sahabatnya jadi dia tidak akan curiga. Dan lagi pula kita tidak tahu dimana sekolah itu berada. Bagaimana?

Vander Capello    : Baik, tapi jika you khianati I, I bunuh you.

Vander Capello melepaskan Ningrum dan ditugaskan untuk memata-matai Ajeng. Ternyata Ningrum adalah seorang pengkhianat Indonesia.

Pagi hari Ajeng menunggu ibu Sri untuk meminjam buku pelajaran, karna sudah beberapa minggu ini ibu Sri ikut membantu menjalankan sekolah yang didirikan Ajeng, di sebuah tempat terpencil yang mungkin susah ditemukan Belanda.

Ajeng                  : (dengan suara pelan) bu, apakah ibu dapat buku-bukunya?

Sri                      : iya Ajeng, akhirnya ibu dapat buku-bukunya dengan sembunyi-sembunyi supaya tidak ketahuan Belanda, nah ini dia ambillah.

Ajeng                  : terima kasih banyak bu (lalu pergi sambil berhati-hati)

Tiba-tiba tanpa disadari…..

Margaretta          : Hei you stop! I tahu you bawa buku milik company Belanda hah?

Ajeng                  : kamu..?(terkejut dan buku-buku terjatuh)

Margaretta          : Mau kemana yei bawa itu buku-buku?(mendekat dan membantu merapikan buku)

Ajeng                  : hah? (tercengang)

Margaretta          : Kenapa you tidak jawab I punya pertanyaan?you takut dengan I?

Ajeng                  : Apakah kamu mau menangkap saya?

Margaretta          : Mm..kalau ya I mau tangkap you kenapa?

Ajeng                  : (berlari) ibu Sri…

Margaretta          : Hei jangan lari you!I Cuma ..(mengejar Ajeng)

Sri                      : Ada apa Ajeng?

Ajeng                  : Ada orang Belanda mengejar saya.

Margaretta          : Hei, I sudah kata pada you jangan lari.

Sri                      : Mau apa lagi kamu company?hah?Bukannya kamu….

Margaretta          : (mengangkat kedua tangan ke atas) Nama I Margaretta, I keponakan vander Capello. You tahu I sudah ikuti you dalam beberapa hari ini, pertamanya I mau laporkan you punya organisasi sembunyi-sembunyi kepada I punya uncle, tetapi entah kenapa hati I berkata lain, serasa hati ini tidak bisa lihat kaum you diperlakukan seperti ini.

Ajeng                  : (mendekati Margaretta) jadi kamu mau membantu kami?

Sri                      : Ajeng jangan mempercayai dia, mana tahu itu akal-akalannya saja untuk menangkap kita!

Margaretta          : Hei you, I tidak liar pada you, I benci keadaan seperti ini, sebagai bukti I akan Bantu you memfasilitasi yei orang punya sekolah, I akan Bantu untuk mengajari mereka bahasa asing, taktik perang dan lainnya. Percaya sama I, I tidak akan mengkhianati kalian.

Ajeng                  : Apa?betulkah itu? Terima kasih Margaretta. (sambil bersalaman)

Sri                      : Ternyata kaummu ada juga yang baik. Nama saya Sri, panggil saja Ibu Sri, dan iini Ajeng orang yang mendirikan sekolah itu.

Ajeng                  : Mari ikut kami ke sekolah yang akan kita pimpin.

Akhirnya, margaretta memutuskan membantu Ajeng dan Sri untuk membantu pendidikan di Indonesia bebas dari system perbudakan. Ajeng dan Sri pun menerima baik kedatangan Margaretta.

Tanpa disadari percakapan mereka diawasi oleh Ningrum, akan tetapi Ningrum tidak bisa melihat Margaretta, karna terhalang oleh batang pohon yang besar. Ningrum pun mengadukan kepada vander capello.

Ningrum               : Tuan, saya punya informasi penting untuk tuan.

Vander capello     : Cepat kasih tahu!

Ningrum               : Tuan tahu siapa selama ini yang membantu ajeng mendapatkan buku pelajaran?

Vander capello     : Tidak, I tidak tahu, memangnya siapa?

Ningrum               : Dia adalah guru yang mengajar di sekolah milik company anda sendiri yaitu Ibu Sri

Vander Capello    : Apa? Jadi selama ini dia mengkhianati I? Bedebah!!

Ningrum               : dan ada satu orang lagi, yang saya rasa dari orang dalam tuan, tapi maafkan saya, saya tidak bisa melihat wajahnya karna dihalangi oleh batang pohon yang besar.

Tiba-tiba datang Ny. Isabella yang sudah daritadi mendengarkan percakapan Vander Capello dengan Ningrum.

Ny. Isabella         : Orang dalam?Brengsek!Siapa itu orang?vander, you harus cepat tindak ini kasus, kalau tidak akan berbahaya bagi kita

Vander Capello    : Baik, hei Ningrum you terus cari tahu siapa orang ketiga itu, dan jangan lupa yei ikuti dimana sekolah itu berada. Besok I akan bunuh mereka orang yang terlibat dalam kasus ini.

Ningrum               : Baik tuan. Tapi mana uangnya?

Beberapa saat kemudian margaretta pulang, kemudian Van Owen melaporkan semua kejadian yang terjadi kepada Margaretta.

Van Owen            : Sst..Sstt..Nona!ikut I!

Margaretta          : Ada apa van Owen?

Van Owen            : (bercerita tentang semuanya)

Margaretta          : Apa?rupanya ada orang yang memat-matai kami?I harus beritahu Ajeng dan Sri

Van Owen            : Tapi Nona, malam ini ada pemeriksaan seluruh anggota company Belanda, tersangkut ada orang ketiga dari kita punya company, nanti jika nona tidak ada nona bisa dicurigai.

Margaretta          : Bilang saja I sakit dan tidak bisa diganggu(sambil pergi)thank you van owen

Akhirnya Margaretta memberitahu Ajeng dan Sri akan kejadian itu, dan pada malam itu juga Ajeng, Sri, dan Margaretta memberitahu rakyat Indonesia yang sudah dikumpulkannya untuk berjuang bersamanya melawan pasukan Belanda. Dengan semangat juang yang tinggi akhirnya banyak orang Indonesia yang sadar dan mau berjuang bersama mereka.

Sedangkan di tempat Vander capello….

Vander capello     : Margaretta..?Dimana dia orang?

Van Owen            : Nona Margaretta sedang rest Jendral, katanya nona dia tidak mau diganggu siapa pun.

Vander capello     : termasuk I?open the door Owen!

Van Owen            : I tidak bisa bukakan pintu ini untuk you jendral. Iam sorry.

Ny. Isabella         : hhaaa…Hei my dear, percuma you buka pintu itu karna Margaretta tidak ada di dalam, yei tahu yei punya keponakanlah orang ketiga itu.

Vander Capello    : Tidak mungkin,impossible.

Ny. Isabella         : Sekarang tunggu apalagi, ayo kita bunuh penghianat-penghianat itu.

Vander capello     : I tidak sanggup untuk bunuh I punya keponakan (sambil tertegun)

Ny. Isabella         : Dasar stupid

April 21,1942 terjadilah perjuangan sengit antara belanda dan Indonesia, pada awalnya peperangan ini tidak adil, karna Belanda dilengkapi oleh senjata yang canggihsedangkan Indonesia hanya memakai bamboo runcing saja. Jika ada itupun peralatan perang yang berhasil dicuri oleh Margaretta dari companynya. Dan akhirnya berkat kecerdikan dan kerjasama rakyat Indonesia, Indonesia pun menang dan dapat mengalahkan Belanda.

Ajeng                  : Akhirnya kita Bebas…!!!Merdeka!merdeka!

Sri                      : Merdeka Indonesia!terimakasih Ya Allah..

Margaretta          : Akhirnya kalian bebas..! I ikut senang(sambil bersalaman)

Siang hari Ajeng, Sri dan Margaretta menuju tempat Vander Capello.. margaretta melihat pamannya duduk di kursi kebesarannya dengan beberapa botol racun.

Margaretta          : Uncle..! apa yang uncle lakukan? Kenapa uncle minum ini racun hah?(menangis)

Vander Capello    : I sudah kalah Margaretta, I hidup pun percuma hanya akan menanggung rasa malu I, tetapi I sungguh menyesal telah berbuat jahat pada Indonesia people, seandainya saja I bisa putar waktu I tidak akan lakukan ini situasi, tetapi I bangga dengan you Margaretta dan 2orang temanmu itu. Maafkan uncle.

Margaretta          : uncle….!

Tiba-tiba masuklah Isabella.

Ny. Isabella         : Hei Indonesia people! I belum kalah (sambil membawa pistol) hei Margaretta! You bahagia melihat you punya uncle dia seperti itu? You bahagia mengkhianati your company ha?(berteriak)

Margaretta          : Bibi, you sekarang sudah kalah, menyerahlah!

Ajeng                  : Ny. Isabella lihatlah sekarang company anda sudah kalah!Anda tidak bisa berbuat apa-apa lagi, sebaiknya anda menyerah saja! Kami tidak akan melakukan apa-apa kepada anda!

Sri                      : betul itu Ny. Isabella

Kemudian Isabella tertawa dan menembakkan pistol kea rah margaretta, akan tetapi…

Ajeng                  : kamu tidak apa-ap margaretta?

Margaretta          : I tidak apa-apa, apa ini?darah? punggung you berdarah,ajeng!

Sri                      : Ajeng…

Ternyata yang terkena tembakan itu adalah Ajeng, seorang gadis yang paling berjasa menyelamatkan Indonesia Merdeka.

Margaretta          : Owen , bunuh dia!

Van Owen            : baik nona!

Ajeng                  : hhhheh.. Sri, margaretta saya senang sekali berjuang bersama kalian, maafkan aku tidak bisa meneruskannya lagi, jagalah Indonesia untukku! Buatlah rakyat Indonesia menjadi orang yang pintar

Sri                      : Kamu pasti kuat Ajeng, tolong tahan sebentar, sebentar lagi dokter akan datang! kau pasti bisa

Margaretta          : Hei, you bisa Ajeng sebentar lagi orang akn selamatkan you tiba

Van Owen            : Nona itu dia orang yang memata-matai organisasi Nona dan nona punya teman

Sri                      : Bunuh dia Tuan

Margaretta          : Bunuh dia Owen!bedebah

Ajeng                  : Ternyata Ningrum yang menghianati kita, tega sekali kamu Ningrum, aku piker kamu sahabatku, Eheh.. aku tidak kuat lagi. Maafkan aku.

Mar & Sri            : Tidak……

Ajeng rela mengorbankan nyawanya untuk memperjuangkan Indonesia merdeka dan menyelamatkan Margaretta dari Isabella. Keesokan harinnya Sri dan Ajeng mengibarkan bendera Indonesia untuk pertama kalinya dan menyanyikan lagu Indonesia Raya.

MALIN KUNdang new version

TOKOH :

  1. Malin
  2. Micelle (ibu Malin)
  3. Buyuang (mucikari)
  4. tukang jual air aka
  5. Maisaroh (penjual Koran)
  6. Surti (pembantu)
  7. pembeli Koran
  8. Operator
  9. Peminta sumbangan

BANTUAK IKO CARITONYO …….

Dahulu kala, di daerah terpencil di Sumatera Barat, hiduplah seorang ibu dan anaknya yang bernama Malin. Mereka hidup miskin bangsat. Walaupun mereka miskin, mereka memiliki mucikari yang sangat setia, yang hanya dibayar dengan secuil bakwan. Setiap hari, Malin dan mucikarinya bekerja mencari kayu bakar di hutan.

Malin                    : Nde yuang, baa iduik den bantuak iko se taruih? Sial bana iduik den

Buyuang             : Uda lahia jumat kliwon ndak? Patuik lah sial.

Tau ndak uda, pas uda dalam kandungan, apak uda mati, pas uda   lahia, ado gampo di japang. Kini lah gadang uda iduik bangsaik pulo.

Malin                    : hah, iyo tu ? sial bana iduik den mah. Dapek amak gapuak lo tu.

Buyuang             :Tapi da, ado kawan ambo, dulu nyo miskin dari uda, tapi    gantengnyo stek dari uda, kini jadi model nyo di Jakarta. Pai lah uda ka Jakarta supayo jadi model lo uda.

Malin                    : Hah, iyo tu yuang ?

Buah semangka buah duren,

Nggak nyangka gua keren.

Setelah mereka bekerja, Malin dan Buyuang pulang ke rumah.

Sesampai di rumah………

Malin                    : Mak, mak ….

Den litak, danga lah bunyi paruik den ha.

Micelle                  : Ambiak lah surang di bawah songkok tu. Ang punyo kaki punyo   tangan ndak pandai ambiak surang. Amak sadang babadak ko ha.

Lalu, Malin mengambil piring dan menuju meja makan.

Malin                    : Hah, apo ko ?

Alah ubi, saketek lo nyo, anguih lo tu, si Buyuang alun makan lo lai.

Micelle                  : Untuak si Buyuang ado bakwan dalam lamari.

Malin                    : ondeh mandeh, aden anaknyo. Diagiah makan ubi ka ubi se. Kok ndak ubinyo, kok ndak pucuaknyo.

Micelle                  : Yo, tu a dek ang lai? Kok ka makan ayam, maliang ang dulu.

Malin                    : Ndak tahan den iduik bantuak iko do mak. Rancak marantau den lai mak, kecek si Buyuang den mirip model di Jakarta tu mak a. Kayo godang kito mak.

Micelle                  : Tu den jo sia dek ang ?

(Soundtrack saluang………….)

Malin                    : Mak…..

Ndak tahan iduik bantuak iko do,

Sajak ketek iduik sangsaro,

Lah gadang, bangsaik pulo.

Nak pai marantau den mak.

Tukang aia aka                : Aia aka, aia aka, aia aka……..

Malin                    : eh mak, den sangko ado urang basaluang di muko rumah kironyo urang jua aia aka.

Micelle                  : Malin, kareh juo ati ang ka pai, nak? Ndak ibo ang do? Tapi kalau yo itu jalan ang, pail ah nak. Tapi, balian amak aia aka dulu yo, auih a .

Malin                    : jadih lah mak. Aia aka….. bali ciek lah….

TAA                       : Ko aia akanyo da .

Malin                    : Bara ko?

TAA                       : cieknyo

Malin                    : Hargonyo nan den tanyo, ndak banyaknyo do.

TAA                       : eee,, 3000 se lah.

Malin                    : hah.. 3000? Murah lai?

Den bayia 5000 lah yo, tapi baliak an 2000 yo.

TAA                       : samo se tu nyo da. (bangsaik, kecek an se lah bangsaik, jan sok kayo lo lai)

Setelah itu, Malin dan buyuang berpamitan dengan ibunya untuk merantau ke Jakarta.

Malin                    : Mak, den pai lu yo.

Den baok si Buyuang yo mak. Bilo lo lai nyo ka caliak monas.

Micelle                  : Yo lah, elok-elok ang yo. Jan lupo agiah si Buyuang bakwan ndak.

Malin                    : Jadih mak.

Lalu, malin dan Buyuang pun pergi ke Jakarta. 7 langkah mereka meninggalkan rumah ternyata Ibu Malin menemukan harta karun.

Micelle                  : Apo ko ?

Ya Allah, Ya Allah, harta karun?

Lah tau den sajak dulu, si malin tu anak sial mah. Lah pai nyo, dapek                 harta karun den. Ondeh, kayo godang den.

Sementara itu, hidup Malin luntang lantung di Jakarta. Berniat menjadi model, tapi nasib membuatnya menjadi gembel bersama Buyuang si mucikari. Mereka bekerja sebagai loper Koran di Jakarta. Alkisah, ketika ia menjajakan korannya, ia terpaut asmara.

Maisaroh           : Koran, Koran.

Michael Jackson meninggal di LA

Koran mbak.

Pembeli                : Eh, itu kan udah lama. Saya mau cari berita yang update gitu.

Maisaroh           : Sombong banget sih lo jadi orang. Ntar kalo gw kaya, gw bikin pabrik Koran sendiri.

Malin                    : Koran, koram.

Nike Ardila meninggal karna kecelakaan.

Pembeli                : Wah, kapan tuh? Belum pernah denger gw.

Buyuang             : Mbak nggak punya TV ya?

Pembeli                : eh, sembarangan kalo ngomong.

Malin                    : mau beli nggak mbak?

Pembeli                : ya deh, berapa?

Malin                    : 5000 aja mbak, bayarnya di kasir belakang ya.

Pembeli                : wah, loper Koran aja punya kasir pribadi. Memang zaman edan.

Tiba-tiba, maisaroh marah pada Malin karna telah mengambil langganannya. Maisaroh mendatangi Malin dengan gaya yang supermodel dengan ditiup angina.

Maisaroh           : Oi, kekencengan niupnya. Rusak ni rambut gw.

Eh, orang  baru. Jangan sombong donk. Ini daerah kekuasaan gw           tau. Berani banget lo masuk sini.

(malin menatapi Maisaroh dan jatuh cinta dengan Maisaroh)

Malin                    : Anai-anai, ramo-ramo

Tabang-tabang dalam biliak.

Awal basuo pandangan patamo,

Uda langsuang suko ka adiak.

Maisaroh           : Apa tu artinya?

Buyuang             : Artinya, abang saya suka sama mbak.

Mbak, abang sya ini calon model lho. Ganteng kana bang saya?

Maisaroh           : Apa, calon model?

Wah, bagus juga tu gw manfaatin. Gw bisa beli mobil,shopping.

Hmm,, lumayan lah..

Buyuang             : (sambil berbisik)

Da, tanyolah namonyo. Jan ngango juo.

Malin                    : Nama adik siapa?

Maisaroh           : hmmm..Biasa dipanggil Mai.

Malin                    : Wah, bagus ya namanya. Kepanjangannya Mairiah Carey ya?

Maisaroh           : Bukan, maisaroh.. kalau abang?

Malin                    ; nama saya Malin, ini Buyuang, mucikari saya. Kalau di Jakarta mucikari sama dengan BABU.

Lalu, Malin dan Maisaroh pun berniat menjalani hubungan yang lebih serius. Mereka pun sampai juga di jenjang pernikahan. Sementara itu di kampung, ibu malin yang telah kaya raya merasa hampa karna hidup seorang diri tanpa ada yang menemani. Ia pun berniat memasang iklan ‘pencarian Pembantu’.

Micelle                  : Ondeh, langang bana rasonyo rumah den ko ha. Ruamh balenggek, pitih bakabek, tapi den tingga surang maupek-upek. Ka disumbangan pitih ka urang, hati barek. Rancak den cari pembantu lai, lumayan untuak tukang angkek.

Lalu, Micelle pun memasang iklan ‘ Pencarian Pembantu’

Micelle                  : (memasang pamphlet sambil membaca kalimat iklan)

DICARI PEMBANTU TAMATAN S3 LUAR NAGARI

SYARAT : KAYA, BERPENGALAMAN, GAJI BISA NEGO>

Tiba-tiba terdengar bunyi bel.

Surti                    : Assalamualaikum……..

Micelle                  : Waalaikumussalam, ado paralu apo?

Surti                    : ibuk ka cari pembantu?

Micelle                  : yo, ma surek lamarannyo?

Surti                    : ko buk, daftar kekayaan: sapi 10 ekor, sawah 1 hektar, berpengalaman jadi pembantu terbaik.

Micelle                  : Lai batua ko? Ambo buta huruf stek ha.

Surti                    : (di dalam hati)

Buta huruf kironyo? Kalau tau bantuak iko, ndak paralu den maliang daftar kekayaan tetangga den do.

Micelle                  : Yo lah, den tarimo.

Tes uruik an den dulu lah.

Surti                    : Yo nyonya.

Micelle                  : Eh surti, lai tau ndak? Den kan kayo, kau miskin kan?

Surti                    : yo nya.

Micelle                  : Den kayo, tapi dek a den punyo pembantu miskin?

Eh Surti, tau ndak kau anak si Maimunah tukang jua lontong di muko tu, lah sok-sok lo gayanyo. Padahal nyo baru kayo tu.

Surti                    : Biaso se tu nyo nyonya, emangnyo apo karajo anaknyo nya?

Micelle                  : Jadi kontraktor keceknyo. Baru jadi tukag kontrak, lah sombong gayanyo. Anak den jadi model di Jakarta ndak bangga den do.

Surti                    : Apo? Model nya?

Micelle                  : Iyo, tapi herannyo sampai kini alun masuak TV nyo lai.

Mungkin ndak muek di TV nyo do.

Tiba-tiba, bunyi bel dari luar. Surti pun segera membukakan pintu. Ternyata yang datang adalah peminta sumbangan dari Panti Asuhan Aisyiyah.

Peminta              : Siang, kami dari panti asuhan aisyiyah, ingin meminta bantuan untuk anak yatim piatu.

Surti                    : Nyonya, urang mintak sumbangan.

Micelle                  : (datang menghampiri Surti)

Pai ambiak bareh di belakang lah.

Surti                    : Nya, bareh pandan wangi atau bareh biaso nya?

Peminta              : pitih se lah.

O ya buk, apakah ibuk bersedia menjadi donator tetap kami?

Lumayan untuk ibadah buk.

Micelle                  : ndak baa do.

Peminta              : kalau begitu, bisa saya minta kartu nama ibuk?

(mengeja kartu nama)

Ibu M i c e l l e..

Micelle                  : oi piak, wakatu miskin yo Micelle namo den, kini lah kayo Mishell

Peminta              : Ya, maaf lah buk.

Terima kasih atas partisipasi ibuk.

Sementara itu, malin dan Maisaroh yang telah menikah di kota, hidup mereka menjadi lebih gembel. Tidak tahan hidup di kota, malin pun mengajak Maisaroh untuk pulang ke kampong. Tapi setiba di kampong, Malin kaget karna rumahnya yang dulu gubuk peot, berubah menjadi istana. Ia pun tak kuasa menahan kegembiraan karna akan bertemu dengan maknya.

Malin                    : Yuang, lai ndak salah alamat kito do?

Buyuang             : Rasonyo indak da, Cubolah uda caliak dulu.

Malin                    : Amak, mak, den pulang.

Micelle                  : (dari dalam rumah)

Onde, sia yang mamanggia den tu? Kalau Malin ndak mungkin do.

Ndak mungkin juo si Malin manggia den amak do, paja manggia den   mami mah.

( Micelle membuka pintu)

Malin                    : Ondeh, iyo amak den kironyo.

Lah taragak den jo amak.

Micelle                  : Sia ang?

Malin                    : Den Malin mak, ko si Buyuang.

Micelle                  : Paja ko yo Buyuang. Lai tau den. Paja nan batino ko sia lo lai?

Malin                    : ko bini den mak, namonyo Maisaroh.

Micelle                  : Ang la babini di situ, ndak ado ang agiah tau den do yo? Anak durhako ang mah.

Maisaroh           : Kecek uda Malin amaknyo lah ndak ado lai do.

Micelle                  : yo sabana kurang aja ang yo..(menampar Malin)

Maisaroh           : eh mak, santai stek. Amak ndak tau diri lo do. Alah gaek ndak takana jo anak surang lai. Manyasa den punyo mintuo bantuak iko.

Micelle                  : Kurang aja kau yo.( menampar maisaroh)

Den kutuak kalian jadi batu.

Buyuang             : Mak, wak ndak ikuik-ikuik do.

Micelle                  : Awas la hang di situ. Den kutuak kaian jadi batu.

Malin                    : Tunggu nta mak , cari gaya dulu.

Lalu, malin dan Maisaroh pun jadi patung batu. Inilah awal mula patung liberty dan pancoran.

TAMAT